23. Baksos

218 39 0
                                    

Adit menurunkan Nadjwa tepat didalam parkiran sekolah. Semua orang memandang mereka dengan tanda tanya, apalagi Arkhan yang sejak tadi hanya diam saat melihat keduanya.

Arkhan memutuskan untuk menghampiri mereka dengan Riyana yang masih setia menggenggam tangannya disampingnya. Arkhan tidak risih diperlakukan seperti itu. Toh, dulu sebelum ada Nadjwa mereka memang sering seperti itu tetapi hanya sebatas teman, tidak lebih.

"Hai," sapa Riyana pada Adit dan Nadjwa. Nadjwa mengulum senyum. "Hai juga kak," balasnya mewakili Adit.

"Lo kenapa bisa berangkat bareng Jua?" tanya Arkhan bingung. "Tadi gue nemu dijalan," jawab Adit enteng.

Nadjwa menepuk lengan atas Adit dengan keras sehingga Adit meringis. "Apaan sih! Emangnya aku apaan main ngomong nemu  di jalan."

Arkhan menggenggam tangan Nadjwa. "Nanti selesai kumpul di lapangan, lo berangkat bareng gue ya."

Mata Nadjwa membulat. "Hah? Kak Riyana gimana?" Nadjwa melirik Riyana yang menatap Arkhan sendu.

"Gampang, dia bisa sama Adit." Adit mengerutkan dahinya. "Apa-apaan lo, lo yang nganterin dia kesini ya lo juga yang harus anterin dia ke tempat baksos nanti. Gak, gue gak mau," tolak Adit penuh penekanan.

Riyana melepaskan genggamannya pada tangan Arkhan. "Gue bisa ke tempat baksos sama siapa aja, naik taksi juga bisa, gue permisi mau bantu Dino urusin anak-anak Nusantara kelas X sama kelas XI."

Riyana hendak pergi namun secepat mungkin Arkhan menahan tangannya. "Gak, lo harus berangkat sama Adit."

Riyana menyentakkan tangannya. "Kalau gue gak mau apa harus dipaksa?"

Arkhan terdiam, memang sulit rasanya terhampit diantara mencintai seseorang tetapi ia juga harus menghargai perasaan sahabat perempuan yang menyayanginya ini.

"Kakak berangkat sama kak Riyana aja ya, nanti aku bisa berangkat sendiri kok."

"Lo sama gue," ucap Adit lugas. "Gapapa lo sama Jua aja, lagian kalau diliat-liat kalian emang cocok, dan Nadjwa lebih pantes sama lo ketimbang sama gue, semoga bahagia Ar, gue gak bakal ganggu lo lagi kok. Hubungan persahabatan kita, kita jalin biasa-biasa aja ya gak usah terlalu deket."

Riyana menghembuskan nafasnya kasar. "Karena punya hubungan kayak gini cuma bikin gue sakit hati. Gue terlalu nganggep lo lebih, sementara lo nggak."

Riyana ingin beranjak pergi namun lagi-lagi Arkhan menahannya. "Gue emang anggep lo cuma sebatas teman, tapi gue gak mau lo jauh dari gue."

"Lo bukan siapa-siapa gue Ar, seharusnya lo bertindak biasa aja saat gue memutuskan buat jauhin lo."

Arkhan menggelengkan kepalanya. "Gue emang bukan siapa-siapa lo, tapi gue gak bisa jauh dari lo, Yan, kita udah sahabatan dari kelas X apa lo tega ngejauh dari gue gitu aja?"

Riyana menghela napasnya. "Bukan gitu, gue gak ngejauh buat menghilang, gue bukan pengecut Ar yang ninggalin sahabat gue gitu aja."

"Terus apa?"

"Gue cuma gak mau kita deket layaknya orang pacaran tapi nyatanya kita gak kayak gitu, atau mungkin gak akan pernah."

"Gue mau hubungan kita biasa-biasa aja, gak kayak dulu yang selalu nempel kayak perangko, gue gak mau berharap lebih sama lo."

"Gue malu Ar, semua orang taunya gue ngejar-ngejar lo, padahal gak." Ya, memang semua anak Nusantara mengira bahwa Riyana mengejar Arkhan karena mereka tau Riyana menyukai Arkhan, padahal sudah jelas Arkhan hanya menganggapnya teman, tetapi mereka masih dekat. Orang-orang yang menganggap seperti itu adalah fans Arkhan yang selalu mengejarnya tetapi mereka tidak bisa mendapatkan hati Arkhan.

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang