59. Boneka Panda

207 26 3
                                    

Dengerin mulmednya yaa adem banget😍
-Utopia, Hujan.

H

appy Reading❤

Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit paska koma, kini Adit sudah mulai bersekolah lagi. Pagi ini Adit dan Nadjwa berangkat sekolah bersama, mereka bergandeng tangan tersenyum, senyum yang menunjukkan kebahagiaan tak terhingga.

Mereka tidak menghiraukan teriak-teriakan siswi yang meneriaki Adit dan Nadjwa yang menampakkan keuwuan mereka. "Aaahh gue gak rela Adit jadian sama Jua!" teriak mereka.

Nadjwa tertawa geli melihat tampang Adit yang nampak tak suka pada siswi yang bicara seperti itu. "Kenapa cemberut?" ejeknya.

"Bete gue sama siswi yang bilang begitu, gak ada akhlak banget sumpah," cibir Adit. Kedua orang tua mereka berjalan di depan mereka, hari ini adalah hari pembagian rapor. "Eh Adit! ayo cepetan!" Rana menarik tangan Adit untuk mempercepat langkahannya.

"Nanti dulu dong, Bu, 'kan lagi berduaan sama Jua masa di pisahin gitu aja," gerutu Adit, Mira terkekeh. "Adit bucin banget kalau udah sama Jua."

"Iya dong, 'kan yang Adit sayang cuma Nadjwa." Adit mengedipkan sebelah matanya genit. "Ya udah cepet pamit dulu sama ayang bebeb kamu," ledek Rana.

"Bun, papa pamit dulu ya."

"Heh!" sentak ketiga perempuan itu. "Kamu ya masih kecil manggilnya begitu, jiji tau gak, Dit," ujar Rana.

"Emang kebiasaan tuh, Tante," sungut Nadjwa merasa kesal. "Cowo emang selalu salah, padahal cuma bilang gitu doang sampe kena semprot tiga cewe, sungguh terlalu!"

"Jangan ngambek gitu dong, nanti kalau gue gak sayang sama lo lagi gimana?" Nadjwa membentuk senyuman di pipi Adit dengan jari telunjuknya. Adit menahan tangan gadis itu. "Emang bisa begitu?"

"G-gak sih," jawab Nadjwa dengan gugup karena mereka sedekat ini. "Heh! Belum muhrim, kalian ini masih kelas sepuluh." Mira memisahkan tubuh mereka yang dekatnya hanya beberapa senti saja.

"Kan udah kelas sebelas, Tan," kata Adit. "Emang naik?"

"Wahh parah nih tante doainnya gak bener," cibir Adit. "Dih siapa yang doain gak bener? 'Kan cuma bercanda."

"Nanti kalau kejadian gimana?"

"Ya gak akan dong!"

Nadjwa dan Rana memandang mereka dengan bingung, kenapa mereka jadi berdebat seperti ini?

"Ma, udah. Kok jadi debat sama Adit?" Nadjwa melerai mereka berdua. "Gapapa, 'kan seru," kekeh Adit.

"Nah, betul itu. Lagian kita 'kan cuma bercanda, iya gak Dit?" Tidak di sangka Mira bisa bercanda seperti ini, mereka terlihat akrab seperti ibu dan anak laki-lakinya.

"Iya dong, gue keliatan akrab sama mama lo 'kan? emang calon mantu idaman tuh contohnya kayak gue," ucap Adit dengan percaya diri. "Pede," cetus Nadjwa memutar bola matanya malas.

"Bu, ini kenapa gak masuk ke kelas masing-masing, ya? Pembagian rapor sebentar lagi akan di mulai, semua siswa dan wali muridnya juga sudah memasuki kelas mereka masing-masing, sebaiknya kalian segera kesana daripada nanti telat," tegur Pak Agus kepala sekolah mereka.

"Oh iya pak maaf, kita permisi dulu ya. Makasih informasinya." Rana pergi lebih dulu membawa Adit di gandengannya. "Ju, jangan cemburu ya. Ini kan ibu gue." Adit memberikan flying kissnya sambil berjalan.

Nadjwa tergelak melihat tingkah Adit yang nyeleneh seperti itu. "Kamu keliatannya bahagia banget ya sama Adit?" tanya Mira. Keduanya sekarang berjalan pelan-pelan sambil berbincang.

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang