27. Saling mencintai

235 39 4
                                    

Ternyata jatuh cinta itu mudah, namun sulit di ungkapkan.

Happy Reading❤

Malam ini seluruh siswa dan siswi sudah pulang dari panti asuhan, acara baksos sudah selesai. Semua berjalan dengan sukses, kali ini Arkhan mengantar Riyana pulang, ia menitipkan Nadjwa pada Adit agar ia mengantarnya pulang.

"Gue titip Jua, jagain." Adit mengangguk mengerti, ia segera melajukan sepeda motornya dengan kecepatan maksimal.

Kaki Adit yang semula sakit kini tidak lagi merasakan sakit yang begitu parah, jadi ia paksakan saja pulang membawa sepeda motor dan mengantar Nadjwa terlebih dahulu.

Udara malam sangat dingin, Adit tau Nadjwa kedinginan karena ia hanya memakai kaus panjang tanpa di baluti jaket. Lelaki itu menghentikan sepeda motornya di pinggir jalan.

Ia melepas jaket kebangsaannya, yaitu Jaket Alerga yang baru di buat oleh Abi khusus untuk kelas X. Nadjwa terdiam menatap Adit, ia bingung sebenarnya Adit ingin melakukan apa.

Adit memakaikan jaket itu pada tubuh Nadjwa. Kedua kalinya Adit meminjamkan jaket, namun jaket yang berbeda. Aroma maskulin yang melekat di jaket Adit sangat menggoda di hidung gadis cantik itu.

Nadjwa mengulas senyum. "Makasih ya." Ucapannya hanya di berikan anggukan oleh Adit. Ntah mengapa sejak tadi laki-laki ini tidak bicara apapun.

***

Keduanya sudah tiba dirumah Nadjwa, rumah itu tampak kosong saat Nadjwa mengetuk pintunya. Nadjwa membuka keset di depan rumahnya dan ternyata kuncinya memang di taruh di situ. Bisa di pastikan, Mira baru saja pergi untuk mengurus pekerjaannya di kantor, padahal hari sudah malam tapi masih saja Mira sempatkan untuk bekerja.

"Aku rasa emang di rumah gak ada orang deh, Dit." Nadjwa berusaha membuka pintu itu. "Aku takut sendiri."

Adit beranjak menghampiri Nadjwa. "Gue temenin, di ruang tamu."

Nadjwa mengangguk senang dan membukakan pintu untuknya. "Duduk dulu, Dit."

Nadjwa pergi menuju kamarnya untuk berganti baju. Ini kesempatan untuk Adit untuk mencari tau lebih dalam tentang keluarganya.

Adit melihat kembali ruang tengah yang di sana terdapat foto Nadjwa sedang bermain basket. Waktu itu ia memandangnya hanya sebentar, tapi sekarang mungkin akan lama.

"Gue masih bingung sama hidup Jua, sebenernya apa dia bisa main basket? Tapi waktu gue liat dia main basket sama Arkhan, dia keliatan biasa aja gak jago-jago amat."

"Kalau emang dia hobi main basket, kenapa dia gak tunjukin aja bakatnya."

"Adit." Panggilan itu sontak membuatnya menoleh. "Kamu ngapain di sini?"

"Liatin foto lo," jawab Adit dingin. "Oh, eh iya, itu udah aku buatin minum."

"Lo gak marah gue masuk ruangan ini?" Pertanyaan Adit membuat Nadjwa bingung. "Ya kenapa harus marah? Orang ini bukan tempat rahasia, kamu mau terus liatin foto aku gapapa liat aja, mau di bawa pulang juga boleh," kekehnya.

"Kurang kerjaan banget," timpal Adit. "Lo suka basket, Ju?"

"Kenapa?" Nadjwa tau Adit hanya ingin cari tau tentang keluarganya, bukan untuk mengembalikan ayahnya. "Gak, kata siapa? Itu aku foto pake baju basket di suruh bang Abi, terus biar lebih bagus di tambah sama bola basketnya."

"Tapi waktu itu mama lo sempet bilang." Nadjwa terlihat skak mat. "Ah udah lah, gak usah di bahas."

Adit mengangguk saja, ia tau Nadjwa berbohong padanya, untuk mencari tau semuanya ia memang tidak harus bertanya banyak pada Nadjwa. Suatu saat, ia pasti akan tau dengan sendirinya.

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang