58. Bahagia (2)

230 23 10
                                    

Uwu banget mulmednya😍dengerin yaa..
-Giorgino, cokelat biru.
-
-
-
😍
Happy Reading❤

Seusai ganti baju Nadjwa kembali menemui Adit di kamar rumah sakit. Gadis itu tidak lupa meminum obat agar keadaannya tidak drop selepas hujan-hujanan. Abi sangat pengertian sebagai kakak, setelah tau adiknya habis hujan-hujanan, ia langsung datang ke rumah sakit membawa handuk kecil, baju ganti dan obat yang biasa Nadjwa minum.

Sesampainya di kamar rumah sakit, Nadjwa tersenyum sempurna melihat keluarga Adit yang begitu lengkap datang kemari untuk menjenguk Adit. Adit sudah boleh di jenguk oleh banyak orang karena ia sudah di pindahkan ke ruangan khusus pasien selepas koma.

Nadjwa berjalan menghampiri mereka, ia menyalimi tangan Bu Rana-ibu kandungnya Adit, Nadjwa sudah tau semua mengenai hal itu. Lalu ia menyalimi tangan kakek-nenek Adit, Dewi dan juga Raka.

Kakek Adit tersenyum ke arah Nadjwa, Nadjwa membalasnya dengan senyuman. Suasananya saat ini sangat canggung, Abi pergi ke Wardam untuk mengajak teman-teman yang lain ke rumah sakit.

"Kamu pacarnya Adit, ya?" Arman membuka suara. Nadjwa mengangguk dengan malu-malu. "Iya, Kek."

"Makasih ya, kamu udah ubah Adit jadi lebih baik," sambung neneknya. "Iya sama-sama, Nek."

"Gimana pacar Adit? cantik 'kan?" ujar Adit tersenyum sumringah. "Iya cantik," jawab mereka.

Lama kelamaan kakek Adit sadar akan kesalahannya selama ini pada Adit-cucunya. Sejelek-jeleknya sifat maupun status Adit yang termasuk anak dari hasil perselingkuhan Rana, Adit tetaplah cucu Arman.

"Dit, kakek minta maaf atas semua kesalahan yang udah kakek perbuat ya. Kakek tau kakek salah, kamu memang sudah di takdirkan untuk lahir ke dunia ini, biar bagaimanapun juga kamu cucu kakek sama kayak Arkhan, Megan, dan juga Ifan cucu tiri kakek."

"Iya, Kek. Adit maafin kakek, maafin Adit juga kalau semisalnya Adit udah kurang ajar sama kakek."

"Iya gapapa, Dit. Lagian itu juga salah kakek, kakek yang selalu berbuat jahat sama kamu."

"Udah gak usah di ungkit-ungkit, lagian itu juga udah lama. 'Kan kita sekarang udah baikan," kekeh Adit.

"Dit, maafin ibu sama bunda ya. Gak seharusnya kita nutupin itu semua. Ibu janji bakal jadi ibu yang baik buat kamu sekarang, kamu mau minta apa? ibu akan turutin meskipun berat ibu lakuin," ujar Rana mewakili Dewi untuk meminta maaf.

"Maafin papa, kakek, sama nenek juga ya yang udah nutupin rahasia ini dari kalian, yang salah bukan hanya bunda sama ibu kamu, tapi kita juga salah," timpal Raka.

"Iya Adit maafin, lagian gak berguna juga kalau Adit nyimpen dendam ke kalian. Adit takut kualat. Dan untuk ibu, aku minta satu permintaan."

"Apa?"

"Apa ibu bisa cerai sama pak Retno?" Bos besar sekaligus suami Bu Rana itu bernama Pak Retno, papa kandung Ifan.

"Emm..."

"Tunggu! Apa ini maksudnya?!" Pak Retno tiba-tiba datang bersama Ifan. "Bu, Ibu ngapain ada di sini sih? ayo pulang!" Ifan menarik paksa tangan Rana. Namun aksi itu di hentikan oleh Raka dan Dewi.

"Tolong jangan kasar sama ibu tiri kamu, walau dia bukan ibu kandung kamu tapi dia tetep ibu kamu," ketus Dewi. "Kamu ngapain di sini? ini udah malem. Bukannya layanin suami, tapi malah di sini, siapa dia? pacar baru kamu, iya? kamu pintar ya, masih SMA sudah pandai memikat hati istri orang," sindir Retno pada Adit.

Plak.

Arman menampar Retno. "Jaga bicara kamu! dia anak kandung Rana dan juga anak kandung kamu."

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang