03. Pertandingan basket

617 97 31
                                    

Happy Reading 🎉🎉

"Woi bang mau kemana lo?" tanya Arkhan saat melihat Abi terburu-buru. "UKS," teriak Abi dari kejauhan. "Gue ikut," ujar Arkhan.

"Ngapain sih kuker banget lo kayak gak guna buat idup ngikutin orang terus," cetus Adit. "Bodo amat, lu itu gak guna," balas Arkhan.

"Gapapa gak guna yang penting bisa berkarya mampus."

"Karya apaan lu," tukas Arkhan. "Udah lo sini ikut gue," ajak Arkhan.

"Males amat."

"Ya udah," Arkhan segera menyusul jejak Abi.

Punya abang gak ada akhlak banget, batin Adit.

"Tungguin woi gak nungguin muka lo jadi burik." Teriakan itu membuat Arkhan berhenti di tempat. Adit pun segera lari menghampiri Arkhan.

"Tadi lo bilang gak mau ikut, gue bunuh mati lo!" bentak Arkhan kesal.

"Ya iya lah di bunuh mati mana ada di bunuh masih idup, goblok lo!" balas Adit tak kalah kesal.

"Kok jadi lo yang kesel?!" Kini Arkhan semakin geram pada adiknya ini.

"Suka-suka gue," cetus Adit dengan pandangan cuek saat tau Nadiya sedang berjalan ke arahnya.

Adit ingin beranjak pergi, lagi-lagi pergerakannya ditahan oleh Arkhan, "Biasa aja." Ucapan Arkhan membuat Adit menurutinya, karena terkadang sarannya selalu benar.

Nadiya menatap Adit dengan penuh sejuta kebahagiaan karena baru kali ini Adit tidak menghindarinya saat ia menghampiri. Beda hal nya dengan Adit ia sama sekali tidak ingin menatap Nadiya sedikit pun.

"Sabar," bisik Arkhan pada Nadiya. Arkhan nampak mendukung Nadiya kali ini, karena ia tau bagaimana memohon maaf pada orang yang tidak mau memaafkannya, sangat sulit untuk merubah semuanya menjadi baik-baik saja.

Nadiya hanya tersenyum tipis untuk membalas ucapan Arkhan. "Dit," ucapnya pada Adit.

Adit sama sekali tidak menggubris panggilan Nadiya, Rahang nya mengeras, tangan nya mengepal seolah-olah ia sedang menahan amarahnya.

"Gue duluan mau ke UKS," lanjut Arkhan.

"Dit," panggil Nadiya lagi, sungguh Adit sudah tidak bisa menahan amarah nya-ia cepat-cepat menghindar.

"Gue tau, Dit, gue salah." Nadiya merundukan kepalanya dan meremas rok seragamnya, ia tau resikonya akan membuat luka di hatinya.

Adit menghentikan langkahnya. "Tapi apa masa lalu harus musuhan?" tanya Nadiya.

Sebenernya Adit tidak mau seperti ini, tapi untuk kembali seperti dulu lagi sangat sulit, ia belum bisa memaafkan semua kesalahan Nadiya padanya, walau dulu mereka memang tidak ada hubungan lebih. Adit sangat mencintai Nadiya dulu, ia menganggap Nadiya lebih dari teman dekat, walau Nadiya menganggapnya hanya sebagai sahabat. Yang namanya sayang, meski gak ada hubungan apa-apa. Pasti kalau di tinggal tanpa pamit juga akan kecewa.

Adit sudah terlanjur kecewa dan sakit hati padanya,mengapa hati mudah sakit? Karena hati tidak memiliki tulang, sedikit saja ada yang salah dalam tingkah, ucapan pasti hati akan tergores dan menyisakan luka di dalamnya.

Adit memang waktu itu masih belum mengerti mengenai perasaan dan cinta karena umurnya masih sekitar sepuluh tahun, tetapi perlu diketahui, Adit punya hati yang tulus apa adanya, mau sekecil apapun pikiran dia, yang terpenting ia mencintai Nadiya tulus, namun dengan bodohnya Nadiya malah menyia-nyiakannya begitu saja.

Kini Adit bagai lelaki tidak memiliki perasaan pada perempuan, ia menjadi cuek, ketus, dan tidak mencintai siapapun kecuali keluarga dan teman-temannya. Ia hanya takut dijatuhkan lagi. Adit sangat muak, sejak tadi ia terdiam ditempat dan tidak menggubris semua perkataan Nadiya.

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang