Terus memberi harapan tetapi tak kunjung memberi kepastian. -Nadjwa rameehra
Aku akan terus menunggumu karena aku menyayangimu. -Nadjwa Rameehra
Happy Reading❤
Malam ini, anak-anak inti Alerga memanfaatkan waktu mereka untuk berkunjung ke rumah sakit, setelah Nadiya sadar mereka belum melihatnya karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Satu ruangan kamar rumah sakit Nadiya sudah di penuhi dengan banyaknya orang yang menjenguknya. Terdapat tiga orang perempuan yang memeluk Nadiya dari samping, siapa lagi kalau bukan Nadjwa, Zahra, dan Dina. Mereka sangat merindukan kehadiran Nadiya.
"Apa kabar, Nad?" sapa Randi. "Alhamdulillah, baik, Ran." Nadiya tersenyum simpul ke arah Randi. Abdul yang melihatnya memandang Randi dan Nadiya dengan sinis. Lalu ia pura-pura menatap ruangan yang bernuasa putih itu.
Abdul merasa kehadirannya tidak di anggap oleh Nadiya. Untuk apa ia datang ke sini kalau nyatanya Nadiya-pacarnya tidak menyapanya sama sekali.
"Dul, tolong beliin minum buat Nadiya dong, tante Wira belum dateng kasian cewe lo udah kehausan," ucap Dina. Abdul memutar bola matanya jengah. "Males," jawabnya.
"Dih gitu banget lo," cibir Zahra terpancing emosi. "Cepetan beliin gak, gitu banget sama cewe sendiri, keterlaluan," tambah Zahra.
"Ra, udah jangan buat keributan kasian Nadiya nanti pusing." Nadjwa memegang bahu Zahra.
"Keterlaluan?" Abdul menghampiri Zahra dan menatapnya tajam. "Lebih keterlaluan mana cewe yang gak nyapa cowonya sama sekali padahal dia ada di sini, terus si cewe malah senyum ke cowo lain sebelum cowonya sendiri dapet senyuman dari si cewe," ketus Abdul melirik Nadiya dan Randi.
"Lah ngapa jadi ngelirik ke gue?" tukas Randi sewot. "Yang ngerasa aja," sindir Abdul.
"Lo kenapa sih, Dul? Akhir-akhir ini sensi banget kayaknya sama anak-anak," sahut Rafa.
"Tau lo, sensi banget kayak ikan paus," tambah Randi. "Ikan paus sensinya kayak gimana anjir?" tukas Rafa.
"Ya kalau nemu mangsa langsung di makan."
"Gak nyambung lo odading!"
"Gak tau," ketusnya Abdul menjawab pertanyaan Rafa. Nadiya menghembuskan napas kasar. "Lo cemburu?"
Abdul mengeluarkan smirknya. "Menurut lo?"
"Gue kan ada di sini Nad, gue yang selalu nungguin lo. Tapi kenapa pas ada temen-temen. Lo gak nyapa gue sama sekali? Kenapa lo malah senyumin Randi? Dan lo nanya gue cemburu? Ya jelas lah, gue gak suka lo senyum ke cowo lain selain gue cowo lo sendiri," jelas Abdul.
Semuanya tertawa melihat tampang Abdul yang kesal setengah mati. "Ya elah cemburu lo, cemburu lo," ledek Ben.
"Yang namanya sayang mah susah," tambah Adit melirik Nadjwa. "Cielah tong, tong," timpal Rofi.
Nadiya tersenyum ke arah Abdul. "Kan senyum doang, Dul. Sekarang gue tanya, lo kalau di sapa sama orang apa gak senyum? Sombong banget," cibir Nadiya.
"Ya senyum sih, tapi gak usah manis-manis bisa 'kan? Gue aja kalau senyum ke cewe gak manis-manis amat, karena gue bener-bener jaga perasaan lo," cetus Abdul.
"Orang gue senyum biasa aja kok, lagian hati gue gak bakal kemana-mana kali, gimana pun keadaannya hati gue tetep buat lo seorang," kata Nadiya.
"Aaaa so sweet banget, coba aja si Daffa kayak gitu," sindir Zahra yang sengaja melirik Daffa. "Jangan deh, nanti gue bakal kalah saingan," sahut Randi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADITYA [Proses terbit]
Teen FictionAditya seorang lelaki tampan, pemberani mudah bergaul, dan tentunya nakal. Namun jika sudah menyangkut tentang perempuan sifat extrovertnya hilang seketika dan ia menjadi pria cuek kecuali pada perempuan dilingkupan keluarganya Sifat cuek Adit ter...