50. Semoga Bahagia

217 26 0
                                    

Dengerin mulmednya ya gess fav banget😍
-Tiara Andini, Maafkan aku terlanjur mencinta.

Happy Reading❤

-Pedih memang merelakan orang yang kita cintai bersama orang lain, tapi gue percaya sama semesta dan takdir tuhan, bahwa ini memang jalan yang terbaik untuk kita.-Aditya Rakhananta.

-Sebenarnya aku tidak benar-benar merelakanmu, namun keadaan yang memaksa kita untuk menjauh. -Nadjwa Rameehra.

***

Semua siswa SMA Nusantara tengah berkumpul di tengah lapangan. Semuanya memandang Tessa di depan lapangan dengan pandangan keji, banyak yang tidak menyukainya karena sifatnya buruk di mata mereka.

Gadis licik itu menangis sampai sesegukan. Ternyata ancaman Adit di cafe Gemilang itu benar-benar terjadi, ia kira Adit hanya sekedar mengancamnya untuk membongkar rahasia Tessa mengenai kerja samanya dengan Ifan yang meracuni banyak orang.

Pak Agus sengaja memperlakukan Tessa seperti ini agar dia sadar, ia selalu melakukan kesalahan fatal dan hanya mendapat hukuman ringan, tapi tidak dengan sekarang.

Ia di permalukan oleh banyaknya siswa-siswi yang berada di tengah lapangan, mereka melemparkan sampah-sampah yang berada di tempat sampah ke tubuh Tessa dari arah jauh, ada sampah ringan dan juga sampah basah, di pastikan tubuh Tessa akan bau busuk karena lemparan sampah basah. Namun karena aksi pelemparan sampah itu membuat lingkungan menjadi kotor dan mengenai tubuh guru-guru yang lain, aksi itu di hentikan oleh pak Agus.

"Untung kita gak ikutan ya, Li," ujar Rahma pada Lia, mereka sekarang tidak mau berteman dengan Tessa lagi karena ia membawa pengaruh buruk bagi keduanya, semua hutang keluarga Lia pada keluarga Tessa juga sudah di bayar lunas, jadi Lia tidak harus berteman lagi dengan Tessa karena keterpaksaan.

Adit dan Nadjwa sebagai osis kelas X mewakili osis yang lain untuk maju kedepan, Adit juga yang melaporkan perbuatan buruk itu pada pak Agus begitupun dengan Abi si ketua Alerga yang mewakili anak buahnya yang terlibat dalam keracunan itu, contohnya seperti Adam, Randi, Nadjwa dan yang lainnya.

"Adit, apa lagi yang kamu tau tentang perbuatan buruk Tessa di SMA ini?" tanya pak Agus. "Sudah itu saja pak," jawab Adit dengan tegas.

Nadjwa sebenarnya ingin membongkar kejadian saat pipinya terkena pecahan kaca akibat lemparan batu yang menembus kaca waktu di baksos saat ia duduk berdua bersama Adit. Nadjwa merasa tidak tega dengan Tessa, tapi pak Agus memaksa Nadjwa untuk jujur dengan apa yang terjadi.

"Oh oke, kalau kamu pernah di apain sama dia, Nadjwa? selain di bully," kata Pak Agus. Nadjwa gemetar saat ingin menjawabnya. "Kejadian saat baksos pipi saya luka karena pecahan beling yang di sebabkan oleh lemparan batu hingga menembus kaca, dan pelaku yang melempar batu itu adalah kak Tessa," jelas Nadjwa.

Seluruh siswa terkejut dengan apa yang di jelaskan Nadjwa, Tessa ini memang pembuat ulah masyarakat, dasar jahat.

"Saya sekilas liat pelakunya pake topeng, baju hitam, dan badannya seperti cowok pak, sayangnya saya gak bisa ngejar dia karena Nadjwa menahan saya, saya kasihan sama Nadjwa karena pipinya terluka, saya panik dan membawa dia kerumah sakit tanpa memperdulikan pelaku itu," jelas Adit angkat bicara.

Berkata seperti itu membuat Adit mengingat kejadian itu saat dia menggendong Nadjwa sampai rumah sakit, mengelus rambutnya, memberikannya kekuatan, dan suap-suapan di dalam mobil, Adit tersenyum membayangkan kejadian saat baksos itu, tapi sayang ia harus merelakan orang yang ia cintai meski hatinya tidak rela sedikitpun.

Tessa melirik ke arah Nadjwa dengan lirikan sinis. Awas lo, Ju, tunggu pembalasan gue, batin Tessa.

"Tadi kata Adit pelaku yang ia kejar badannya seperti cowok, dan kata Nadjwa kamu pelakunya, kesimpulannya. Kamu melakukan aksi itu sama siapa?" tanya Bu Rani.

ADITYA [Proses terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang