Adit menyusun petunjuk demi petunjuk. Ia ingat saat ia membuka diary Nadjwa, terdapat sebuah ungkapan yang Nadjwa ungkap di buku itu. Yaitu mengenai ayahnya dan juga permainan basket.
Lelaki itu tau lebih banyak mengenai keluarga Nadjwa dan permainan basket dari diary itu, ya walau daya ingatnya tidak terlalu tajam. Tetapi ia sangat yakin, trauma Nadjwa akan hal basket pasti berhubungan dengan ayahnya.
"Jangan di skip, jangan di skip, jangan di skip," tutur Abdul membuat semua temannya menatapnya heran.
"Apaan sih ni bocah, mau ngapain coba lo?" tukas Abi.
"Menantu idaman mau lewat," lanjut Abdul. "Pipipipip calon mantu, pipipipip calon mantu."
"Ni bocah sakit kali ya?" ucap Ben. "Jamet jaman sekarang check!" sahutan Rofi membuat semuanya tertawa.
"Sialan lo bang!"
"Lagian apaan sih calon mantu, calon mantu. Mau nikah sama siapa emangnya? Masih SMA juga lu sok-sok-an."
"Ya kan masih SMA kalau pacaran juga pasti di sebut calon mantu ama calon mertua."
"Mikir lo kejauhan!" ledek Rafa. "Tau lo. Mantu idaman aja bukan, nyanyi aja kemarin masih kayak lintah darat sok-sokan mau jadi mantu idaman," sindir Amal.
Semuanya terbahak atas ucapan Amal. "Kejam lo ye!"
"Ya emang bener gue mah."
Perhatian, kepada seluruh siswa/siswi SMA Nusantara dan SMA Samudra, harap menonton pertandingan dengan tenang tanpa adanya kerusuhan. Karena pertandingan kelas XI akan segera di mulai, terimakasih.
"Seru nih boy!" seru Roni. "Iya, tapi gue bingung dah. Ini juaranya di pisah gitu?" tukas Abdul.
"Jadi gini loh, kan ini yang main kelas sebelas sama kelas sepuluh. Nah nanti kalau kelas sebelas kalah, kelas sepuluh harus menang. Karena tanggung jawab akhir itu di kelas sepuluh," jelas Abi.
"Kalau semisalnya kelas sebelas menang gimana tuh? Apa kelas sepuluh bakalan main juga?"
"Iya, mau kelas sebelas menang atau kalah intinya kelas sepuluh harus menang, kalau kelas sepuluh gak menang tapi kelas sebelasnya menang, ya berarti mereka gak menang, karena poin akhir itu ada di kelas sepuluh."
"Anjir, gak adil dong," sambung Adit. "Gak adil gimana?"
"Ya kalau kelas sebelas menang, tapi kelas sepuluhnya kalah. Mereka gak akan menang dong."
"Terserah jurinya, permainan kayak gini itu bisa ningkatin strategi di setiap pemain. Ya jadi harus bener-bener serius."
"Ini juga bisa buat seleksi, kan belum ada inti basket perempuan di kelas sepuluh. Kalau nanti kelas sepuluh menang, mereka bakal ikut tim inti basket SMA Nusantara, tapi jarang di pake juga sih yang putri buat main basket, yang lebih sering itu cowok."
"Emang ada ya tim inti basket putri?" tukas Abdul. "Iya, makanya ikut basket dul."
"Gak lah, aku kan setia sama futsal. Kayak aku setia sama bebeb Nadiya," kekehnya.
"Bebeb, bebeb. Jadian juga gak lo!" sahut Rafa
"Udah dong semalem."
"Pj dong!" seru Adit
"Ssst! Jangan berisik lagi serius nih."
"Belum di mulai pertandingannya juga, jadi santai aja."
Panggilan untuk anggota tim basket putri, silahkan turun ke lapangan. Terimakasih.
Semua anggota inti tim basket putri sudah siap di lapangan. Sorak-sorak penonton mulai ramai, menggema di setiap tribun.
Kali ini, SMA Nusantara tetap menjadi tuan rumah untuk pertandingan basket. SMA Nusantara berada di tribun kiri, sementara SMA Samudra di tribun kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADITYA [Proses terbit]
Teen FictionAditya seorang lelaki tampan, pemberani mudah bergaul, dan tentunya nakal. Namun jika sudah menyangkut tentang perempuan sifat extrovertnya hilang seketika dan ia menjadi pria cuek kecuali pada perempuan dilingkupan keluarganya Sifat cuek Adit ter...