Mean menghembuskan nafasnya kasar. Selama hampir dua puluh lima tahun ini hidupnya terasa begitu hampa. Padahal ia tidak pernah kekurangan apapun selama hidupnya.
Uang, dia sudah bergelimang harta sejak dia baru lahir. Bahkan hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan saking banyaknya.
Kekasih, bahkan dia sudah bergonta ganti pasangan sejak dia masih di kampus. Tapi tidak ada yang membuatnya nyaman atau srek semasa dia menjalin hubungan dengan mantan-mantannya itu.
Hidupnya selalu hampa. Padahal ia tidak pernah kekurangan jatah dari mantan-mantannya itu. Tapi walaupun seperti itu, dia selalu saja tetap hidupnya masih terasa hampa. Ia bahkan menyewa para jalang untuk memuaskan nafsu birahinya tapi tetap saja itu tidak cukup buatnya. Ada yang kurang yang Mean rasakan.
Padahal dia sudah mempunyai tunangan sekarang. Seorang model sexy dan cantiknya seantero Thailand.
Neena, dialah gadis tunangan Mean Phiravich. Neena bahkan terlalu rajin untuk memberikan lubangnya itu kepada Mean, tapi entah kenapa, Mean masih saja merasa ada yang kurang. Padahal Neena begitu di incar oleh pria-pria kaya dan sexy lainnya tapi dia sudah menyerahkan hatinya kepada Phiravich seorang.
Mean hanya ingin satu saja orang yang mampu membuat hatinya bergetar hebat saat berada di dekatnya. Hanya itu saja. Tapi Mean tidak mendapatkan itu semua dari mantan-mantannya termasuk Neena tunangannya yang sekarang.
Mereka memang berpacaran selama dua tahun, dan sudah tunangan lima bulan yang lalu, tapi Mean belum yakin untuk menikahi tunangannya Neena.
Mean merasa kalau Neena bukanlah wanita yang tepat buatnya. Karena itulah dia belum siap untuk membawa Neena ke jenjang yang lebih jauh walaupun mereka sudah bertunangan.
Selama satu tahun ini Mean selalu saja bermimpi melihat cahaya dan di tengah cahaya itu ada seseorang yang mengulurkan tangannya padanya. Tapi sayang, Mean belum melihat dengan jelas wajah orang itu.
Cahaya itu selalu saja menyilaukan matanya sehingga dia tidak melihat wajah orang itu. Dan saat melihat orang itu mengulurkan tangannya, Mean merasa aman dan nyaman. Tapi ia ingin melihat wajah orang itu.
Ia kesal pada cahaya itu. Kenapa dia harus berada tepat di belakang orang itu dan menghalangi penglihatannya, kenapa?
Mean sudah berusaha untuk mengingat wajah orang itu tapi tetap tidak bisa. Cahaya itu terlalu menyilaukan buatnya.
Mean ingin tahu siapa orang itu. Kenapa dia selalu datang di mimpi Mean selama satu tahun ini. Sebenarnya siapa dia dan apa hubungannya dengan orang itu.
Ia bahkan sudah mencari jawabannya di kuil dengan berdoa di sana karena para biksu menyuruhnya seperti itu. Ia sudah melakukan seperti apa yang disuruh oleh biksu tapi Mean belum juga menemukan jawabannya dan itu membuatnya semakin gelisah.
Sudah lebih dari lima bulan dia melakukan itu tapi belum juga menemukan jawaban. Apakah para biksu itu membohonginya, pikirnya.
Tapi satu minggu kemudian, dia dipertemukan oleh pria mungil saat mereka berada di kuil untuk berdoa. Tiba-tiba jantung Mean berdetak lebih cepat saat melihat pria itu apalagi saat dia tersenyum.
Benar, para biksu itu tidak berbohong padanya. Ia bahkan hampir meragukan para biksu itu karena tidak sabar akan jawaban dari semua dari mimpinya.
"Hey, aku baru pertama kali melihatmu di sini?" sapa Mean ramah kepada pria itu.
"Ah, aku baru pindah dari Chiang Mai dan baru pertama kali datang ke kuil ini," jawabnya ramah.
"Aku, Mean, Mean Phiravich!" Mean menyodorkan tangannya kepada pria yang mampu membuat jantungnya berdetak dua kali lipatnya itu. Jujur dia begitu gugup saat berada di dekat pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot (Meanplan_Tincan)
Short StoryKumpulan oneshoot #meanplan❤ #tincan ❤ #2wish💙💚 Mengandung 🔞+ jadi yang di bawah umur harap jauh-jauh. Tapi kalau nekat baca dosa di tanggung sendiri. Meanplan fanfiction