Don't Cry

1.1K 115 57
                                    

Tidak pernah terbayangkan walaupun di mimpi sekalipun oleh Plan Rathavit akan mendapat nasib buruk seperti ini. Keluarga yang seharusnya menjadi penyemangat pertama buat pria imut itu tapi malah keluarganya sendiri yang membuatnya harus merasakan sakit yang tiada tara.

Ayahnya, Nick Rathavit sangat membenci Plan karena Plan terlahir sebagai seorang pria. Nick menginginkan anak perempuan. Maka dengan itu anaknya itu akan membawanya ke dunia yang lebih baik. Nick ingin kaya. Ia sudah lelah hidup dalam kemiskinan.

Nick tidak ingin anak laki-laki. Ia mau perempuan. Bagi Nick anak laki-laki hanya akan membawa sial dalam hidupnya. Berbeda dengan perempuan. Andai saja Nick mendapat anak perempuan maka dia tidak akan susah seperti ini. Tidak akan hidup dalam kemiskinan.

Sayangnya Plan terlahir dengan dua butir telur dan satu sosis. Plan tidak memiliki gunung kembar dan gua yang penuh dengan hutan rimba. Andai Plan bisa memilih ia juga tidak ingin seperti itu.

Siapa yang mau hidup dalam neraka. Sedari dia kecil ia terus disiksa. Tidak dianggap. Jangan ditanya cacian dan cemoohan yang didapatkannya dari sang ayah. Ibunya Sarah hanya bisa menangis tanpa bisa berbuat apa-apa ketika putra satu-satunya diperlakukan seperti itu oleh suaminya.

Sudah terlalu banyak air mata yang dikeluarkan oleh Sarah saat melihat buah hatinya disiksa seperti itu oleh ayah kandungnya sendiri. Sementara dirinya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa untuknya. Nick mengancam akan menceraikannya kalau dia membela Plan. Bahkan pria itu juga mengancam akan membunuhnya dan putranya jika mereka tidak menurut atau melawannya.

Nick seakan kesetanan. Ia terlalu dikuasai oleh alkohol dan judi sampai-sampai dia tega memperlakukan buah hatinya seperti binatang. Bagi Nick kalau saja Plan perempuan dia bisa menjodohkannya dengan orang-orang kaya di desanya itu. Dengan itu dia tidak akan kekurangan uang saat berjudi atau untuk membeli minuman. Dengan itu juga dia bisa membeli para wanita-wanita jalang yang selama ini dia impikan. Apalagi membayangkan bersetubuh dengan mereka pasti sangat nikmat. Tidak seperti istrinya yang ada di rumah. Sudah miskin, jelek, kucel, kurus, sakit-sakitan lagi. Melihatnya saja, Nick tidak bernafsu.

Tubuh Plan penuh dengan biru-biru. Ayahnya baru saja menghajarnya saat dia sedang tidur terlelap. Apa salahnya. Ia tidak berbuat salah. Ia hanya tidur tapi kenapa mesti dipukul.

Bagi Nick, apapun yang dilakukan oleh Plan selalu salah di matanya. Tidak pernah ada benarnya. Walaupun begitu, Plan sangat menyayangi Nick. Nick adalah ayahnya.

"Hiks ... hiks ..." tangis Plan sambil menutup mulutnya dengan bantal kecil miliknya. Hanya bantal dan selimut yang menjadi saksi semua penderitaan Plan.

Sesakit apapun tubuhnya. Sekasar apapun perlakuan ayahnya kepadanya, Plan tidak pernah membenci ayahnya. Ada kalanya Plan juga ingin menyerah. Mungkin dengan dia mati ayahnya akan senang. Penderitaannya akan hilang. Tapi, bagaimana dengan ibunya yang sakit-sakitan?

Plan tidak boleh lemah. Ini bukan tentang dirinya seorang. Ada ibunya yang membutuhkannya. Karena itu Plan harus kuat.

Paginya, Plan mengaduh kesakitan saat tubuhnya terkena air dingin. Plan sedang mandi tapi air itu seakan menusuk tubuhnya saat air itu menyentuh pori-pori kulitnya. Plan memejamkan matanya kesakitan. Ini belum seberapa dengan rasa sakitnya yang kemarin-kemarin.

Bayangkan dari Plan kecil dia sudah mendapat perlakuan seperti itu hingga dia tumbuh sebesar ini. Sekarang umurnya sudah 23 tahun dan akan segera memasuki 24 tahun sebentar lagi. Dan selama 23 tahun itu, Plan tidak pernah tau yang namanya apa itu ulang tahun. Tidak seperti teman-temannya yang selalu merayakan ultah mereka setiap tahunnya. Bermimpi saja Plan tidak berani untuk itu. Itu terlalu jauh buat Plan. Masih syukur dia bisa hidup sampai sekarang.

Oneshoot (Meanplan_Tincan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang