Plan terus memperhatikan pria tampan yang ada di hadapannya ini. Pria tampan itu tanpa sengaja dia tabrak saat dia hendak memasuki sebuah salon. Salon Hive. Salon itu adalah tujuan Plan untuk mewarnai rambutnya. Plan ingin warna rambutnya kembali hitam seperti sedia kala. Namun, ada sedikit kesan warna merah maroon di dalamnya. Plan suka warna itu.
Plan bukannya menolong pria tampan itu, ia malah tengah asyik memandangi wajahnya. Plan terkesima dengan wajah pria tampan itu. Ia memang sering melihat pria tampan di luar sana, namun, tidak setampan pria yang ada di hadapannya ini.
Entah kenapa, Plan ingin menyentuh belahan dadanya yang tiba-tiba terlihat dari balik bajunya yang terbuka itu. Plan menelan ludahnya sendiri.
Sedangkan pria tampan itu lagi sibuk mengambil handphone dan barang bawaannya yang jatuh akibat ulah si penabrak.
"Maaf. Aku tidak sengaja!" Plan membantu mengambil barang yang sedang dipungut oleh Mean. Tangan Plan menyentuh tangan Mean.
Ya, pria yang ditabrak Plan itu adalah Mean Phiravich. Anak dari Jay Phiravich. Adik dari Nat Phiravich. Pria terkaya seantero di Bangkok karena memiliki berbagai macam bidang usaha di Bangkok. Salah satunya adalah usaha mobil sports yang sedang dijalankannya saat ini. Dan usaha perhotelan berbintang yang sedang dikelola oleh kakaknya, Nat Phiravich. Sedangkan Mean sendiri memegang usahanya di bidang manajemen dan batu bara. Itulah sebagian dari kekayaan keluarga Phiravich yang tidak akan habis sampai tujuh turunan.
Mean menarik tangannya dari tangan Plan. Ia memandang pria yang sedang menabraknya itu. Imut. Sangat imut, malah.
"Lain kali perhatikan langkahmu," ujar Mean.
Ia melihat barang bawaannya. Makanannya tumpah. Ia menghela nafasnya. Salahnya sendiri juga yang tidak melihat ke arah depan tadi. Maklum, dia sedang buru-buru. Pacarnya Neena terus saja menelpon dan menyuruhnya cepat datang untuk membawa makanan itu ke apartemennya. Sebenarnya Mean malas untuk datang ke apartemen Neena apalagi ke restoran itu. Di kantor dia sangat sibuk, tapi Neena terus saja merengek di seberang telepon dengan mengatakan sangat lapar. Terpaksa dia menyuruh sahabatnya Tonnam untuk menghandle pekerjaannya.
Dan alangkah sialnya lagi, di tengah perjalanan dia malah harus mengalami ini semua. Kenapa harinya malah jadi buruk seperti ini, hari ini. Untung Neena sangat pintar memuaskannya di atas ranjang kalau tidak, dia sudah mendepaknya keluar dari hidupnya.
Mean menarik nafasnya dan membuangnya secara kasar. Ia sudah tidak peduli lagi kalau Neena akan marah nantinya. Yang terpenting sekarang dia harus cepat balik ke apartemen, kalau tidak, Neena akan sangat marah dan bisa-bisa dia tidak akan mendapatkan jatahnya lagi dari gadis sexy itu.
"Maaf, aku buru-buru," ujar Mean dan meninggalkan Plan yang masih berdiri di sana.
"Siapa dia? Aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya?" Plan berbicara sendiri.
"Aku bahkan belum tahu siapa namanya, tapi dia sudah pergi," lanjutnya.
Ia lalu masuk ke restoran itu untuk bertemu para sahabatnya yang sudah menunggunya dari tadi. Dalam hatinya dia selalu berkata, 'kapan bisa bertemu dengan pria tampan tadi.'
.
.
.
Mean terlihat membuang bola matanya malas ke segala arah. Seperti dugaannya, Neena terlihat kesal saat melihat pesanannya sudah tidak berbentuk lagi. Makanan itu tidak terlihat seperti makanan. Entah bagaimana bentuknya. Bagaimana bisa? Seorang gadis cantik dan sexy seantero bisa memakan makanan yang terlihat menjijikan seperti itu. Bisa rusak image nya bila ia menyentuh makanan itu. Ia langsung membuangnya ke tempat sampah begitu melihatnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot (Meanplan_Tincan)
ContoKumpulan oneshoot #meanplan❤ #tincan ❤ #2wish💙💚 Mengandung 🔞+ jadi yang di bawah umur harap jauh-jauh. Tapi kalau nekat baca dosa di tanggung sendiri. Meanplan fanfiction