Plan begitu gemas dengan bocah kecil yang berusia tiga tahun yang sedang berada pangkuannya itu. Ia tersenyum getir bila membayangkan perjuangannya selama ini.
Ia pun mengelus surai bocah yang sedang terlelap dengan indah sambil sesekali menyunggingkan sebuah senyuman dari bibir mungilnya.
Rasa terima kasih dan syukur pun tak henti-hentinya dia panjat-kan kepada yang maha kuasa atas segala anugerah yang telah dia berikan untuknya.
"Apa Sky sudah tidur?" suara berat Mean saat memasuki kamar mereka.
"Heum, baru saja," Plan tersenyum saat sang suami mencium keningnya kemudian duduk di sampingnya.
Mean pun mengelus pipi Sky dan mencium keningnya sebentar. Itu sudah kebiasaan Mean saat sang putra tercinta sudah tertidur.
Plan mengistirahatkan kepalanya di bahu sang suami. Ia bahagia karena keluarganya kini telah lengkap.
Bila dilihat ke belakang, dulu, Plan selalu meneteskan air matanya. Selama sepuluh tahun menikah dengan Mean, tiga tahun terakhir ini ia baru melahirkan Sky. Dan selama tujuh tahun itu, dia habiskan dengan menangis sendirian dalam diamnya.
Namun kini, ia bisa memetik hasil kerja kerasnya dan juga perjuangannya selama tujuh tahun penantiannya itu. Bayangkan selama tujuh tahun menikah, barulah dia dikaruniai seorang putra.
Berapa banyak cemoohan orang padanya karena belum bisa memberikan Mean seorang anak. Belum lagi tuntutan dari sang ayah mertua yang ingin mempunyai seorang cucu sebagai penerus dari Phiravich.
Hanya tangis lah tempat Plan mengadu dan menjadi pelarian tatkala dia sudah tidak tahan dengan beban yang dirasakannya.
Mean sebagai suami dengan sabar menemani sang istri dalam suka dan dukanya. Mean masih ingat dengan jelas saat Plan menyuruhnya menikah lagi karena selama lima tahun pernikahan mereka, Plan sebagai istri belum bisa memberikannya seorang anak.
Bukan hanya Plan yang menyuruh Mean untuk menikah lagi, tapi juga ayahnya pun menyuruhnya untuk menikah lagi agar Mean segera mendapatkan keturunan. Bahkan Jay selaku ayah dari Mean justru mencarikan Mean jodoh untuknya. Dan sederet perempun cantik pun dia datangkan ke rumah besarnya untuk Mean pilih sendiri sebagai istrinya.
Jay bahkan menyuruh Plan untuk membiarkan Mean suaminya untuk berpoligami karena Plan sebagai istri gagal memberikannya seorang cucu.
Mean dilema.
Biar bagaimanapun dia sangat mencintai Plan dan tidak ingin menyakiti sang istri. Ia sendiri memang sangat mendambakan kehadiran seorang bayi di antara mereka. Tapi ia juga tidak ingin memaksa istrinya terlalu keras dan mengakibatkan istrinya menjadi stres nanti karenanya.
Ia sadar kalau istrinya sangat merasa terbebani selama ini karena permintaan ayahnya itu. Karena itulah Mean juga tidak ingin menambah beban sang istri dengan mempoligami sang istri.
Mean hanya mencintai Plan dan tidak berniat juga untuk menambah istri lagi. Ia sadar kalau ia telah mengecewakan kedua orang tuanya tapi ia juga tidak ingin mengecewakan Plan, istrinya.
Hanya Fahyong sang ibu tempat Mean berkeluh kesah jika dia lelah dengan berbagai tuntutan sang ayah. Ia tidak ingin menambah beban istrinya apalagi membuatnya semakin bersedih.
Selama tujuh tahun menikah dengan Plan, hanya air mata yang selalu Mean lihat dari istrinya. Plan memang selalu menutupinya dari Mean tapi Mean tahu kalau Plan selalu menangis dalam tidurnya. Ia bahkan sering melihat Plan menangis dalam gelap.
Mereka sudah berusaha. Bahkan lebih dari berusaha selama tujuh tahun itu, tapi entah kenapa, tuhan belum juga memberikan mereka keturunan.
Plan bahkan sempat berpikir kalau dia mandul dan sempat putus asa. Tapi saat memasuki tahun ketujuh, usaha mereka membuahkan hasil. Plan dinyatakan hamil.
![](https://img.wattpad.com/cover/181083720-288-k292095.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot (Meanplan_Tincan)
Cerita PendekKumpulan oneshoot #meanplan❤ #tincan ❤ #2wish💙💚 Mengandung 🔞+ jadi yang di bawah umur harap jauh-jauh. Tapi kalau nekat baca dosa di tanggung sendiri. Meanplan fanfiction