Like Love 1

804 84 23
                                    


Cerita ini terinspirasi dari cerita Like Love Uncut. Yang Maiding dan Anziyan. Yang pernah nonton filmnya pasti tahu. Keren lho. Tapi tenang semua tidak sama kok.😊

Plan kini tengah melangkahkan kaki kecilnya ke kondo kampus yang akan ditempatinya selama ia kuliah di kampus Wabi Sabi itu. Ia kini tepat berada tepat di pintu kamar 334 dan di sampingnya itu kamar 335.

Plan sendiri tidak tahu siapa yang berada di kamar 335 karena ia memang tidak tahu apa-apa. Ia sendiri baru masuk di kampus itu. Jadi wajar jika dia tidak mengenal orang-orang yang tinggal di kondo itu.

Pintu dibuka oleh seorang pria yang hampir sama tingginya dengannya. Maksudnya sama-sama pendek cuma mungkin pria yang sedang membukakannya pintu saat ini lebih tinggi beberapa inci saja darinya.

"Masuklah," pria itu menarik Plan dan menyuruhnya duduk di kasur miliknya.

Ruangan itu tidak terlalu luas. Tempat tidurnya saja tingkat dua. Mungkin yang tinggal di ruangan itu sekitar tiga atau empat orang saja.

"Perkenalkan namaku Perth. Perth Thanapon!" ujar pria yang bernama Perth itu menyodorkan tangannya.

"Plan. Plan Rathavit!" ujar Plan membalas uluran tangan Perth.

"Ku harap kau betah tinggal bersama kami. Oh ya, ada satu orang lagi yang tinggal di kamar ini, namanya Gun Napat," ujar Perth menjelaskan.

"Ya," kata Plan.

Keesokan paginya, para mahasiswa baru berkumpul di lapangan. Mereka semua disuruh berkumpul oleh para senior mereka. Selama proses itu, mata Plan tertuju kepada seorang pria tinggi dan tampan yang sedang berada di depan mereka.

Seperti biasa, setiap pagi Plan selalu mengekori pria tampan itu. Bukan hanya di lapangan, tapi di kantin juga. Plan selalu mengikutinya kemanapun pria tampan itu pergi.

Saat ini Perth dan Plan sedang berada di kamarnya. Mereka sedang berdiskusi tentang suatu hal.

"Aku punya kupon makan selama sebulan," ujar Perth tiba-tiba.

Ia tahu Plan sedang mengumpulkan kupon dan akan ditukarkan kepada ibu kantin untuk makan sebulannya. Kan lumayan bisa makan gratis selama sebulan di kampus itu. Dengan begitu, Plan bisa menghemat uang sakunya.

"Wah, bahagianya jadi dirimu. Bisa makan gratis tanpa perlu bayar. Aku saja baru dapat ini," ucap Plan cemberut sambil menunjukkan beberapa lembar kupon miliknya. Selama satu minggu berada di kampus itu, hubungan Plan dan Perth semakin baik.

Perth selalu memberitahunya apa saja tentang kampus itu. Termasuk kupon gratis itu.

"Apa kau mau?" tanya Perth menatap Plan.

"Tentu saja," ujar Plan cepat.

"Aku akan memberikan kamu semua kupon milikku tapi dengan satu syarat," ujar Perth.

"Apa?" tanya Plan penasaran.

"Kau tahu pria yang ada di sebelah kamar ini? Namanya Mean Phiravich. Dia terlalu sempurna dan banyak pria atau wanita yang menyukainya. Aku penasaran apakah dia itu normal atau gay," ujar Perth panjang lebar.

"Lantas?" tanya Plan penasaran.

"Aku akan memberikan semua kupon ini asalkan kau mau mencari tahunya. Untuk ukuran seorang pria kau lumayan cantik lah ya walaupun kau seorang pria. Siapa tahu dia mau terpikat olehmu," bujuk Perth.

"Baiklah. Aku akan melakukan apa yang kau minta asalkan kau tepati janjimu," ujar Plan tersenyum.

Setiap pagi, Plan selalu berdiri di depan pintu kamar 335. Itu kamar Mean Phiravich.

Oneshoot (Meanplan_Tincan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang