Balon

668 83 14
                                    

                

Malam ini Plan sedang berada di tengah kumpulan puluhan orang. Ia sedang mencari seseorang tapi belum juga menemukannya.

Matanya melihat ke sana kemari dan setelah melihat orang yang ingin ditemuinya, ia pun menghampirinya.

"Sammy, aku mencarimu dari tadi," keluh Plan saat sudah sampai di dekatnya.

"Aku juga mencari kalian," tatap Sammy kepada bocah enam tahun yang sedang digandeng oleh Plan itu.

"Hello Dee. Kau semakin menggemaskan setiap," ujar Sammy mencubit pipi gembil Dee.

"Sakit tante!" Dee mengelus pipinya yang dicubit oleh Sammy tadi.

"Aku lapar. Ayo kita makan," Sammy membawa tangan Dee bersamanya. Kini Dee digendong oleh ibunya dan juga Sammy.

Dee sedang meminum jus jeruknya. Sedangkan Plan dan Sammy sedang mengobrol. Mereka baru saja selesai makan malam.

"Plan, sudah saatnya kau mencari pengganti Perth. Dia pasti ingin kau dan putramu bahagia," ujar Sammy.

Plan diam sesaat. Apa yang dikatakan oleh Sammy ada benarnya. Tapi dia belum siap mencari pengganti Perth.

Perth meninggal lima tahun yang lalu. Saat itu Dee baru berusia satu tahun. Perth meninggal karena sebuah kecelakaan pesawat. 

Saat itu Perth sedang melakukan perjalanan bisnis. Ia meninggal saat menuju Jepang. Atasannya memberinya jabatan sebagai manajer di sana karena Perth orangnya rajin dan ide-idenya berlian.

Perth sendiri bekerja di bidang arsitek. Instruktur dan ide-idenya selalu memuaskan sang atasan. Kebetulan atasannya juga mempunyai perusahaan di Jepang dan dia menyuruh Perth untuk menanganinya di sana.

Sebelumnya semuanya lancar tanpa hambatan. Perth seharusnya membawa istri dan putranya hari itu. Tapi malamnya Dee terus menangis dan badannya langsung demam. 

Plan menyuruh Perth untuk menunda keberangkatan mereka tapi Perth tidak enak hati sama atasannya. Jadinya pagi itu Perth pergi sendiri dan nantinya Plan dan Dee menyusulnya. Padahal paginya Dee masih menangis. Mungkin sang putra tidak ingin ayahnya pergi tapi Perth tetap pergi menggunakan taksi tanpa diantar oleh Plan dan putranya itu.

Plan juga merasa tiba-tiba perasaannya tidak enak. Belum lagi putranya yang tiba-tiba sakit. Tapi Perth nekad tetap berangkat dan kejadian itu pun terjadi. Pesawat Perth meledak di atas udara.

Plan yang mengetahui kabar itu sempat pingsang. Untung ada Sammy yang ada waktu itu bersamanya dan dia dengan sigap menolongnya untuk membawanya ke rumah sakit serta merawat Dee.

Jasad Perth bahkan tidak diketahui bentuknya. Tidak berbekas. Semuanya lenyap di udara.

Plan berduka. Tapi itu hanya beberapa bulan karena dia masih punya tanggung jawab yaitu putranya, Dee Thanapon.

Dan selama lima tahun ini Plan belum ingin mencari pengganti Perth. Memang banyak yang mengejarnya bahkan mengajaknya menikah tapi Plan tetap dengan pendiriannya kalau ia belum bisa menerima pengganti Perth di hatinya.

Plan mengelus rambut Dee. Bocah kecil itu tersenyum dan Plan dapat melihat ada senyum Perth di sana.

Plan bersyukur Perth meninggalkan anugerah terindah untuknya. Setidaknya dia tidak kesepian semenjak ditinggal oleh Perth.

"Aku belum memikirkannya Sammy. Aku merasa kalau Perth masih ada di antara kami," lirih Plan pelan.

"Bagaimana dengan Mean? Sepertinya dia pria yang baik. Kalian sama-sama ditinggal oleh pasangan kalian. Istri Mean memang bodoh karena meninggalkan pria setampan Mean dan putri selucu Wish," gerutu Sammy bila mengingat mantan istri Mean.

Oneshoot (Meanplan_Tincan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang