Rain

652 84 19
                                    

             

Plan memandang ke luar jendelanya. Di luar sana sedang turun hujan sekarang. Lalu ia pun menghembuskan nafasnya kasar.

Hujan memiliki kenangan tersendiri bagi Plan. Ia suka mencium bau tanah basah yang diakibatkan oleh hujan. Ia juga suka pelangi sehabis hujan. Karena baginya hujan dan pelangi mempunyai makna khusus. Sehabis gelap, pasti terbitlah terang. Sama seperti kehidupan manusia, mereka tidak selamanya terpuruk akan masalah yang sedang mereka hadapi. Setiap masalah pasti ada solusinya. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Seperti itulah kesan Plan akan hujan dan pelangi.

Ia tahu, tidak semua orang suka akan hujan. Karena hujan bisa saja menjadi bencana bagi yang lainnya termasuk binatang yang sedang beraktifitas di tanah maupun yang sedang bertebrangan. Bahkan manusia pun kadang ada yang tidak suka dengan hujan. Karena itu bisa saja mengganggu aktifitas keseharian mereka.

Tapi tidak dengan Plan. Walaupun dia suka hujan tapi hujan juga memberikan kesan yang lain buat Plan.

Plan melihat ke samping tempat tidurnya. Di situ seorang anak bocah lelaki yang berusia lima tahun sedang tidur dengan lelapnya. Ia bahkan menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang mungkin terasa dingin oleh ac atau hujan yang sedang turun pagi ini.

Plan tersenyum melihat putra semata wayangnya yang tumbuh sehat walaupun tanpa adanya sosok ayah di sampingnya.

"My baby, bangun na! Kita harus sarapan," ujar Plan mendaratkan ciuman di pipi gembulnya.

"Mae, aku masih mengantuk." Jawabnya sambil memeluk bantal di sampingnya.

"Ya sudah. Mae siapkan sarapan dulu. Nanti mae panggil, na!" bocah kecil itu tidak menjawab. Ia masih setia memeluk bantal gulingnya.

Plan membuka toko roti di Chiang Mai sejak enam tahun yang lalu. Saat itu, Dee putranya masih dalam perutnya. Sejak dia mengetahui kalau dia hamil anak Mean Phiravich, Plan pergi meninggalkan Bangkok dan memilih tinggal di Chiang Mai.

Ia melakukan itu karena tidak ingin merusak kebahagiaan Mean. Biar bagaimanapun, Dee memang tidak seharusnya ada di antara mereka.

Waktu itu, Plan putus dengan Blue. Blue yang tidak sanggup untuk LDR lebih memilih untuk putus dengan Plan karena Blue mendapat promosi untuk melanjutkan pekerjaannya di Jepang sebagai manajer. 

Sebenarnya Blue mengajak serta Plan. Tapi Plan menolaknya karena dia juga mempunyai pekerjaan yang bagus di Bangkok. Plan seorang koki di salah satu restoran terkenal milik phi New. 

Plan bukannya tidak mau ikut sama Blue tapi kalau dia ikut Blue ke Jepang otomatis dia akan memulai karirnya dari awal lagi.

Malam saat Blue memutuskan Plan, Plan pergi ke club dengan mabuk-mabukan. Ia ingin melupakan Blue dari pikirannya. 

Blue adalah cinta pertamanya. Ia kira cintanya cukup untuk membuat Blue terus berada di sisinya. Tapi ternyata itu tidaklah cukup. Ya, dia tahu, Blue memang pantas untuk mengejar mimpinya dan dia sebagai pacar memang tidak boleh egois. Tapi, ia hanya ingin bersama Blue. Itu saja. Tapi itu saja sangat susah buatnya. Blue lebih memilih putus darinya.

Mean sebagai sahabat tentu ada untuk menghibur Plan. Dia tahu sejarah cinta Blue dengan Plan. Ia sendiri kagum dengan kesetiaan Plan kepada Blue. Tapi Blue justru kebalikannya. 

Mean sendiri tidak menyalahkan Blue karena mendapat promosi di sana. Tapi dia juga seharusnya tidak boleh mengambil keputusan seperti itu. Lima tahun bukanlah waktu yang cepat buat mereka berdua untuk memulai kisah cinta mereka dari awal.

Mean sendiri sudah mempunyai kekasih yang bernama Kew. Kew juga teman Mean semasa kuliah. Hubungan mereka juga cukup serius bahkan mereka berencana untuk membawanya ke jenjang yang lebih serius. Sampai kejadian itu pun terjadi.

Oneshoot (Meanplan_Tincan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang