Mean dan Plan adalah sepasang suami istri. Mereka menikah empat tahun yang lalu. Mereka mempunyai seorang Putra yang bernama Dee Phiravich. Dee berumur tiga tahun sekarang.
Kehidupan Mean dan Plan awalnya terlihat harmonis dan baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun di antara mereka.
Mereka hidup bahagia walaupun hidup mereka serba pas-pasan. Tidak pernah sekalipun mereka mengeluh akan kehidupan yang mereka jalani. Mereka bersyukur walaupun hidup mereka serba pas-pasan tapi mereka selalu hidup rukun dan harmonis.
Sampai suatu hari Mean dan Plan selalu saja bertengkar karena masalah yang sepele. Mean yang selalu pulang telat dari biasanya. Mean yang jarang mau membantu istrinya saat mengurus Dee.
Tapi bagi Plan itu tidak masalah. Ia tahu suaminya lelah bekerja seharian di luar sana sementara dirinya hanya sibuk mengurus buah hati mereka di rumah dan sibuk mengurus rumah.
Saat Plan berjalan di luar dengan Dee yang ada di gendongannya, ia melihat beberapa ibu-ibu seolah menertawainya. Ia sendiri bingung kenapa.
Oh, rupanya para ibu-ibu itu menertawai baju Plan yang terkena kotoran bekas susu Dee. Plan melihat beberapa anak kampus yang lewat dan mereka berpakaian yang rapi dan bersih. Berbeda dengan dirinya yang tidak terurus.
Bagaimana Plan bisa mengurus dirinya sementara dia harus mengurus suaminya, putranya belum lagi rumahnya. Karena itulah Plan lebih memilih untuk berpakaian biasa saja.
Sejenak Plan hanya berdiri di tempatnya membiarkan orang-orang berlalu lalang sementara dirinya hanya terdiam. Membiarkan sang waktu yang bekerja memutar jarum-jarumnya sedikit demi sedikit dengan indah.
Plan lebih memilih pulang ke rumahnya dan membatalkan niat mereka untuk berkeliling hari ini.
Pagi ini Plan tengah memasak sarapan untuk suami dan putranya itu. Dee sedang menangis di kursi dorongnya sementara Mean masih di dalam kamar, berpakaian.
Plan yang pusing mencari lap entah di mana sementara putranya terus menangis ia buru-buru mematikan kompor dan menghampiri Dee.
Saat Plan menghampiri Dee, tangannya tanpa sengaja menyenggol gelas yang ada di meja makan dan airnya tumpah mengenai beberapa lembar kertas kerja Mean yang ada di meja makan.
Saat Mean keluar ia melihat kertas-kertas itu sudah pada basah semua dan tidak terlihat lagi tulisannya. Padahal kertas itu harus dia serahkan pagi ini kepada atasannya.
"Plan, apa yang kau lakukan pada kertas-kertasku?" tanya Mean sambil mengibas-ngibaskan kertas itu tapi hasilnya sama saja. Mean tetap tidak melihat tulisannya yang ada di kertas itu sementara file yang ada di laptopnya sudah dia hapus.
"Maaf!" sesal Plan.
"Tadi Dee menangis dan aku tidak sengaja menyenggol gelas yang berisi air minummu di meja makan," jelas Plan menyesal.
"Ini sangat penting Plan. Dan sialnya aku sudah menghapus file yang ada di laptopku," ucap Mean panik.
"Aku bahkan harus menyerahkannya pagi ini," lanjutnya.
Plan hanya menatap suaminya menyesal. Sungguh ia tidak tahu tentang itu semua.
Mean buru-buru pergi ke kantor untuk menulis ulang lagi laporan yang akan ia serahkan kepada atasannya itu. Ia bahkan tidak sempat sarapan hanya karena takut tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Tapi sialnya, jam kantor sudah dimulai dan Mean tidak sempat menyelesaikan tugasnya. Atasannya keburu datang dan memanggilnya ke ruangannya.
"Maaf pak! Laporannya belum selesai," ucap Mean menyesal.
"Kau tahu Mean hari ini kita ada rapat. Bukankah kemarin kau bilang laporannya sudah selesai? Terus kenapa sekarang belum?" tegas atasannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot (Meanplan_Tincan)
Short StoryKumpulan oneshoot #meanplan❤ #tincan ❤ #2wish💙💚 Mengandung 🔞+ jadi yang di bawah umur harap jauh-jauh. Tapi kalau nekat baca dosa di tanggung sendiri. Meanplan fanfiction