Part 40

6K 165 6
                                    

Please ya kasih vote nya!!! Biar author tambah semangat buat up nya. Huhu agak sedih sih liat jumlah readers dan vote ga sebanding. Terimakasih sebelumnya and happy reading  guys.😊😘


Author POV

Sinar mentari pagi masuk menembus jendela kaca di ruang perawatan Nadhira, sehingga membuat perempuan yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit itu terbangun dari tidurnya. Perlahan, Nadhira membuka matanya menyesuaikan dengan cahaya yang ada di ruangan serba putih itu. Sebenarnya ia masih mengantuk karena ia baru bisa tidur sekitar jam 02.30 WIB, tapi ia teringat akan keadaan suaminya yang harus ia temui, jadi ia harus bangun pagi ini. Nadhira begitu khawatir karena semalam ia tak menunggui suaminya di ruang perawatannya itu.

Ceklek...

Terdengar suara pintu yang dibuka dari luar. Nadhira menolehkan kepalanya melihat siapa yang datang ke ruang perawatannya pagi ini.

"Hallo Dhira, selamat pagi" sapa Zidan ramah.
"Eh, pagi juga dokter Zidan" balas Nadhira tersenyum.
"Nih aku bawain sarapan buat kamu, dimakan ya. Udah gitu, minum obatnya" ucap Zidan perhatian.
"Duh perhatian banget sih. Eh tapi kok sarapannya kamu yang bawa sih, kan biasanya juga suster yang ngasih makanan ke pasien-pasiennya" ucap Nadhira dengan raut wajah bingung.
"Khusus untuk kamu, yang nganterinnya itu aku. Kan kamu itu pasien spesialnya aku" kata Zidan menjelaskan.
"Bisa aja kamu" ucap Nadhira terkekeh.
"Dhir bentar ya, aku periksa kamu dulu nih sebelum sarapan" ucap Zidan meminta izin.
"Iya dokter Zidan, silahkan" Nadhira menahan tawanya.

Beberapa saat kemudian...

"Alhamdulillah, kamu udah mendingan Dhir. Ok, kamu bisa sarapan sekarang terus minum obatnya ya. Apa perlu saya bantu nona?" ucap Zidan menggoda.
"Ish apaan sih kamu, eeemmm aku bisa sendiri kok. Yaudah kamu balik gih ke rumah, semalam udah jaga juga kasihan capek. Tubuh kamu butuh istirahat" ucap Nadhira dengan nada sedikit kesal namun perhatian.
"Ciyeee... Perhatian sama aku, makasih loh aku merasa tersanjung diperhatiin sama tuan putri yang cantik ini" ucap Zidan yang membuat pipi Nadhira merah merona.
"Zidan ih, aku malu" ucap Nadhira sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Hehe iya iya, yaudah aku pulang dulu ya" pamit Zidan.
"Oh iya bentar, aku mau nanya lagi, ayah aku udah sampe di ruangannya belom?" tanya Nadhira.
"Aku liat sih udah" jawab Zidan.
"Zidan, aku mau cabut infusan ya. Kan kata kamu udah mendingan dan aku juga ngerasa kalau aku udah sembuh, please ya cabut. Aku mau pulang" ucap Nadhira memohon sambil mengeluarkan puppy eyes nya.
"Eemmm... Yaudah deh, nanti sekitar jam 10-an ada suster yang bantu cabut infusannya ya. Makanya kamu abisin dulu sarapannya terus minum obat, baru aku izinin lepas infusan. Ok tuan putri?" ucap Zidan sambil mengelus puncak kepala Nadhira.
"Siap pak dokter" balas Nadhira tersenyum.
"Oh iya, kalau kamu ga mau aku bilangin kejadian ini ke ayah kamu. Kamu harus cuti dulu ya minimal 2 hari buat kamu pemulihan. Aku ga mau kamu sakit lagi" kata Zidan dengan nada khawatirnya.
"Tapi Zidan-" bantah Nadhira terpotong.
"Eittsss ga ada penolakan. Kalau kamu ga nurut, aku bilangin semuanya ke ayah kamu" ancam Zidan.
"Hmmm... Iya deh iya" ucap Nadhira pasrah.
"Yaudah, aku pulang ya. Bye Dhira" pamit Zidan.
"Ok deh, makasih ya. Hati-hati" ucap Nadhira tersenyum.

Setelah Zidan keluar dari ruangannya, Nadhira segera menghabiskan sarapannya lalu meminum obatnya. Kemudian, ia menyalakan televisi untuk ia tonton sambil menunggu suster yang akan membantunya mencabut infusannya.

Drttt... Drttt... Drttt...

Terdengar suara telepon masuk dari handphone Nadhira, segera ia menggeser tombol hijau di layar handphonenya itu.

David is calling

Hallo sayang, selamat pagi.


Eh, selamat pagi juga Dav.

Karena Waktu Tidak Akan Pernah Kembali [Completed] [Sudah Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang