Part 46

5.1K 136 13
                                    

Votement-nya ya, jangan lupa!!!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Author POV

"Dokter... Suster... Tolong mamih saya" teriak Reza di dalam rumah sakit itu.

Beberapa saat kemudian, datanglah 2 orang suster dengan membawa brankar untuk Jessica yang nantinya akan dibawa ke UGD.

"Tolong selamatkan istri saya dok, lakukan yang terbaik untuknya" pinta Ridwan pada dokter yang akan masuk ke UGD itu.
"Baik Pak, kami akan berusaha semaksimal mungkin. Mohon tunggu ya pak" ucap dokter itu, lalu masuk ke ruang UGD.

Kini, Reza dan Ridwan tengah duduk di ruang tunggu depan UGD. Do'a terus mereka panjatkan demi kesembuhan Jessica.

"Pih maafin Reza pih, mamih kayak gini karena denger omongan Reza" ucap Reza terisak.
"Sudahlah ini bukan sepenuhnya salah kamu, yang penting sekarang kita berdo'a saja ya" ucap Ridwan sambil mengelus pundak Reza.

Ceklek...

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan UGD terbuka, menampilkan seorang dokter yang baru selesai menangani Jessica. Melihat hal itu, Ridwan dan Reza langsung menghampirinya.

"Gimana dok keadaan istri saya?" tanya Ridwan penasaran.
"Ibu saya gimana dok?" tanya Reza menimpali.
"Alhamdulillah istri dan ibu anda tidak apa-apa, hanya saja sebelum pingsan beliau pasti mengalami shock yang membuat tekanan darah ibu Jessica menjadi tinggi. Sekarang, ibu Jessica akan saya pindah ke ruang perawatan dulu ya pak. Permisi" ucap dokter itu tersenyum.
"Baik, terimakasih dok" ucap Ridwan dan Reza bersamaan.

Ridwan dan Reza menghembuskan nafasnya lega.

"Yaudah yuk pih, kita tunggu di depan ruang perawatan mamih aja" ajak Reza.
"Iya yuk" balas Ridwan menyetujui.

Di tengah perjalanan menuju ruang perawatan Jessica, mereka berpapasan dengan Nadhira yang baru saja selesai jam kerjanya. Memang, rumah sakit tempat Jessica di rawat itu rumah sakit Citra Medika.

"Loh, papih?" tanya Nadhira menyapa Ridwan. Ia sengaja tak melihat ke arah Reza.
"Ya ampun, menantu papih apa kabar nak? Eemmm... Papih sama Reza lagi nungguin mamih, soalnya tadi pingsan jadi dirawat disini dulu deh" ucap Ridwan ramah.
"Sehat pih. Astagfirullah, tapi mamih ga kenapa-kenapa kan pih? Aku boleh ikut jenguk mamih pih?" tanya Nadhira pada Ridwan.
"Boleh kok sayang, ayo" bukannya Ridwan yang menjawab, malah Reza yang menjawab pertanyaan Nadhira dengan tersenyum.

Sedari tadi, Reza terus memperhatikan Nadhira dengan tatapan rindunya. Hatinya cukup sakit, melihat Nadhira tidak menyapa dan menatapnya.

"Nah yaudah, kalian duluan aja ya ke ruangan mamihnya. Papih mau ambil baju mamih dulu di rumah sekalian nanti bawa makanan" ucap Ridwan bermaksud untuk memberikan ruang pada Reza dan Nadhira agar mereka mempunyai waktu bersama lebih lama.
"Tapi pih-"
"Udah ga apa-apa, papih pergi dulu ya" pamit Ridwan memotong ucapan Nadhira.

"Ayo sayang" ajak Reza sambil menggenggam tangan Nadhira.
"Iya, tapi lepasin dulu dong Za. Aku bisa jalan sendiri" ucap Nadhira ketus sambil berusaha melepaskan genggaman tangannya dengan Reza.
"Udah, ayo jalan aja. Aku ga bakal lepasin kamu, aku ga mau kamu kenapa-kenapa" balas Reza yang enggan melepaskannya.

Akhirnya, Nadhira menuruti Reza. Lalu keduanya masuk ke ruang perawatan Jessica. Mereka melihat Jessica yang masih tertidur karena tadi dokter memberinya obat tidur.

Reza masih terus memperhatikan Nadhira yang tengah duduk di pinggir ranjang Jessica sambil mengelus tangan mamihnya.

"Sayang, kamu udah makan?" tanya Reza perhatian.

Karena Waktu Tidak Akan Pernah Kembali [Completed] [Sudah Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang