43🍫

7.6K 493 15
                                    

"SUDAH CUKUP! CUKUP!" pekik Via yang sekarang tengah berdiri diambang pintu.

Membuat ketiganya refleks mengarah kepada Via saat ini. Demi apa pun, keadaannya sudah seperti manusia yang tak terawat sedikit pun. Dengan baju yang basah dan kotor, rambut kusut acak acakkan, dan wajahnya kusam, sembab, pucat pasi. Seperti bukan Via selayaknya.

"Via?" lirih Grace.

"Cukup Bun! Hiks.... Via udah gak tahan denger omongan Bunda"

Via merasa dadanya sangat sesak, jelas sangat sesak, ketika mendengar ibu kandungnya sendiri berkata sedemikian, bukan kah sangat menyakitkan?

"Vi–Via emang anak kurang ajar, gak tau diri, Via akuin itu! Tapi satu Via mohon sama Bunda hiks... Jangan pernah nyesel telah melahirkan Via dan membesarkan Via"

Via menarik nafasnya pelan, "Via tahu, Via gak layak lagi untuk hidup, itu cuma bikin bunda sedih aja kan? Via tau kesalahan besar apa yang telah Via perbuat, Via tau itu bikin nama baik Bunda tercemar, bahkan pihak sekolah sudah mengetahui itu, hiks..."

"Jadi Via mohon sama bunda, jangan pernah menyesal memiliki anak seperti Via"

"Maafin Via Bunda" lirihnya.

Detik kemudian Via mengeluarkan pisau tajam dari belakang punggungnya, membuat ketiga orang dihadapannya pun membelakakan matanya terkejut.

"Vii! Jangan Vii! Lo gilaa huh?" pekik Rene.

Via tak menggubris perkataan temannya, ia mengarahkan pisau itu tepat diatas urat nadi nya.

Helen menangis, mendengar penuturan ucapan dari Via, terlebih lagi saat ini, Via mencoba untuk menghabisi nyawanya sendiri, sangat membuat Helen semakin frustasi dibuatnya.

"Via jangan! Bun–Bunda gak nyesel nak!"

"Viaa!!"

"Maafin Via Bun, maafin Via" lirihnya lagi, semakin membuat hati Helen tak karuan saja.

"Jangan lakukan itu Via, Bunda mohonn!" pinta Helen.

"Gak Bun, Via tau kalau Via hidup percuma aja, itu cuma membuat kalian semakin malu!"

"Via gue minta lo buang pisaunya!" ucap Grace.

"Viaaaa!!"

"Akhhh......" Grace melempar pisau itu, tetapi sempat menimbulkan goresan dalam pada tangan Via, membuat sang empunya pun meringis kesakitan. Beruntung pisaunya tidak menggores ke urat nadi nya.

"Viaa!!" pekik Rene.

"Ayo gue obatin luka lo"

"Gak usah" Via menepis lengan Grace.

"Ini gak sakit, dibanding hati gue"

Helen mendekati putrinya, ia ragu ingin memeluk putrinya sendiri. Sedangkan Via kini sedang diam tetapi air matanya terus saja mengalir tanpa menimbulkan isakan tangis.

Via menggeleng ke arah Bundanya.
"Via gak mungkin ngecewain Bundaa" lirihnya.

"Bunda gak pernah percaya apa kata Via, Bunda lebih percaya sama mulut orang dari pada Putri Bunda sendiri" ujar Via menatap nanar Helen.

"Lo percaya kan sama gue, kalo gue gak mungkin ngelakuin itu atas kemauan gue sendiri!" tanyanya pada Grace dan Rene.

"A–apa?"

"Jadi, be–bener lo ngelakuin hal it–itu?" Via mengangguk tanpa berhenti menangis.

Tubuh Grace melemas seketika, lalu langsung memeluk sahabatnya itu "Gue gak percaya Vi, gue gak percaya!" ujar Grace.

MELVIANO (selesai)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang