Disinilah mereka diruang keluarga atas permintaan Bagas tadi dimeja makan. Bagas melihat dua gadis dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Anin, ayah mau tanya sama kamu kenapa kamu mau Alena jadi bunda kamu?"tanya Bagas.
Anin yang sendari tadi menunduk tidak berani menatap ayahnya, lantas mengangkat kepalanya melihat ayahnya.
"Itu karena Anin melihat sikap Alena yang penyayang seperti seorang ibu yah, dia selalu ada disaat suka maupun duka. Dia selalu dampingi aku saat aku sedih, Alena selalu ada untukku yah, jadi aku merasa mempunyai seorang ibu kalau berada didekatnya,"jawab Anin sembari meneteskan air mata lalu memeluk Alena yang berada disampingnya, Alena mencoba untuk menenangkannya. Ia masih bingung melihat semua ini kenapa sahabatnya ini sangat menginginkan dirinya untuk menjadi ibunya.
"Bukankah semua sahabat memang bersikap seperti itu, benar kan?"tanya Bagas ia ingin tahu reaksi anaknya.
"Alena berbeda ayah!!"jawab Anin dengan meninggikan suaranya.
Alena yang sedang memeluknya tentu kaget mendengar Anin sampai meninggi kan suaranya."Anin, nggak boleh berbicara dengan nada tinggi sama ayahmu, dia orangtuamu Nin kamu harus hormati dia."
"Maaf Bun aku kelepasan,"jawab Anin.
Tanpa disadari oleh mereka berdua Bagas tersenyum kecil saat melihat anaknya dinasehati oleh Alena.
Alena memang cocok untuk menjadi pengganti bundanya Anin yang sudah tiada, fikir Bagas."Anin maafin ayah ya, kalau selama ini ayah jarang memperhatikan kamu. Kamu tidak usah menangis, ayah ijinin kamu buat panggil Alena bunda, tapi untuk menikah ayah rasa harus ada persetujuan dari dua pihak," ujar Bagas.
"Anin yang harusnya minta maaf karena Anin udah berbicara tidak sopan sama ayah, makasih ya yah udah ijini aku buat panggil Alena bunda,"ujar Anin lalu berjalan menghampiri bagas dan memeluknya.
"Iya apapun buat anak ayah, Alena kamu tidak apa-apa kan dipanggil bunda sama anak saya? Saya minta maaf jika ini mengganggumu." Bagas menatap Alena yang sedang duduk disofa depannya.
"Tidak apa-apa om, meski aku merasa masih canggung karena belum terbiasa."
"Lama-lama kamu akan terbiasa jika sudah jadi bunda beneran,"ujar Bagas menatap Alena, Alena hanya diam dan senyum malu-malu.
"Kamu ngga mau peluk saya sama Anin? sini bunda Alena."pinta Bagas ia ingin sedikit menggoda Alena karena jika Alena malu itu terlihat sangat menggemaskan di mata Bagas, Alena yang mendengar menjadi gugup dan tersipu malu.
"Ng–ngga apa-apa nih om?"tanya Alena dengan gugup, menolak ia tidak enak.
Anin melepaskan pelukan ayahnya lalu menghadap ke arah Alena. "Nggak apa-apa kok Bun sini anggap aja Bunda meluk ayah bunda sendiri hehehe,"jawab Anin sembari terkekeh. Dengan masih ragu-ragu Alena mendekati ayah dan anak itu lalu ikut berpelukan.
Yes, kayaknya ayah udah ada rasa nih sama Alena, batin Anin.
.............
Kini Alena dan Anin sedang bersantai di gazebo sambil memakan cemilan dan memainkan ponselnya.
Anin sedang tiduran berbantalkan paha Alena, sedangkan Alena duduk bersandar di tiang gazebo dan memainkan ponselnya. Alena sedang memberi kabar pada bundanya bahwa besok tidak pulang karena Anin meminta ditemani lagi, Alena yang mau menolak pun tidak tega lagipula sekarang sedang libur akhir semester selama 1 minggu jadi tidak apa-apa menginap sementara.

KAMU SEDANG MEMBACA
-
Roman d'amour[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...