"Nin bangun yuk sudah Subuh." Alena menggoyangkan lengan Anin untuk membangunkannya.
"Nin bangun dong mandi, katanya mau pagi-pagi sekali anter aku pulang." Alena masih berusaha membangunkan Anin, tetapi Alena merasa janggal saat memegang lengan Anin yang terasa panas lalu dengan cepat Alena membalikan tubuh Anin menjadi terlentang karena tadi Anin tidur miring, Alena langsung memegang kening Anin yang juga terasa sangat panas.
"Anin kamu sakit?! Badan kamu panas banget, bangun dulu Nin kita kerumah sakit." Alena panik dan juga khawatir.
Alena tambah panik saat Anin tidak kunjung bangun, tanpa membuang waktu Alena langsung keluar menuju kamar Bagas yang lebih dekat dengan kamar Anin, Alena yang sedang panik tidak memikirkan rasa malunya.
Ia langsung membuka kamar Bagas yang kebetulan tidak dikunci."Om! om bangun om hiks..." Alena membangunkan Bagas sambil menangis, karena saat ini ia sangat menghawatirkan keadaan Anin. Bagas yang mendengar suara orang menangis lalu membuka matanya dan melihat Alena yang sedang menangis.
Bagas langsung mendudukkan tubuhnya di kasur dan menatap Alena bingung, kenapa Alena menangis pagi- pagi sekali, pikir Bagas.
"Ada apa Alena kenapa kamu menangis?"tanya Bagas.
"Om tolong Anin om, dia sakit dibangunin nggak bangun-bangun hiks...." Alena masih terisak-isak.
Bagas yang mendengar langsung berlari menuju kamar anaknya.
"Nin bangun sayang. "Bagas menepuk nepuk pipi anaknya tetapi tidak ada pergerakan dari Anin Bagas lantas membopong Anin.
"Ayo kita bawa Anin kerumah sakit kamu ikut saya Alena,"ujar Bagas, sembari membopong anaknya, Alena mengangguk dengan masih menitikan air mata lalu mengikuti langkah Bagas.
..........
Di rumah sakit....
Anin sudah dibawa masuk untuk diperiksa, Alena dan Bagas duduk di bangku tunggu diluar ruangan Anin dirawat.
Alena sendari tadi tidak bisa menghentikan air matanya, Bagas memegang pundak Alena berusaha menenangkannya. Alena menghadap Bagas, ia sudah tidak memikirkan rasa malunya lantas memeluk bagas erat dan menangis didalam pelukan Bagas. Bagas membalas pelukan Alena dan mengusap punggung wanita itu untuk menenangkannya.
"Sudah Alena jangan menangis terus, kita doakan semoga Anin baik-baik saja ya."Alena mengangguk dipelukan Bagas.
"Ya sudah sekarang kita ke mushola ya kita solat subuh dan mendoakan Anin semoga baik-baik aja. "Alena melepaskan pelukan Bagas dan berjalan mengikuti Bagas.
Setelah melaksanakan ibadah sholat subuh mereka kembali ke ruang rawat Anin, tak lama kemudian ada dokter yang keluar dari ruangan Anin dirawat Alena langsung saja menghampiri dokter tersebut.
"Dok gimana keadaannya?"tanya Alena dengan wajah yang terlihat khawatir dan panik.
"Mohon maaf pak, bu kami tidak bisa menyelamatkan pasien....."
Brukkk....
Belum sempat dokter menyelesaikan perkataanya Alena sudah tumbang, untung saja Bagas yang berada dibelakangnya langsung menyangga tubuh Alena agar tidak terjatuh ke lantai.
Bagas langsung menggendong Alena ala bridal style."Dok ada apa dengan Anin dok kenapa anak saya?" Bagas ikut khawatir.
"Mohon maaf tapi...."
.........
Satu jam kemudian.....
Alena membuka matanya perlahan pandangannya melihat sekitarnya, dinding berwarna putih dan aroma obat obatan sangat menusuk Indra penciumannya. Dan dia tahu sekarang dia berada dirumah sakit, Alena langsung bangun saat mengingat Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Ayah
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...