Happy reading
Bagas dan Alena kini sedang berbaring ditempat tidur dengan Alena yang terlihat nyaman berada di pelukan Bagas jam sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi mereka belum merasa mengantuk karena tadi tidur siang cukup lama.
"Sayang setelah mas fikir-fikir mas nggak lagi ijinin kamu buat sekolah deh yang, mas takut hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi lagi." Alena mendongkak melihat wajah Bagas, setelah mendengar Bagas mengatakan itu.
"Kenapa mas?" Tanya Alena, karena Alena sebenarnya sedikit keberatan dengan keputusan Bagas yang tidak memperbolehkannya untuk melanjutkan sekolah, ia mau berhenti sekolah tapi nanti setelah kehamilannya sedikit membesar.
"Mas nggak mau kamu kenapa-kenapa sayang, sekolah bukan tempat yang baik buat kamu sama kandungan kamu."
"Tapi bukanya mas bolehin aku kemarin, dan untuk kejadian seperti kemarin aku janji mas nggak bakal terulang lagi, jadi bolehin ya mas aku sekolah."
Alena berkata dengan wajah memelasnya ia melakukannya supaya Bagas luluh dengannya tapi sekarang Bagas tidak akan luluh dengan tatapan memelas Alena, karena sekarang yang dipikirannya adalah keselamatan Alena dan calon anaknya ia tidak mau diantara mereka dalam bahaya.
"Sayang mas mohon sekali ini dengerin mas ya, mas nggak ijinin kamu juga demi kebaikan kamu dan calon anak kita. Mas nggak mau kalau sampai merasakan kehilangan lagi di dalam hidup mas."
Bagas berkata dengan suara lirih dan menatap Alena dengan tatapan sendu, membuat hati Alena seperti tersayat rasanya sungguh sakit melihat suaminya berkata dengan penuh permohonan, ia jadi merasa gagal menjadi seorang istri, padahal bundanya dulu pernah bilang jika ia harus menuruti semua perkataan suaminya tidak boleh egois tapi ia seakan melupakannya. Alena menatap Bagas dengan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya, hanya tinggal berkedip saja pasti langsung jatuh air matanya.
"Maafin aku mas, aku gagal jadi istri yang baik buat mas, aku nggak pernah turutin kata-kata mas hiks..."
"Syuut...sayang kamu adalah istri yang baik dan kamu bukan istri yang gagal, jadi jangan ngomong kayagitu lagi."Bagas mengecup kening Alena dan menghapus air mata yang jatuh dipipi Alena.
Alena tersenyum lalu memeluk Bagas erat.
"Aku memutuskan untuk tidak sekolah mas, aku mau home schooling aja,"ujar Alena yang masih dalam pelukan Bagas. Bagas menghelai nafas lega mendengarnya.
"Maaf ya sayang gara-gara mas bikin kamu hamil, kamu jadi nggak bisa menikmati masa sekolah kamu."Alena melepaskan pelukannya dan ia menatap dalam mata Bagas.
"Mas nggak perlu minta maaf ini bukan salah mas, ini udah kewajiban aku sebagai istri buat hamil anak mas."
"Terima kasih sayang."Bagas mengecup bibir Alena singkat.
"Ya udah sekarang tidur ya udah malam, nggak baik bumil tidur sampai larut malam."
**
"Bunda beneran nggak sekolah?"tanya Anin saat mereka sedang sarapan."Iya, ayah yang nggak ijinin bunda buat sekolah." Tentu saja bukan Alena yang menjawab tapi Bagas.
"Yah nggak enak deh disekolah nggak ada bunda, tapi nggak papa sih demi keselamatan bunda dan calon adik aku."
"Mas si Sandra bagaimana, aku takut kalau nanti dia apa-apain Anin di sekolah."Alena sedikit cemas, dikarenakan masalahnya dengan sandra belum selesai, ia juga belum tau motif Sandra apa melakukan itu padanya, dan ia jadi takut jika Anin yang akan menangungnya disekolah, karena tidak ada dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Ayah
Romantik[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...