part 40

44.2K 2.1K 76
                                    

Happy reading






2 bulan kemudian...

"BUNDA"teriakan Anin dari arah tanggal membuat Alena yang sedang memotong sayuran di dapur kaget.

"Bunda, ayah nyebelin bund!"adu Anin sambil memeluk lengan Alena.

"Ayah nyebelin kenapa emangnya?"tanya Alena, ia sudah terbiasa melihat keributan ayah dan anak ini, menurutnya lucu saat mereka ribut, dan mereka akan saling mengadu padanya membuat Alena gemas dengan tingkah mereka.

"Bunda anak kamu nggak mau ngalah sama ayah,"adu Bagas juga yang saat ini masih menggunakan piyama tidurnya, Bagas mendekati Alena dan bergelayut di lengan Alena, padahal saat ini alena sedang memotong sayuran, Alena akhirnya meletakkan alat memasaknya, saat ini ia harus mengurus dua bayi besarnya dulu.

"Bunda ayah nyebelin bund,"adu Anin lagi.

"Kamu yang nyebelin nggak mau ngalah sama ayah,"ujar Bagas.

Alena hanya menggelengkan kepalanya ia sungguh pusing tapi ia menikmatinya.

"Sekarang bunda tanya sama Anin, ayah nyebelin kenapa?"tanya Alena.

"Ayah nyebelin, masa Anin disuruh nemenin Tante Yana buat terapi, bunda kan tau sendiri Anin nggak suka rumah sakit, katanya ayah mau berduaan sama bunda dirumah karena lagi libur, ayah nyebelin kan bund."

"Emang ayah nyebelin pake banget,"ujar Alena menatap suaminya dengan senyum mengejek, sedangkan anin menatap ayahnya dengan senyum kemenangan karena ia dibela oleh bundanya.

"Kita kan jarang berduaan sayang, karena mas hari ini libur mas pengin quality time sama kamu." Alena memutar bola matanya malas, jarang berduaan apanya setiap hari juga tidur berdua.

"Mas ini hari terakhir Tante Yana terapi loh mas, mas liat kan Tante Yana sudah bisa berjalan kembali, tanpa menggunakan tongkat, jadi kita harus menemaninya, mamah kan  sedang keluar kota sama papah, masa Tante Yana harus terapi sendirian, kasian kan mas,"ujar Alena.

"Hufft baiklah, untung saja tinggal terakhir."ujar Bagas dengan malas.

"Hehehe gitu dong, Anin kan jadi nggak batal pergi ke mall nya."kekeh Anin.

"Mau ngapain kamu ke mall?"tanya Bagas.

"Jajan ayah,"jawab Anin.

"Sendiri?"tanya Bagas.

"Iya yah,"jawab Anin..

"Hati-hati loh, minta diantar supir ya,"ujar Alena.

"Siap bun,"ujar Anin mencium pipi Alena dan ayahnya lalu berjalan menuju kamarnya.

Alena melanjutkan kegiatan masaknya lagi.

"Mas mandi dulu sana,"ujar Alena.

"Mas bantu kamu ya, kamu kelihatan lelah banget akhir-akhir ini,"ujar Bagas sambil membantu Alena mencuci sayuran.

"Aku juga nggak tau mas, bawaannya emang gampang lelah, terus kadang-kadang males ngapa-ngapain."ujar Alena.

"Mas carikan pembantu lagi ya, biar ada yang bantu kamu,"ujar Bagas.

"Em iya deh mas, rasanya aku bakal keteteran ngurus rumah sendiri, padahal dulu nggak keteteran loh mas, tapi belakangan ini benar-benar capek banget mas ngerjain semua pekerjaan rumah,"ujar Alena.

"Kamu kurangin juga ya kegiatan disekolah, mas nggak mau liat kamu sakit karena kelelahan beraktivitas,"ujar Bagas Alena mengangguk, mungkin benar kata suaminya, ia harus mengurangi kegiatan di sekolahnya, mungkin pelajaran tambahan, karena  tanpa pelajaran tambahan juga ia sudah pintar.

*

*

*
"Selamat ya bu, ibu sudah bisa berjalan dengan normal,"ujar dokter yang selama ini membantu terapi Yana.

"Terimakasih dok,"ujar Yana.

"Sama-sama bu, kalau begitu saya permisi,"dokter pergi meninggalkan ruang terapi.

"Aku senang sekali akhirnya aku bisa berjalan lagi,"ujar Yana sambil berusaha berjalan dengan hati-hati.

Alena yang melihatnya ikut tersenyum senang.

"Selamat ya tante, Alena ikut senang liat tante bisa berjalan kembali."

"Terima kasih Alena,"ujar Yana.

"Sini Tante mau peluk kamu."Alena mengangguk dan berjalan mendekati Yana lalu mereka saling memeluk.

"Aku ingin mengucapkan terima kasih sama kamu Alena dan kamu Bagas, sudah mau menemaniku jika aku terapi, hingga aku bisa berjalan lagi sekarang,"ujar Yana setelah melepaskan pelukannya.

"Sama-sama Tante, kita malah mau minta maaf sama tante dengan sebesar-besarnya, kalau kita tidak menabrak tante pasti tante tidak akan seperti ini,"ujar Alena.

"Nggak papa."

"Ya sudah kita pulang,"ujar Bagas yang sedari tadi diam.

"Kalian pulanglah, aku akan pulang menggunakan taksi, karena aku mau kesuatu tempat,"ujar Yana.

"Tapi tante, tante kan baru sembuh, nanti kalau dijalan kenapa-kenapa gimana,"ujar Alena.

"Aku sudah tidak apa-apa Alena, lihatkan aku sudah berjalan normal kembali,"ujar Yana sambil membuktikan dengan berjalan-jalan.

"Biarkan sayang, ayo kita pulang,"ujar Bagas.

"Iya mas, ya udah tante hati-hati ya, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"
Alena dan Bagas kemudian pergi meninggalkan Yana.

*
*

"MAS BERHENTI." teriak Alena, Bagas yang sedang menyetir mengerem mobilnya mendadak, ia kaget mendengar teriakan Alena.

"Asstafirullah, ada apa?"tanya Bagas pada Alena.

"Aku mau martabak yang dipinggir jalan itu mas,"ujar Alena sambil menunjuk penjual martabak yang berada dipinggir jalan.

"Apa, hanya itu kamu teriak-teriak, bahaya sayang, kita bisa saja celaka!"ujar Bagas dengan nada tegas, ia sungguh sangat kaget, untung saja dibelakang mereka tidak ada mobil jika ada entah apa yang akan terjadi.

Alena menunduk, ia takut mendengar suara tegas suaminya.

"Maaf mas hiks hiks."Alena menangis, entah kenapa ia jadi sangat sensitif belakangan ini.

Bagas yang mendengar istrinya menangis jadi merasa sangat bersalah seharusnya ia tidak mengeluarkan nada tegasnya, pasti ia sudah membuat istrinya takut.

Bagas memeluk Alena dan mengecup puncak Alena bertubi-tubi.

"Maafin mas, sudah berkata dengan tegas sama kamu, mas nggak marah sama kamu sayang, mas cuma kaget tadi, jangan diulangi lagi ya,"ujar Bagas.

"Hiks aku minta maaf mas hiks, ini salah aku hiks hiks huuu,"Alena menangis semakin kencang. Membuat Bagas semakin mengeratkan pelukannya.

"Syutt nggak sayang, kamu nggak salah kok, udah ya jangan nangis,"ujar Bagas melepaskan pelukannya dan menyeka air mata Alena. Alena berusaha menghentikan tangisnya.

"Jadi beli martabaknya?"tanya Bagas dengan suara yang lebih lembut.
Alena mengangguk dan tersenyum manis, seakan tidak terjadi apa-apa tadi, Bagas yang melihatnya ikut tersenyum.

"Ya udah yuk kita turun, kita beli martabaknya, atau mau mas aja yang beli,"ujar Bagas.

"Aku ikut mas,"ujar Alena.





Thank you guys udah baca vote sama komen❤️

Bunda untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang