part 5

74.8K 3.8K 75
                                    


Happy reading 💙


.......
Bagas mengingat kembali apa yang dilakukannya pada Alena saat di balkon kamar anaknya, saat dirinya mencium bibir manis itu dengan penuh hasrat, mungkin memang benar karena  sudah 17 tahun menduda jadi dirinya bernafsu saja bukan perasaan cinta saat mencium Alena.

"Ayah kenapa melamun?" tanya Anin yang melihat ayahnya dari tadi terlihat melamun tidak melihat televisi didepannya.

Bagas tersadar dari lamunannya saat mendengar suara putrinya. "Ayah cuma lagi mikirin pekerjaan takutnya ada yang belum selesai, sebelum ayah menemani kamu liburan. Supaya nanti tidak menggangu waktu kita saat berlibur,"ujar Bagas berbohong masa iya ia harus jujur apa yang tadi dilamuninya.

"Bicara soal liburan mau liburan kemana yah bun, aku pengin liburan bertiga gimana kalau kita ke mall?"tanya Anin.

"Kok ke mall sih nin masa liburan dimall."protes Alena.

"Hehehe ngga papa kan yah? Aku lagi pengin beli cemilan sama nonton." Anin menghadap ayahnya meminta persetujuan dari ayahnya.

"Boleh dong kalau kamu mau ke mall besok ayah anterin."

"Yes makasih ayah,"ujar Anin senang.

"Bunda mau kan ke mall, kalau ngga mau bunda boleh usul kita akan kemana." Anin menatap Alena.

Alena mengangguk setuju lalu tersenyum manis sebagai jawaban.

"Yes makasih bunda."Anin lalu memeluk Alena.


..........

Sekarang sudah hampir tengah malam tapi Alena masih betah menonton tv diruang keluarga.

Bagas yang tadi sudah kembali ke kamar, turun lagi untuk mengambil minum didapur, tetapi tidak sengaja melihat Alena yang masih duduk sendirian di sofa depan tv. Bagas yang ingin kembali ke kamarnya mengurungkan niatnya, dan berjalan menghampiri Alena yang sedang duduk sendirian menonton tv.

"Alena."panggil Bagas.

Alena tentu kaget saat mendengar namanya dipanggil ia melihat kesamping jantungnya berdetak kencang dan lagi-lagi ia merasa gugup saat melihat Bagas yang sudah duduk disofa, ia juga merasa takut karena sekarang mereka hanya berdua ia takut Bagas akan berbuat macam- macam terhadapnya seperti kemarin malam.

"Eh om dari kapan disitu?"tanya Alena.

"Baru aja, saya mau bicara sedikit sama kamu apa saya mengganggu waktumu?"tanya Bagas.

" Eh Tidak om," Jawab Alena.

"Saya mau berbicara soal yang kemarin malam, saya minta maaf karena saya sudah lancang menciumu. Saya juga tidak tau kenapa bisa kebablasan, mungkin karena saya sudah menduda belasan tahun jadi saya terbawa nafsu. Sekali lagi saya minta maaf Alena, hanya permintaan maaf yang bisa saya berikan kalau kamu mau menghukum saya, saya terima asalkan kamu mau memaafkan saya yang sudah kurang ajar ini." Bagas berkata dengan lirih dari nada suaranya terdengar sangat menyesal melakukan itu.

Alena yang mendengarnya hanya bisa menitikan air matanya, Alena tidak marah pada Bagas hanya saja ia kecewa pada dirinya sendiri karena dia juga ikut menikmati ciuman itu.

Alena juga memaklumkan setelah mendengar penjelasan Bagas yang mengatakan bahwa dia terbawa nafsu, Bagas lelaki normal wajar jika dia melakukan itu apalagi dia sudah menduda belasan tahun.

"Aku sudah memaafkan om, hanya saja aku kecewa pada diriku sendiri yang tidak bisa menjaganya untuk tidak disentuh selain suamiku hiks," ujar Alena sambil terisak kecil.

"Apa itu yang pertama?"tanya Bagas

Alena hanya mengangguk tanpa melihat kearah bagas, dia merasa malu karena Bagas menanyakan soal itu.

Setelah mendengar jika ia yang pertama menciumnya, entah kemana perginya rasa bersalah dan penyesalannya, malahan sekarang ia tersenyum senang tentu tanpa sepengetahuan Alena.

"Maafin saya sekali lagi Alena, saya  mohon setelah kejadian ini kamu jangan menjauhi Anin ya, karena cuma kamu yang bisa membuat Anin bahagia."Bagas berujar dengan tulus, Alena memandang Bagas dengan mengusap air mata yang akan terjatuh.

"Om aku tidak mungkin menjauhi Anin dia sahabatku yang sangat baik," jawab Alena tersenyum manis.
Bagas ikut tersenyum saat melihat senyum manis milik Alena.

"Makasih Alena, em saya boleh peluk kamu?"tanya Bagas, Alena ragu-ragu mau menerima atau menolak, Bagas yang tau bahwa Alena ragu-ragu lalu mendekati Alena duduk disampingnya dan mengusap pelan kepalanya.

"Nggak papa Len tidak usah ragu anggap saja saya ayahmu,"ujar Bagas,
tersenyum manis yang membuat jantung Alena berdetak lebih cepat. dengan masih ragu-ragu  Alena lalu memeluk bagas, Bagas langsung membalas pelukan Alena dan mencium puncak kepalanya.

"Kenapa saat berdekatan denganmu om, aku merasakan jantungku berdetak lebih kencang, apakah aku sudah merasakan jatuh cinta, ya Allah tolong jauhkan rasa ini jika dia bukan jodohku dan jika dia jodohku tunjukan jalanmu supaya kita bisa bersatu,"ujar Alena didalam hati sambil masih memeluk bagas.

"Semoga kita berjodoh Alena."ujar Bagas didalam hati.

Setelah itu mereka melepaskan pelukannya, Bagas mengusap pelan air mata Alena yang masih turun di pipinya.

"Berhenti dong nangisnya entar cantiknya ilang,"ujar Bagas lembut, Alena tersenyum kecil mendengar perkataan Bagas .

"Mau om temenin nonton tv nya om juga belum mengantuk."tawar Bagas.

"Em boleh om"jawab Alena ragu, lalu mengalihkan pandangannya ke tv.

"Jadi ayah udah pernah ciuman sama Alena, wow ini kabar yang sangat bagus. Dari tatapan ayah ke Alena aku rasa ayah udah ada rasa. Hem semoga saja mereka cepat-cepat saling mencintai ,"gumam Anin. Anin tadi sebenarnya ingin menyusul Alena karena tidak ada di kamar tapi saat melihat Alena tengah berbicara dengan ayahnya Anin memilih menguping di balik tembok.




............

Sudah lama mereka nonton tv, Bagas melihat Alena sudah tertidur dengan bersenderan pada sofa.

"Heemm katanya belum mengantuk tapi sudah masuk ke alam mimpi,"gumam Bagas pelan.

Bagas langsung berdiri dan melangkah mendekati Alena kemudian membopongnya ke atas kamar anaknya.

Tetapi saat sudah sampai di depan kamar Anin pintunya sudah ditutup, Bagas mencoba membukanya tapi pintunya sepertinya dikunci. Ia teringat kunci cadangan kamar Anin,  tapi ia lupa menaruhnya lagi dimana setelah kemarin malam digunakan untuk membuka kamar anaknya.

"Kenapa bisa kebetulan sekali, kunci cadanganya hilang, saya harus bawa Alena kemana ini?"gumam Bagas merasa bingung, Ia ingin memanggil Anin merasa kasihan, takut mengganggu tidurnya. Bagas tidak punya pilihan lain dia akhirnya membawa Alena kedalam kamarnya.

Bagas sadar bahwa ini salah tapi tidak ada cara lain, kamar tamu masih sangat berantakan dan hanya dibersihkan ketika akan ada tamu yang datang, masa iya Alena disuruh tidur disofa, Bagas tidak akan tega lagipula ranjangnya besar tidak akan sempit sempitan apalagi bersentuhan. Bagas yang sudah sampai di kamarnya langsung merebahkan tubuh Alena dengan hati-hati dan langsung menyelimutinya sebatas dada.

Bagas bimbang sekarang apakah dia harus tidur disamping Alena atau disofa tapi sofa dikamarnya kecil tidak akan cukup untuk tubuhnya, besok pagi saat terbangun pasti tubuhnya akan sakit semua jika tidur disana, akhirnya Bagas yang juga sangat mengantuk tidak lagi memikirkan resikonya ia langsung saja merebahkan tubuhnya disamping Alena kemudian tidur membelakangi Alena.






Bersambung.



Insyaallah aku update nya setiap hari ya dan tidak hanya satu part saja. Di tunggu aja ya yang mau baca ulang 😄

Bunda untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang