part 3

74.7K 4.2K 143
                                    

Happy reading





Adzan subuh berkumandang dan Alena yang mendengar langsung bangun lalu beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Setelah itu selesai berwudhu Alena kembali kekamar dan membangunkan Anin untuk solat berjamaah.

"Anin bangun udah subuh ambil wudhu terus solat." Alena membangunkan Anin sambil menggoyangkan tubuhnya, akhirnya Anin berhasil dibangunkan.

"Iya Bund"

Anin langsung bangun dari tidurnya lalu pergi mengambil wudhu.

Alena menunggu sembari menyiapkan alat sholatnya, setelah Anin selesai berwudhu mereka langsung melaksanakan ibadah solat subuh.




............

Sekarang sudah pukul 5.30 wib
Alena yang tadi sehabis sholat subuh tidak tidur langsung keluar kamar menuju dapur untuk memasak sarapan meninggalkan Anin yang masih tidur nyenyak. Didapur sudah terlihat bibi yang sedang berkutat dengan bahan masakannya.

"Bibi mau masak apa, boleh Lena bantu?"tanya Alena saat sudah berada disamping bibi.

"Ehh non Lena udah bangun. bibi rencananya mau masak nasi goreng non,"jawab Bi Sum, Alena sering memanggilnya seperti itu.

"Ya udah bi, biar Lena aja yang masak bibi kerjain yang lainnya aja."

"Maaf non bibi bantu aja ya non, engga enak bibi,"ujar bi Sum merasa tidak enak.

"Ngga usah bi, pasti bibi lagi banyak kerjaan kan? Sekarang aku yang masak aja cuma nasi goreng doang mah kecil aku bisa sendiri bi hehehe,"ujar Alena sembari terkekeh

"Baik non, kalau begitu bibi nerusin nyuci dulu ya non."

"Silahkan bi." Alena kemudian melanjutkan masakan bi Sum tadi.

Lima belas menit kemudian Alena sudah menyelesaikan masaknya dan sudah tertata rapi diatas meja makan.

"Pagi Alena."sapa suara bariton yang terdengar di telinga Alena. Alena menghadap kebelakang dan terlihat Bagas yang baru bangun tidur karena masih menggunakan baju tidur. Bagas sedang berjalan menuju meja makan.

Alena yang melihat Bagas jadi gugup, ia mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam di balkon kamar Anin, tetapi ia mencoba menahan perasaan gugupnya dengan bersikap tenang.

"Pagi om."balas Alena tetap tenang

"Anin belum bangun Len?"tanya Bagas.

"Belum kayaknya om, kalau begitu aku pamit mau bangunin anin dulu ya om."Alena lalu berjalan kekamar yang tadi ditidurinya.



............

Sesampainya Alena dikamar ia melihat Anin masih nyaman bergelung dengan selimutnya, sama sekali tidak terganggu dengan cahaya matahari yang sudah masuk melalui jendela yang dari tadi sudah Alena buka.

"Anin bangun udah pagi, sarapan yuk aku udah bikinin nasi goreng kesukaanmu loh." Alena berusaha membangukan anin.

"Nin bangun dong itu ayahmu juga udah nungguin kamu".

Usaha Alena akhirnya tidak sia-sia untuk membangunkan Anin karena tak lama kemudian Anin terbangun.

"Pagi Bun."sapa Anin sembari menggeliat lalu mengucek matanya, dan duduk bersila diranjang.

" Pagi Nin."balas Alena sambil tersenyum manis.

"Sekarang mandi ya terus turun kebawah, udah ditungguin itu sama ayah ngga enak juga nanti nungguinnya lama." Perintah Alena yang sedang duduk dipinggir ranjang.

"Aku cuci muka dulu aja deh Bun, mandinya nanti hehehe. Aku ngga lama kok nanti aku nyusul ke bawah." Anin langsung beranjak dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi.

Alena yang melihat itu geleng-geleng kepala dia masih merasa geli jika dipanggil bunda, mungkin karena belum terbiasa dengan panggilan Anin yang memanggilnya bunda, dan masalahnya juga yang memanggil dirinya bunda adalah temanya sendiri kalau yang memanggil masih anak kecil mungkin dirinya tidak akan merasakan geli seperti ini.

Ia merapikan tempat tidurnya setelah itu berjalan menuju dapur lagi.

..........

Didapur Alena melihat Bagas sedang memainkan ponselnya.

"Om mau langsung mulai makan atau mau nunggu Anin? Anin sebentar lagi turun lagi cuci muka."Alena duduk di kursi meja makan berhadapan dengan Bagas.

"Nunggu Anin saja supaya kita bisa makan bareng-bareng,"jawab Bagas menatap Alena, Alena hanya mengangguk dan memalingkan wajahnya supaya tidak bertatap muka dengan Bagas, karena dia merasa malu dan juga menjadi gugup jika ditatap oleh Bagas.

Tak lama kemudian Anin turun.

"Pagi ayah, bunda."sapa Anin lalu berjalan mendekati Alena dan Bagas dengan mencium pipi mereka.

Bagas yang mendengar panggilan Anin mengerutkan keningnya.

"Bunda siapa?"tanya Bagas merasa bingung mendengar panggilan anak kesayangannya, padahal disini hanya ada dirinya dan Alena, masa iya Alena yang dipanggil bunda oleh anaknya.

Alena sudah merasa deg-degan menunggu reaksi Bagas, Alena takut kalau Bagas akan marah.

"Iya bunda ayah. Bunda Alena, aku panggil Alena bunda kalau dirumah ini, diluaran panggilanya seperti biasa, boleh kan yah? aku pengin ngerasain panggil bunda dirumah."
Anin duduk disamping ayahnya.

"Tapi Alena kan bukan bunda kamu," ujar Bagas.

"Ya udah, ayah nikah aja sama Alena biar Alena beneran jadi bunda aku,"ujar Anin dengan santainya, tangannya sambil mengambil makanan.

Mendengar perkataan Anin sontak Alena dan Bagas saling menatap tapi tak lama karena Alena segera mengalihkan tatapannya dari Bagas, wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus saat Anin mengatakan pada Bagas untuk menikahinya.

"Ngawur kamu nak kalo ngomong, orang Alena juga masih sekolah mana mau sama ayah yang udah tua, Alena masih punya masa depan yang harus dikejar jadi jangan ngarang kalau ngomong Nin!" Bagas sedikit menaikan nada suaranya, Anin yang mendengar suara ayahnya sedikit meninggi tau bahwa ayahnya sedang menahan amarah.

Anin menatap sendu ayahnya dan matanya sudah berkaca-kaca siap untuk menangis. "Maaf yah, tapi jujur aku pengin banget Alena jadi bunda aku yah, aku ngga mau bunda-bunda yang lain aku maunya Alena ayah yang jadi bunda aku hiks.. hiks...." Anin menangis akhirnya, Alena yang melihat Anin menangis langsung menghampiri Anin, lalu memeluknya berusaha menenangkannya, Anin langsung balas memeluk Alena erat.

Dan Bagas tentu merasa kasihan melihat anaknya menangis dan juga merasa bersalah karena sudah meninggikan suaranya tadi.

"Maafin ayah ya nin, ayah sudah meninggikan suaranya tadi, ayah hilang kontrol nin."Bagas meminta maaf sambil mengelus punggung anakanya yang masih berada di pelukan Alena.

"Ya sudah sekarang lanjut makan dulu yah, obrolan ini dilanjut nanti setelah makan, kalian temuin ayah di ruang keluarga."

"Ya Ayah."jawab Anin dengan suara serak, setelah tangisnya mereda.
Alena kembali ke bangkunya. Setelah
itu semuanya makan dengan hening dan sibuk dengan fikiranya masing-masing.




Semoga kalian suka😊

Bunda untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang