part 56

36.7K 2.1K 421
                                        

Anin membuka pintu kamar ber cat putih itu. Ruangan ini begitu sepi dan suasananya terasa dingin tidak seperti dahulu yang suasananya hangat dan terasa ramai.

Anin meneteskan air mata saat melihat seseorang sedang duduk dilantai samping ranjang dengan tubuh yang bergetar, Anin yakin orang itu sedang menangis dengan memandang foto seseorang.

Apa yang harus ia lakukan supaya ayahnya tidak seperti itu lagi, rasanya sungguh sakit melihat ayahnya selama satu bulan ini mengurung dirinya di kamar, kamar yang sangat berantakan dan keadaan tubuhnya yang mulai mengurus karena sepertinya sang empunya tidak merawat tubuhnya.

Anin yang tidak tahan melihat semuanya lantas menutup pintunya kembali dan mengambil tas di kamarnya lalu keluar dari rumah.

Keluarganya jadi kacau seperti ini gara-gara dirinya, Anin yakin itu.

*

Anin mendatangi rumah yang terlihat sederhana, ia melihat rumah itu begitu sepi, selama satu bulan ini ia selalu berkunjung ke rumah ini menemui seseorang yang bisa membuat keluarganya utuh kembali.

Tok..tok..tok...

Tak lama kemudian pintu terbuka terlihat wanita cantik dengan perut besarnya dan kerudung yang menutupi kepalanya.

"Anin."panggil wanita itu dengan suara lembutnya. Anin langsung memeluk wanita itu dengan menangis sesenggukan.

"Ku mohon kembalilah, aku tidak tahan melihat kondisinya,"ujar Anin dengan lirih.

"Tapi–"

Anin menatap wanita itu dengan raut penuh permohonan membuat wanita cantik itu meneteskan air matanya kemudian menganggukan kepalanya, membuat Anin tersenyum bahagia di tengah tangisnya.

***

Anin membuka pintu kamar ayahnya, ayahnya masih dalam posisi yang sama duduk dilantai dengan tubuh yang bergetar membuat seseorang yang dibawa Anin merasa sakit dihatinya melihat pemandangan itu.

"Ayah."panggil Anin, Bagas tetap bergeming.

"Ayah Anin membawa sesuatu buat ayah,"ujar Anin lagi berharap ayahnya mau merespon ucapanya.

Tapi harapan Anin sia sia karena ayahnya bahkan tidak menjawabnya.

"Ayah, Anin punya bunda baru untuk ayah,"ujar Anin.

"Ayah nggak mau bunda baru, ayah hanya ingin bunda Alena,"jawab Bagas dengan lirih dan berhasil membuat Anin tersenyum, akhirnya ayahnya mau menjawabnya.

"Tapi bunda yang ini sama seperti bunda Alena, Anin yakin ayah akan suka."

"Ayah tidak mau Anin!"jawab Bagas kembali.

"Ayah hadap Anin dulu, lihat dulu bunda barunya, Anin nggak mau ayah menyesal tidak melihatnya."

Bagas akhirnya menuruti perkataan Anin, Bagas membalik tubuhnya menatap Anin yang berada didepan pintu. Tetapi tidak lama kemudian fokusnya teralihkan kepada seseorang disamping Anin.

Apa dia sedang tidak halusinasi atau itu hanya bayangan saja, Bagas mengucek matanya supaya melihatnya lebih jelas sosok disamping Anin, air mata yang merebak membuat pandanganya tidak jelas, segera Bagas menghapus air matanya itu ia takut jika itu bayangan akan menghilang. Tapi itu seperti nyata, wanita dengan perut besarnya mendekati Bagas yang sedang duduk di lantai dengan air mata bercucuran.

Wanita itu bersimpuh di depan Bagas dan mengusap air mata Bagas yang tidak bisa berhenti mengalir.

"Mas."suara yang begitu dirindukan selama satu bulan ini, akhirnya ia dengar kembali.

-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang