Happy reading*
Bagas dan Alena berjalan menuju tempat membeli berbagai macam cemilan, karena mereka yakin Anin pasti berada disini.
"Mas Anin kok nggak ada ya, kemana Anin mas?"tanya Alena dengan wajah yang tidak bisa menutupi rasa khawatirnya.
Drttt.. drttt..
ponsel Alena bergetar tanda ada pesan masuk. Alena segera membuka pesannya karena tertera nama Anin disana.
Anin..
Bunda Anin di cafe bun, hehehe maaf ya bun aku nggak bilang dulu ke bunda, bunda nyusul aja sama ayah..
Itu isi pesan dari Anin, Alena menghela nafasnya lega sekaligus gemas dengan tingkah anakanya, dirinya sudah khawatir tapi anaknya malah enak-enakan nongkrong dicafe.
"Mas kita ke cafe yuk,"ajak Alena.
"Loh sayang tapi kan Anin belum ketemu." Bagas mengerutkan keningnya merasa bingung, padahal kan anaknya sedang hilang tapi kenapa Alena meminta ke cafe.
"Anin di cafe mas, tadi dia ngirim pesan ke aku,"ujar Alena.
"Astagah anak kamu sayang benar-benar ya, padahal kita udah khawatir loh nyarinya,"ujar Bagas.
"Anak mas juga kok, jadi anak aku doang,"ujar Alena.
"Yang jelas anak kita berdua sayang,"ujar Bagas sambil mendekatkan bibirnya pada bibir Alena, berniat ingin mencium, tapi Alena segera menghindar.
"Ditempat umum mas, is nyebelin banget sih suami aku,"ujar Alena, lalu berjalan meninggalkan suaminya.
"Hehehe tapi kamu gemesin sayang,"kekeh Bagas dan menyusul istrinya yang sudah berjalan duluan.
*
*"Bunda ayah sini,"panggil Anin, dengan mengangkat satu tangannya supaya Bagas dan Alena tau keberadaannya.
Alena dan Bagas langsung bergegas menuju meja yang di duduki Anin.
"Anin, kamu buat bunda sama ayah khawatir loh, kalau mau kemana-mana bilang dulu sama ayah atau bunda,"nasihat Bagas, Bagas kemudian duduk di depan Anin diikuti oleh Alena.
"Hehehe maaf yah, Anin kira ayah sama bunda belum selesai belanjanya, jadi Anin pergi ke cafe sambil nungguin ayah sama bunda selesai belanja, soalnya ini perut juga udah nggak bisa diajak kompromi yah, laper banget,"ujar Anin, kemudian memakan nasi goreng yang dibelinya. Alena dan Bagas yang mendengar penjelasan anaknya hanya menggelengkan kepalanya.
"Kamu beli cemilannya yang sehatkan, kalau nggak bunda balikin lagi loh,"ujar Alena.
"Sehat bun, aku jamin deh."Alena mengangguk percaya.
Anin menatap wajah kedua orangtuanya yang sedang menatapnya makan, membuat Anin jadi merasa tidak enak, ia lupa tidak menawari orangtuanya makan.
"Ayah sama bunda nggak makan?"tanya Anin.
"Bunda makan dirumah aja nanti,"jawab Alena sambil menampilkan senyumnya.
"Iya ayah juga makan dirumah aja, enakan masakan bunda dirumah,"ujar Bagas. Anin mengangguk setuju, masakan bundanya memang paling enak.
"Emang yah, masakan bunda emang nggak terkalahkan, Anin juga makan lagi nanti dirumah kalau bunda masak,"ujar Anin, Alena dan Bagas hanya tersenyum geli, Anin memang spesies orang yang doyan makan tidak heran jika tubuhnya sedikit berisi walaupun tidak terlalu gemuk.
*
*Bagas, Alena, dan Anin berjalan menuju mobil mereka, setelah itu memasukkan barang belanjaannya ke dalam bagasi, mereka akan pulang karena hari juga sudah sore. mereka memasuki mobil dan Bagas mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
Di perjalanan Bagas menggenggam tangan Alena dan mengecupnya sudah biasa seperti ini, padahal sudah di peringati oleh Alena berkali-kali jika menyetir harus fokus tidak usah memegang tangannya, tapi suaminya kerasa kepala dan susah dibilangin.
"Mas fokus nyetir aja deh, kebiasaan suka genggam tangan aku kalau lagi nyetir, bahaya tau nggak sih mas,"ujar Alena, yang sebenarnya sedang menasehati tapi nada suaranya seperti sedang mengomel.
"Ish gemes deh kalau lagi ngomel gitu bikin mas pengin,"ujar Bagas sambil tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya.
"Mas ada Anin ish bicaranya,"ujar Alena mencubit lengan suaminya, lalu bersedekap dada.
"Anin nggak denger kok, orang lagi tidur hehehe"ujar Bagas sembari terkekeh.
"Sayang, sini cium dulu biar nggak ngambek lagi,"rayu Bagas dengan suara manjanya, sambil tangannya yang tidak digunakan menyetir untuk mencubit pipi Alena yang sedang menggembung. Alena gemas dengan suaminya, tangannya ingin mencubit lengan suaminya, tapi Alena langsung membelakan matanya saat melihat seseorang melintas di depan mobil mereka.
"MAS AWAS ADA ORANG!"teriak Alena, Bagas yang kaget langsung berusaha menghindari tapi terlambat hingga....
Brakk....
Bagas mengerem mobilnya mendadak, jantungnya berpacu dengan cepat. Astagah ia merasakan saat dirinya menabrak orang yang menyebrang di depan mobilnya tadi. Bagas segera menatap istrinya, saat ini istrinya juga dalam keadaan shock, matanya terpejam dengan nafas yang memburu ia yakin istrinya benar-benar shock berat, tapi untung saja istrinya tidak papa karena memakai sabuk pengamannya.
"Sayang, buka matanya sayang,"panggil Bagas sambil mengelus wajah istrinya.
Alena membuka matanya perlahan dan menatap suaminya.
"Mas o–orang itu,"ujar Alena terdengar jelas dari nada suaranya sedikit bergetar.
"Kamu nggak papa kan sayang, ada yang sakit bilang sama mas?"tanya Bagas sambil mengelus kening dan pipi Alena. Ia ingin memastikan keselamatan istrinya terlebih dahulu ia tidak ingin memikirkan korbannya dahulu.
"Aku nggak papa mas, astagah Anin mas,"ujar Alena, Bagas dan Alena langsung melihat kebelakang.
"Ayah gimana sih nyetirnya, kening aku sakit yah,"gerutu Anin sambil mengelus keningnya, karena tadi Anin sempat terpental ke depan dan keningnya terpentok jok mobil depannya.
"Maafin ayah nin, tapi kamu nggak terluka parah kan?"tanya Bagas.
"Nggak yah,"jawab Anin.
Tok..tok..tok..
Kaca mobil mereka di ketuk oleh seseorang, Bagas melihat sekelilingnya mobilnya sudah banyak warga yang mengelilinginya.
"Keluar woyy!! kalian harus tanggung jawab!!"ujar salah satu warga yang mengerumuni mobil mereka.
"Mas kita keluar aja mas dari pada kita jadi amukan massa,"ujar Alena, walaupun ia sangat panik tapi ia berusaha tenang, dan berdoa di dalam hati semoga saja orang yang tertabrak tadi tidak terluka parah.
"Anin kamu tunggu di mobil aja yah, kamu juga ya sayang, mas yang keluar sendiri,"ujar Bagas.
"Aku ikut mas,"sahut Alena dengan cepat.
"Jangan sayang, mas takut terjadi apa-apa sama kamu,"
"Aku ikut mas, aku ingin tau kondisi orang yang tertabrak tadi mas,"ujar Alena.
Bagas menghela nafasnya kasar lalu mengangguk.
"Ya sudah, tapi kamu jangan kemana-mana ya, disamping mas terus,"ujar Bagas, Alena segera mengangguk, mereka lalu keluar dari mobil takut massa semakin memanas jika terlalu lama mereka tidak keluar.
"Bapak dan mbak harus tanggung jawab!"ujar salah satu warga.
"Saya pasti tanggung jawab, biarkan saya melihat korbannya dahulu,"ujar Bagas, Bagas menggandeng tangan Alena, kemudian menuju kerumunan warga yang mengelilingi korbannya.
Jangan bosen ya sama ceritaku 😄😄

KAMU SEDANG MEMBACA
-
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...