Happy reading
"Astagfirullah mas,"pekik Alena sambil menutup mulutnya, ia sungguh kaget saat melihat korbannya, walaupun ia baru bertemu satu kali tapi ia masih ingat siapa orang ini.
"Tolong bawa dia ke mobil saya, dia kerabat saya, saya mengenalnya,"ujar Bagas, ia juga shock saat melihat orang yang ditabrak adalah Yana.
Dengan bergotong-royong warga membopong tubuh Yana yang tidak sadarkan diri ke dalam mobil Bagas.
"Mas tante Yana nggak papa kan?"tanya Alena dengan wajah cemasnya, tubuhnya juga sangat lemas saat melihat darah yang keluar dari kening Yana.
Bagas memeluk pinggangnya Alena dengan lembut.
"Dia pasti tidak papa, sekarang kita kerumah sakit ya,"ujar Bagas, Alena mengangguk lalu mereka berjalan menuju mobil, saat Alena akan membuka pintu depan mobilnya tiba-tiba Anin keluar dari dalam mobil.
"Bunda yang dibelakang ya, Anin takut bun,"ujar Anin, Alena mengangguk, walaupun ia juga takut dan lemas saat melihat darah tapi tidak papa, ia harus berkorban demi anaknya.
"Iya bunda dibelakang,"ujar Alena lalu menuju pintu mobil belakang dan membukanya, di dalam sudah ada Yana yang ditidurkan di jok mobilnya, dengan perlahan Alena memangku kepala Yana di pahanya.
Tante harus kuat ya, pasti tidak akan terjadi apa-apa, batin Alena sambil menyingkirkan rambut Yana yang menutupi wajahnya. Rok SMA yang dikenakan terkena noda darah dari Yana, tapi tidak ia hiraukan lagi karena saat ini ia sangat mengkhawatirkan kondisi Yana.
"Mas bawa mobilnya jangan tergesa-gesa ya, dan tetap harus hati-hati."Alena memperingati suaminya.
"Iya sayang,"jawab Bagas lalu mulai menjalankan mobilnya.
"Ayah bunda gimana kalau tante Yana nggak bisa diselamatkan,"ujar Anin sambil menatap jalanan didepanya.
"Syuttt Anin nggak boleh bicara seperti itu, doakan saja tante Yana baik-baik aja,"ucap Alena.
"Mm iya Bun."
*
*
*15 menit diperjalanan akhirnya mereka sampai dirumah sakit kota, Yana langsung dibawa oleh suster menggunakan brankar pasien menuju ruang UGD.
Bagas, Anin, dan Alena menunggu di depan ruang UGD."Sayang mendingan kamu sama Anin pulang ya, biar mas yang jaga disini,"ujar Bagas, ia kasihan melihat wajah lelah istrinya, apalagi tadi habis pulang sekolah dan berbelanja pasti tubuhnya butuh istirahat.
"Aku disini aja mas, nemenin mas,"ujar Alena.
"Tapi kamu butuh istirahat sayang, kamu pasti lelah kan habis belanja,"ujar Bagas sambil mengelus keringat yang keluar dari kening Alena.
"Nggak papa mas aku nggak capek kok, kalau aku pulang, perasaan aku malah jadi semakin khawatir mas dan nggak bisa tenang."
"Ya sudah tapi kalau lelah bilang ya sama mas."Alena tersenyum lalu mengangguk.
"Anin kamu pulang lah, ayah sudah mengirim pesan pada sopir pribadi ayah buat jemput kamu, sepertinya dia sudah sampai,"ujar Bagas.
Anin langsung mengangguk, ia memang tidak menyukai jika berlama-lama di rumah sakit."Ya udah ayah bunda, Anin pamit pulang dulu ya."Anin lalu mencium tangan Alena dan bagas.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati,"Anin mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Bagas dan Alena.
Bagas dan Alena sudah lebih dari 30 menit menunggu tapi dokter belum juga keluar dari ruangan Yana dirawat.
Tapi tak lama kemudian pintu ruang UGD dibuka dan keluarlah dokter yang merawat Yana.
"Keluarga pasien,"ujar dokter perempuan berusia sekitar 30 tahunan.
Bagas dan Alena langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.
"Kami keluarga pasien dok,"ujar Bagas.
"Gimana keadaan pasien dok?"tanya Alena.
"Pasien masih belum sadarkan diri dan pasien mengalami patah tulang di bagian kaki, itu membuatnya tidak bisa berjalan untuk sementara." Alena yang mendengarkannya kaget dan rasa bersalah langsung muncul dalam dirinya.
"Tapi dok apa pasien bisa berjalan kembali suatu hari nanti?"tanya Alena.
"Bisa bu, karena ini hanya sementara jadi pasien bisa berjalan normal kembali dengan melakukan terapi secara rutin," Alena menghelai nafasnya sedikit lega mendengar jawaban dokternya, untung saja hanya sementara dan bisa berjalan kembali.
"apakah ada luka yang serius lagi dok?"tanya Bagas.
"Tidak ada pak, hanya benturan di kepalanya juga tidak terlalu serius,"jawab dokter.
"Baik dok, apakah kami boleh menjenguknya sekarang?"tanya Bagas.
"Kami akan pindahkan pasien keruang rawat inap dulu ya pak bu, setelah itu bapak dan ibu bisa menjenguknya,"ujar dokter.
"Baiklah dok terimakasih,"
Dokter mengangguk sambil tersenyum ramah."Kalau begitu saya permisi,"dokter pergi meninggalkan Alena dan Bagas.
Alena menatap suaminya."Mas aku merasa sangat bersalah pada tante Yana, gimana mas jika tante Yana bangun nanti, dan tau kondisinya tidak bisa berjalan, walaupun hanya sementara waktu,"ujar Alena, Bagas yang mengerti kekhawatiran Alena langsung mendekap erat tubuh Alena.
"Kamu jangan merasa bersalah, ini murni kesalahan mas, yang menabrak adalah mas, kita berdoa aja ya supaya Yana bisa menerima kondisinya nanti,"ujar Bagas mengecup puncak kepala Alena yang tertutup jilbab, Alena mengangguk dalam pelukan suaminya.
"Sayang sepertinya kita harus pulang dulu, kita belum mandi,"ujar Bagas.
"Tapi mas nanti tante Yana sendirian,"ujar Alena sambil melepaskan pelukan mereka.
"Nggak papa sayang disini kan ada dokter sama suster yang bisa menjaganya, kita pulang ya nanti setelah mandi kita kesini lagi,"ujar Bagas.
"Baiklah mas,"ujar Alena, karena tubuhnya saat ini juga sangat risih, ia butuh mandi sekarang, dan seragamnya juga terdapat noda darah dari Yana, dan itu membuatnya mual saat tercium oleh-nya.
****
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Ayah
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...