Happy reading
.
Sekarang Alena sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat selama satu hari dirumah sakit. Bagas menggendong Alena ala bridal style memasuki rumahnya.
"Assalamualaikum."salam Bagas dan Alena bersamaan.
"Waalaikumsalam."ternyata dirumah Bagas sekarang ada kedua orangtua Bagas dan Alena.
"Alhamdulillah kamu sudah diperbolehkan pulang Len, maafin bunda ya kemarin nggak jenguk kamu, bunda kemarin di luar kota, padahal bunda udah panik banget disana setelah denger kabar dari Bagas jika kamu masuk rumah sakit, tapi kamu nggak papa kan nak?"tanya Ranti.
"Aku nggak papa bun,"jawab Alena sambil tersenyum meyakinkan Ranti jika memang dirinya tidak papa.
"Sayang kandungan kamu juga nggak papa, kan?"tanya Ranti lagi.
"Bunda tanya-tanyanya nanti aja ya, biar Alena istirahat dulu,"ujar Rendra menasehati istrinya.
"Ouhh astagah aku lupa yah, kamu istirahat dulu ya sayang."Ranti mencium kening Alena.
"Istirahat ya anak ayah."Rendra juga mencium kening putrinya, walaupun Alena sudah berstatus sebagai istri tapi dimata Rendra anaknya ini masih seperti putri kecilnya.
"Bagas antar istri kamu ke kamar dan suruh Anin buat nemenin Alena, setelah itu kamu ke sini lagi, kami ingin membicarakan sesuatu denganmu,"ujar Sandi, Bagas mengangguk sepertinnya sekarang ia akan kena omelan dari mereka semua karena memperbolehkan Alena sekolah, setelah pamitan Bagas berlenggang pergi meninggalkan mereka menuju kamarnya yang saat ini sudah berada di bawah.
*
*"Bagas, mamah dan mertuamu kan sudah pernah bilang sama kamu, jangan memperbolehkan Alena untuk sekolah, dan sekarang kamu tau kan akibatnya jadi kayagin, sekolah itu bukan tempat yang baik buat ibu hamil Bagas, atau jangan-jangan kamu nggak usaha bujuk Alena supaya nggak sekolah ya?"terka Soraya, ia benar-benar kesal dengan anaknya, untung saja menantu dan calon cucunya tidak apa-apa. Jika terjadi sesuatu pada mereka habis Bagas olehnya, kemarin di rumah sakit sebenarnya soraya ingin sekali mengomeli anaknya, tapi ia merasa tidak enak karena berada di rumah sakit.
"Aku sudah berusaha bujuk istriku mah, tapi dia tetap bersikeras untuk sekolah bahkan sampai memohon-mohon padaku, aku yang melihatnya jadi tidak tega mah,"ujar bagas.
"Itu kamunya aja yang kurang berusaha Bagas,"ujar Soraya lagi.
"Mbak jangan kayagitu, ini bukan salah Bagas. Bagas maafin anak bunda ya, udah keras kepala, sampai tidak menuruti kata-kata suaminya,"ujar Ranti, menurutnya ini bukan salah bagas sepenuhnya, anaknya juga salah sudah keras kepala dan tidak menuruti kata-kata suaminya.
"Iya, perkataan istriku benar, ini bukan sepenuhnya kesalahan Bagas, sebenarnya inilah yang aku takutkan dari dulu sebelum kalian menikah, jika Alena sampai hamil saat masih sekolah, pasti kejadian seperti ini kemungkinan besar akan terjadi, tapi sudahlah semuanya sudah terlanjur, ayah tidak menyalahkanmu Bagas ataupun Alena, karena ini memang sudah takdir."
Bagas tersenyum canggung pada Rendra, sebenarnya ia merasa bersalah pada Rendra, dulu tidak mendengarkan ucapanya. Seharusnya saat Alena meminta melakukan itu untuk pertama kali, ia menolaknya saja, walaupun dirinya harus menahan hasratnya lagi, tapi itu demi menghindari kejadian seperti ini, tapi sudahlah semuanya sudah terlanjur.
"Kamu sih gas nggak bisa nahan nafsu, baru juga jadi duda 17 tahun hehehe."kekeh Sandi membuat Bagas mendengus kesal.
Belum merasakan sih, fikir Bagas.
Asstagfirullah, maafin aku pah, batin Bagas.
"Assalamualaikum,"pintu rumah Bagas terbuka. Ternyata Yana yang datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
-
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...