Extra part

42.8K 1.4K 106
                                        

"nyin...nyin.."

Suara celoteh anak usia 14 bulan itu membuat Anin yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya segera mencari asal suara.

"Loh dek kamu di sini, bunda sama ayah dimana?" tanya Anin kaget sekaligus bingung kenapa adiknya bisa berjalan sampai ke depan kamarnya.

Anin celingak-celinguk melihat sekitar mencari keberadaan orangtuanya tapi tidak ada sama sekali, masa iya Ray berjalan sendiri menghampirinya.

"Nyin..."

"Panggil kakak Ray, jangan nan, nin nan, nin," ucap Anin mengajari adiknya.

Gara-gara ayahnya yang selalu memanggilnya dengan nama di depan adiknya membuat adiknya jadi menirukan, mana kata pertama kali yang di ucapkan waktu baru bisa bicara adalah namanya lagi bukan bunda ataupun ayah.

"Ndaa!"

"Syutt diem dek, kita cari bunda ayo. Pasti bunda masih tidur terus kamu turun sendiri dari ranjang ya?"

Anin menggendong Ray membuat balita itu tertawa riang, Anin ikut tertawa dan mengecup pipi adiknya.

"Nyin nyin mumumu mpthh." ocehan Ray tidak jelas, Ray seperti sedang mengajak Anin berbicara tapi Anin yang tidak paham perkatanya hanya menanggapi dengan kata iya dan tawanya.

"Halah ngomong apa kamu dek-dek."

"Bunda." panggil Anin sembari masuk ke dalam kamar orangtuanya yang dalam keadaan terbuka.

"Ohh lagi tidur," ucap Anin saat melihat ayah dan bundanya masih sama-sama tertidur di ranjang. Mereka pasti tidak sadar kalau Ray turun sendiri dari ranjang.

Anin kasian melihat orangtuanya, mereka pasti capek sekali seharian ini. Apalagi bundanya yang mengurus Ray seharian ini. Ray memang sangat pintar walaupun usianya masih 14 bulan, ia sudah bisa berjalan cepat bahkan berlari walaupun kadang-kadang terjatuh karena belum bisa menyeimbangkan tubuhnya, belum lagi sudah mulai nakal apa-apa di pegang lalu di banting atau di makan membuat bundanya selalu was-was setiap saat.

Alena tidak bisa meninggalkan Ray sendiri karena bocah itu sedang dalam masa aktif-aktifnya jika di tinggal sebentar saja pasti bocah itu sudah melakukan sesuatu yang membuat Alena harus mengelus dada.

"Ray, udah malam tidur sama kakak aja yuk?" ajak Anin.

Ray mengangguk seakan paham perkataan Anin.

Anin menutup pintu kamar orangtuanya dan berjalan menuju kamarnya untuk tidur.

.........

Alena terbangun dari tidurnya ia meraba kasur depannya, seketika ia langsung terbangun kaget. Ia melihat anaknya tidak ada di sampingnya, perasaan Ray tadi masih tidur di sampingnya.

"Mas, bangun mas," ucap Alena sembari menggoyangkan lengan Bagas.

Bagas menggeliat dan membuka matanya.

"Ada apa sih Bun?"

"Mas, Ray di mana?" tanya Alena.

"Loh bukannya lagi tidur." Bagas melihat tempat anaknya tidur sudah kosong.

"Pasti Ray turun sendiri dari ranjang lagi Bun kaya biasanya, Masya Allah bun anak kita bandel banget," ucap Bagas yang begitu gemas dengan tingkah anaknya. Untung saja kasurnya tidak tinggi jadi tidak terlalu membahayakan untuk anaknya naik turun dari kasur.

"Astagfirullah mas, aku lupa nggak nutup pintu lagi tadi sebelum tidur pasti Ray keluar dari kamar," ucap Alena dengan panik.

"Ayo kita cari mas."

-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang