part 33

38.9K 1.8K 39
                                    

Happy reading




Didalam kamar...

"Sayang kita mandi sama-sama aja ya biar cepet,"ujar Bagas, Alena langsung mengangguk, ia tidak memikirkan apa yang terjadi nanti jika mandi bersama, saat ini ia ingin cepat-cepat mandi supaya cepat kembali kerumah sakit.

Bagas tersenyum senang lalu memeluk pinggang Alena posesif dan masuk ke dalam kamar mandi.


*

"Mas udah dong kita harus kerumah sakit lagi,"ujar Alena sambil berusaha mendorong tubuh Bagas yang berada diatasnya, suaminya ini benar-benar minta dihajar, disaat sedang dalam kondisi seperti ini sempat-sempatnya suaminya mesum dan meminta melakukan itu.

"Sabar sayang, kamu sudah goda mas dikamar mandi, jadi kamu harus tanggung jawab,"ujar Bagas lalu mencium bibir Alena, Alena hanya pasrah tangannya tidak lagi berusaha mendorong tubuh Bagas, tangannya saat ini malah berpindah meremas rambut Bagas karena Bagas sudah bermain dengan dadanya, Bagas tersenyum saat melihat alena pasrah dibawahnya.

"Sayang ronde kedua ya,"ujar Bagas.

Yah tadi di kamar mandi mereka sudah melakukannya satu ronde dan saat ini akan memasuki ronde kedua.

Drttt.. drttt..

ponsel Bagas berdering membuat Bagas yang akan menggoyangkan pinggulnya terhenti.

"Siapa sih ganggu aja,"gerutu Bagas.

"Angkat deh mas siapa tau penting,"ujar Alena.

"Tapi sayang ini udah nanggung, punya mas udah masuk kita lanjut aja ya,"ujar Bagas sambil menggoyangkan pinggulnya.

Alena hanya mendesah pasrah.

Tapi ponsel Bagas tidak juga berhenti berdering membuat Bagas sebal karena merusak momen romantis dan intimnya.

"Mas angkat aja deh dari tadi nggak berhenti-berhenti,"ujar Alena karena ia merasa terganggu.

"Kamu yang angkat sayang, mas mau lanjutin dulu,"ujar Bagas, Alena akhirnya mengambil ponsel Bagas yang berada diatas nakas dengan susah payah akhirnya berhasil diambil.

"Mas dari rumah sakit,"ujar Alena saat melihat nomor rumah sakit yang menelfon.

"Angkat aja sayang siapa tau pihak rumah sakit memberikan informasi  tentang keadaan Yana,"ujar Bagas masih menggerakkan pinggulnya dengan sensual, merasakan miliknya yang di jepit oleh milik Alena.

"Emhh mas berhenti dulu dong, aku susah jawabnya mas, kalau mas tetap gerak,"ujar Alena, Bagas menurut ia menghentikan gerakannya dan berpindah menciumi leher Alena, Alena langsung mengangkat teleponnya, dan membiarkan apa yang suaminya ingin lakukan pada tubuhnya saat ini.

"Halo kami dari pihak rumah sakit, apakah benar ini keluarga dari pasien yang bernama ibu Yana?"tanya suster di telfon.

"Iya benar sus,"Jawab Alena.

"Begini bu, kami pihak rumah sakit ingin memberikan informasi tentang keadaan pasien, saat ini pasien sudah sadar tapi pasien mengamuk histeris karena tidak menerima kondisinya saat ini, jadi kami pihak rumah sakit memohon untuk keluarganya untuk menjenguknya mungkin jika dari keluarga ada yang menjenguknya dan memberikan semangat, membuat ibu Yana lebih tenang,"ujar suster.

"Baik sus nanti saya akan kesana, terimakasih atas informasinya,"Alena mematikan telfonnya dan meletakkan ponsel suaminya di sebelahnya.

Alena mengangkat kepala suaminya yang saat ini di rebahkan di dadanya.

"Ayo mas kita ke rumah sakit, tante Yana histeris pasti tante Yana shock dengan kondisinya saat ini,"ujar Alena.

"Tapi sayang, mas belum keluar nanti sakit punya mas,"ujar Bagas dengan memasang wajah di melasnya, Alena menepuk jidatnya, astagah disaat sedang genting seperti ini masih sempat-sempatnya suaminya memikirkan punyanya yang belum keluar.

"Ya udah kelarin, yang cepet mas, karena kita harus cepat kerumah sakit."

Bagas tersenyum mengangguk lalu mencium bibir Alena kembali dan mulai menggoyangkan pinggulnya dengan lebih cepat membuat Alena mendesah keras. Astagah Alena memintanya cepat keluar bukan cepat gerakinnya, kalau cepat gerakinnya yang ada dirinya yang bakal cepat keluar.




*
*
*

Alena dan Bagas sudah sampai dirumah sakit, Alena dengan berjalan tergesa-gesa menuju ruangan Yana dirawat.

Bagas yang melihat istrinya berjalan cepat jadi takut istrinya terjatuh, Bagas lalu menarik tangan istrinya membuat Alena menghentikan langkahnya dan punggungnya membentur tubuh Bagas.

"Sayang, jangan cepat-cepat jalannya nanti jatuh,"tegur Bagas, Alena menatapnya suaminya dengan raut wajah bersalah.

"Maaf mas aku hanya khawatir dengan kondisi tante Yana,"ujar Alena, Bagas tersenyum istrinya ini memang sangat baik, padahal Alena tidak terlalu mengenal Yana tapi dia  sangat mengkhawatirkan kondisi Yana.

"Ya udah yuk kita lanjut lagi jalannya tapi jangan cepat-cepat ya."Alena mengangguk lalu mereka melanjutkan jalannya menuju ke ruangan Yana dirawat.

Saat Alena dan Bagas memasuki ruangan Yana, mereka berpapasan dengan dua orang suster yang sepertinya habis memeriksa keadaan yana.

"Suster apa yang terjadi dengan pasien?"tanya Bagas, ia melihat Yana seperti tidak sadarkan diri.

"Begini pak, pasien terus saja mengamuk dan berusaha mencelakai dirinya sendiri, jadi kami terpaksa harus memberikan obat penenang, supaya pasien tidak nekat mencelakai dirinya sendiri,"ujar salah satu suster.

"Baiklah sus terimakasih atas informasinya,"ujar Alena.

"Sama-sama bu kalau begitu kami permisi,"ujar suster itu dan berjalan keluar ruangan. Bagas dan Alena mendekati ranjang pasien Yana.

"Sayang, masa kita harus tidur disini  besok kan mas harus kerja sayang dan kamu sekolah, nanti kita pulang ya?"ujar Bagas.

"Mas tante Yana kan nggak ada keluarga disini, keluarganya hanya kita, nanti nggak ada yang jagain kasian kan mas,"ujar Alena.

"Ya udah deh tapi besok pagi-pagi kita pulang ya?"ujar Bagas.

"Iya mas,"balas Alena.

"Ya udah kita tidur di sofa yuk, ini juga udah malam,"ujar Bagas, mereka lalu menuju sofa yang tidak besar itu, tapi masih muat jika diisi oleh dua orang.

"Mas jadi inget dulu waktu kita tidur dirumah sakit nungguin Anin, waktu kamu dorong mas sampai jatuh ke lantai, padahal mas lagi enak-enaknya loh dipeluk kamu kayagini,"ujar Bagas sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Alena, saat mereka sudah berbaring di sofa yang sempit itu.

"Hehehe maaf ya mas, aku refleks aja mas, padahal aku juga nyaman dipeluk sama mas waktu itu,"ujar Alena, sambil membenamkan wajahnya di dada Bagas.

"Sayang,"panggil Bagas.

"Iya mas, ada apa?"

"Kita belum pernah honeymoon deh perasaan, kita honeymoon yuk,"ujar Bagas, Alena mengangkat kepalanya menatap suaminya, Alena mengerutkan keningnya, apa yang merasuki suaminya tiba-tiba mengajaknya honeymoon, padahal tidak terlintas dipikirannya untuk honeymoon karena menurutnya tidak terlalu penting.

"Honeymoon buat apa mas, orang kita udah honeymoon setiap hari,"ujar Alena.

"Honeymoon kan bukan untuk itu aja sayang, pikiran kamu mesum ih,"ujar Bagas sambil mencubit hidung istrinya, pipi Alena memerah saat Bagas mengatakan itu.

"Honeymoon nya tunda aja deh mas, kan aku masih sekolah mas dan mas juga lagi banyak kerjaan kan, honeymoon nya besok aja kalau aku udah lulus SMA mas,"ujar Alena.

"Em oke, mas setuju,"ujar Bagas.

"Ya udah mas kita tidur yuk, aku udah ngantuk banget,"ujar Alena sambil merebahkan kepalanya di dada Bagas, dan mulai memejamkan matanya, Bagas juga sama ikut memejamkan matanya dengan memeluk Alena.

*****

Bersambung.

Bunda untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang