Happy reading
Alena mengerjapkan matanya saat telinganya mendengar suara orang menangis, saat matanya terbuka sempurna ia kaget sekaligus panik melihat Yana duduk diatas ranjang dengan memegang sebuah pisau buah ditangannya. Jangan-jangan Yana akan berusaha mencelakai dirinya sendiri.
Alena segera menepuk pipi suaminya supaya bangun.
"Mas bangun mas!"ujar Alena.
Bagas membuka matanya melihat istrinya yang nampak panik.
"Ada apa sih sayang kok kamu panik gitu?"tanya Bagas.
"Tante Yana mas, ayo cepet bangun."
Bagas melihat Yana, dan ia juga sama kagetnya dengan Alena, segera ia bangun dan Alena juga bangun menuju ranjang pasien Yana."Apa yang mau kamu lakukan Yana?!"tanya Bagas dengan suara tegasnya.
Yana yang akan menusukan pisaunya kedalam urat nadinya terhenti, ia menatap bagas dan Alena dengan berderai air mata.
"Hiks aku nggak mau kayagini Bagas, aku nggak mau cacat aku ingin berjalan seperti biasa, rasanya aku ingin mengakhiri hidupku sekarang juga Bagas hiks...."Yana menangis tersedu-sedu.
Alena yang melihatnya merasa iba, ia yang ingin mendekati Yana untuk menenangkannya langsung dicegah oleh Bagas. Bagas takut jika istrinya mendekati Yana karena saat ini Yana sedang memegang sebuah pisau.
"Kalian harus tanggung jawab, kalian yang sudah membuatku seperti ini!"ujar Yana, Bagas menatap curiga pada Yana, dari mana dia tau jika ia yang menabraknya.
"Kamu tau dari mana jika aku yang menabrakmu?"tanya Bagas dengan wajah curiganya..
"Aku diberitahu oleh suster yang merawatku,"jawab Yana dengan sangat percaya diri, Bagas mengangguk berusaha percaya. Suster mana yang memberitahunya jika ia yang menabrak setau dia, dia tidak mengatakan pada suster atau dokter jika ia yang menabrak Yana, karena saat di tanya oleh suster ia hanya mengatakan jika Yana korban kecelakaan tapi tidak memberitahu siapa yang menabrakanya.
Bagas yang melihat Yana tengah lengah langsung mengambil pisau ditangan Yana dan membuangnya ditempat sampah.
"Apa-apaan kamu Bagas!! aku ingin mati saja!!"teriak Yana dengan tatapan nyalang menatap Bagas.
"Kamu juga akan mati, tapi tidak sekarang,"ujar Bagas dengan tenangnya.
"Tante Yana yang sabar, ini hanya sementara. Aku yakin tante masih bisa berjalan suatu hari nanti, jika tante melakukan terapi secara rutin, itu kata dokter tante, jadi tante jangan putus asa dulu,"ujar Alena berusaha menenangkan, Yana menatap Alena dengan wajah melasnya.
"Hiks Alena, tante disini tidak mempunyai keluarga hanya kalian saja keluarga tante disini, tante tidak tahu bagaimana cara tante nanti merawat tubuh tante sendirian diapartemen nanti,"ujar Yana, Alena yang melihatnya menjadi semakin iba, Alena mendekati Yana dan memeluknya.
"Tante tenang aja kami akan merawat tante, tante bisa tinggal dirumah kita nanti aku akan merawat tante hingga tante bisa berjalan seperti semula."
Yana melepaskan pelukan Alena dan menatap Alena dengan raut wajah bahagianya.
"Beneran tante boleh tinggal di rumah kalian?"tanya Yana, Alena tersenyum lalu mengangguk.
"Sayang, mas tidak setuju,"ujar Bagas dengan cepat.
"Loh kenapa mas? kasian kan tante Yana sendirian di apartemennya dengan keadaan yang seperti ini pasti akan sangat kerepotan mas untuk melakukan apa-apa,"ujar Alena.
Alena berjalan mendekati suaminya dan berbisik di telinga suaminya.
"Bolehin dong mas, kita ini sudah bersalah loh mas sama tante Yana, jika kita tidak menabraknya tante Yana pasti tidak akan seperti ini, dan untung saja tante Yana juga tidak menuntut macam-macam sama kita,"bisik Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Ayah
Storie d'amore[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...