Happy reading
Tok.. tok... tok
Alena mengetuk pintu kamar Anin karena dia tau kebiasaan Anin kalau tidur pasti pintunya selalu dikunci.
"Nin bangun udah pagi nih."ujar Alena sedikit keras di depan pintu supaya anin bisa dengar.
Tapi tidak ada sahutan dari dalam, Alena coba mengetuk pintunya lagi tetap saja tidak ada sahutan. Alena akhirnya mencoba membuka pintunya dan betapa bodohnya karena Anin tidak mengunci pintu kamarnya.
"Sia-sia dong aku ketuk pintu sampai tangan aku sakit."gumam Alena sedikit kesal dengan kebodohannya.
Alena langsung membuka pintu kamar Anin dan terlihatlah gadis yang masih bergelung nyaman dengan selimut, kondisi ranjang sangat berantakan hingga bantal yang seharusnya di kepala pindah di kaki dan ada juga yang jatuh di lantai. Alena geleng-geleng kepala melihatnya, Anin memang seperti anak kecil jika tidur.
Alena menghampiri Anin yang masih tidur nyaman dikasur, ia memindahkan batal yang jatuh dan yang berada di kaki Anin lalu ditata dengan dirapi.
"Nin bangun yuk udah subuh nih,"ujar Alena menggoyangkan tubuh Anin.
Tak lama kemudian Anin menggeliat dan membuka matanya.
"Eughh pagi Bun."sapa Anin sambil tersenyum melihat bundanya berada disampingnya.
"Pagi anak bunda,"ujar Alena ia sebenarnya geli mendengar kata- katanya.
"Jam berapa Bun?"
"Mau jam 5 tuh, sana sholat subuh, habis itu jangan tidur lagi, siapin barang-barang kamu kita akan pulang pagi ini setelah sarapan. Soalnya ayah mau berangkat ke kantor dan berkasnya ada dirumah, jangan tidur lagi ya, kalau tidur lagi bunda cubit nanti."
"Siap bun, em bunda emang dikamar bunda ada nyamuk yah kok leher bunda merah-merah?"tanya Anin saat melihat leher Alena yang ada tanda merah-merah, memang Alena lupa memakai jilbab kalau dia tahu ada tanda yang dibuat oleh suaminya di leher, sudah pasti Alena keluar akan menggunakan hijab, dan ia sekarang sangat kesal pada suaminya karena dia tahu pasti Bagas sudah mengetahuinya bahwa di lehernya ada karya buatanya, tetapi suaminya tetap diam saja tidak memberitahu padanya.
"Bun kerumah sakit aja ya takutnya bahaya bun, apa bunda nggak merasa sakit?"tanya Anin lagi, Alena sudah memerah pipinya mendengar ucapan polos Anin.
"Ng–nggak usah nin, ini nggak sakit kok,"jawab Alena dengan kikuk.
"Beneran Bun?"tanya Anin menatap curiga pada ibunya. Alena yang ditatap seperti itu menjadi gugup.
"Em sholat sana bunda juga belum sholat, apa mau sholat bersama sama ayah sama Bunda?"tanya Alena mengalihkan pembicaraan.
"Enggak deh Bun aku sholat disini aja."
"Ya udah kalau nggak mau bunda ke kamar dulu yah, udah di tungguin ayah buat sholat,"ujar Alena lalu berjalan keluar dari kamar Anin.
Alena kembali ke kamarnya dengan wajah cemberut, ia melihat Bagas yang sedang menunggunya sholat,
"Kenapa tuh mukanya cemberut gitu?"tanya Bagas karena melihat wajah istrinya yang cemberut.
"Ihhh mas aku kesel sama mas."rengek Alena.
"Loh emang mas bikin salah apa?"
"Mas kenapa nggak bilang kalau mas bikin karyanya sampai ke leher kan aku malu mas tadi Anin liat"ujar Alena menunjukkan lehernya yang banyak karya Bagas disana.
Bagas yang mendengarkannya tersenyum lebar sekaligus gemas dengan tingkah Alena.
"Nggak papa lah Anin juga nggak tau kan itu tanda apa, dia kan masih polos nggak kaya kamu,"ujar Bagas tersenyum jahil. Membuat Alena semakin kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
-
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...