part 19

69.7K 2.9K 28
                                        






Kini sudah pukul 10 malam, Bagas dan Alena sedang berada di kamarnya dengan Bagas yang sedang bersandar di ranjang dan Alena yang memeluknya dari samping dengan meletakkan kepalanya di dada Bagas,  sambil tangannya membuat pola abstrak didada bidang Bagas.

Alena tentu tidak tahu jika Bagas sedang menahan mati-matian sesuatu yang bisa bangkit kapan saja, karena tangan Alena yang mengelus lembut dadanya yang hanya menggunakan kaos tipis itu. Tetapi dia tidak berani mengatakannya karena melihat Alena yang terlihat senang dengan membuat pola-pola abstrak disana.

"Mas."panggil Alena dengan suara lembutnya.

"Hem."Bagas berdehem sebagai jawaban.

"Mas libur berapa hari?"tanya Alena mendongkak melihat wajah Bagas.

"Mas ambil libur 3 hari, senin berangkat ke kantor, memangnya kenapa?"tanya Bagas.

"Besok kita jadi pindah kan mas?"

"Jadi sayang, kita nggak usah bawa barang-barang ya biar barangnya suruhan mas aja yang suruh ngaterin ke rumah,"ujar Bagas.

"Iya mas."

"Mas."

"Iya."jawab Bagas lirih karena sudah mulai mengantuk apalagi posisinya saat ini sedang hangat hangatnya dipeluk oleh Alena.

"Mas aku mau ngomong tapi mas jawab jujur ya?"

"Iya, mau ngomong apa hem?" Bagas  mengecup puncak kepala Alena yang berada dibawahnya.

"Mas masih suka sama bundanya Anin?"tanya Alena menatap Bagas  yang sedang tersenyum melihatnya.

"Bundanya Anin ada tempatnya sendiri dihati mas, walau bagaimana pun bundanya Anin pernah hidup bersama dengan mas, dan yang harus kamu tau hati mas sudah terisi penuh olehmu, yang jelas bundanya Anin adalah masa lalu dan kamu masa depan mas,"ujar Bagas mengecup singkat bibir yang sedang tersenyum manis itu.

"Mas, bundanya Anin siapa namanya aku belum pernah bertanya sama Anin, aku takut jika bertanya akan membuat Anin sedih."

"Bundanya Anin namanya Melisa."

"Pasti orangnya cantik ya mas, soalnya Anin juga cantik"

"Cantik, tapi ada yang lebih cantik, bahkan orangnya sudah mengisi hati mas saat ini."Alena menatap Bagas dengan tatapan menyelidik.

"Siapa?"tanya Alena.

"Yang ada di pelukan mas saat ini, cantiknya sempurna luar dan dalam,"ujar Bagas sambil tersenyum manis. Alena tersipu mendengarnya.

"Mas bisa aja,"ujar Alena malu-malu.

"Mas masih punya foto mendiang Tante Melisa?"

"Masih tapi kamu jangan cemburu ya, mas masih menyimpannya tapi bukan dirumah mas. Mas simpan di rumah mamah sama papah. Dulu mas saat menikah belum berpisah dengan orangtua dan mas baru membeli rumah ini waktu Anin berumur 6 tahun."

"Aku nggak akan cemburu mas lagian orangnya juga sudah tidak ada."ujar Alena. Bagas mengecup puncak kepala Alena.

"Ya sudah tidur yuk mas udah ngantuk banget,"ujar Bagas.

"Ya mas, malam mas."ujar Alena lalu mencium pipi Bagas, senyum Bagas merekah.

"Malam sayang." Pria itu mencium bibir Alena lembut, entah kenapa Bagas sangat suka sekali mencium bibir Alena mungkin bibir Alena sudah membuatnya candu. Mereka tidur saling memeluk karena tidur berpelukan membuat nyaman, hangat dan juga romantis.



***

Pagi hari.....

Mereka semua sedang sarapan, orang tua alena dan juga pengantin baru itu tentunya.

"Kalian beneran pindah hari ini?"tanya Rendra.

"Iya yah rencananya siang ini,"Jawab Bagas.

"Kalian sudah persiapkan semuanya?"tanya Ranti.

"Sudah Bun dari kemarin,"jawab Alena.

"Bun nanti kalau aku udah pindah, bunda sering-sering ya main ke rumah,"ujar Alena.

"Insyaallah nak, kalian kan pengantin baru kalau bunda sering main nanti ganggu kalian lagi, bener kan yah?"tanya Ranti pada suaminya, Rendra mengangguk menjawab pertanyaan istrinya.


***

Bagas dan Alena sudah siap untuk pindah, Alena sendari tadi sudah memeluk bundanya sambil menangis karena dia akan berpisah dari bunda,  ayahnya, dan juga rumah yang banyak kenangan manis ini dari kecil.

"Udah dong nangisnya, Bagas ini istri kamu cengeng banget si hehehe... Dengerin bunda nak nanti kamu juga bisa main-main kesini tapi kamu harus ijin ya sama suami kamu kalau mau kemana-mana,"ujar Ranti sambil mengelus punggung anakanya berusaha untuk menenangkannya.

Bagas yang melihatnya tersenyum Alena memang hatinya sangat lembut jadi mungkin ini yang menyebabkannya mudah menangis, ia tidak bisa berjanji tapi akan berusaha  supaya tidak menyakiti hati istrinya yang lembut ini.

Alena melepaskan pelukannya dari Ranti.

Dia melihat ayahnya dan dengan air mata yang masih berlinang, Alena langsung memeluk ayahnya. Rendra tersenyum lalu mencium puncak kepala anaknya yang tertutup jilbab.

"Sayangnya ayah baik-baik ya disana dan harus nurut sama suami." Alena mengangguk dalam pelukan ayahnya, lalu melepaskan pelukannya.

Alena menghadap kebelakang melihat suaminya yang setia berdiri sendari tadi dibelakangnya, ia tersenyum melihat suaminya dengan hidung memerah karena menangis membuat Bagas gemas melihatnya, Bagas mendekat dan menyeka air mata Alena yang berada dipipi.

"Udah ya jangan nangis lagi, tuh matanya udah bengkak nanti sakit."ujar Bagas lembut sambil tersenyum manis, Alena tersenyum lalu mengangguk.

Rendra dan Ranti yang melihatnya ikut merasakan kebahagiaan Alena dan Bagas, mereka tidak salah merestui Alena dan Bagas karena mereka terlihat bahagia.

"Ya sudah ayah, bunda kami pamit yah, Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam, hati-hati nak."

Bagas dan Alena berjalan kearah mobilnya dengan tangan Bagas yang memeluk pinggang Alena, mereka tidak membawa apa-apa karena barang-barangnya sudah diantar kerumah oleh orang suruhan Bagas, dan hanya Alena yang membawa tas selempangnya.

Bersambung.

-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang