"Menjadi dewasa itu bukan tentang umur, tetapi tentang bagaimana kita berkomentar tanpa mengurangi
rasa hormat"
Alana Atmajaya, gadis yang menyimpan banyak rahasia di kehidupan nya, selama ini banyak yang mengira bahwa dirinya bahagia, namun nyatanya tidak. Mempunyai kekayaan, tetapi tidak dengan kasih sayang orang tua membuat Alana terlampau sering murung. Untung saja ada Nayla yang menemaninya.Terkadang ia mempunyai pikiran buruk untuk mengakhiri hidupnya sendiri, namun buru-buru ia tepis jauh-jauh pikiran kotor itu, Alana berpikir masih banyak orang yang menyayangi dirinya.
Tatapan matanya kosong menghadap dinding polos yang ada di kamarnya. Alana menghela napasnya dalam-dalam. "Kapan Mama sama Papa bisa ngertiin gue?" tanya Alana lirih, lalu meraup wajahnya lelah.
Cewek itu turun dari kasur, ia membersihkan tubuhnya, lalu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat sekolah, Alana ingin menemui Bi Nani terlebih dahulu. Sosok perempuan paruh baya yang selama ini merawatnya.
Alana menatap meja makan keluarga nya yang kosong, hanya ada dirinya disana. Lagi-lagi Alana merasa sedih.
"Pagi Non Alana," Sapa Bi Nani yang baru saja datang dari arah dapur.
Alana tersenyum manis, Bi Nani sudah seperti ibu kandung nya sendiri, dari kecil Alana sudah di urus oleh Bi Nani. Mungkin jika tidak ada Bi Nani, Alana tidak akan pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu.
Alana menghela nafas nya pelan, "Bi, kan udah Alana bilang, Manggil nya jangan pake Non. Panggil Alana aja, nanti Alana ngambek loh," Ujar Alana merajuk sembari merangkul Bi Nani.
Bi Nani tertawa mendengar Alana merajuk kepadanya, "Aduh, Maaf ya Non, Bi Nani belum kebiasa. Kan dari kecil manggil nya udah Non Alana, kalo Bibi manggil nya gak pake Non, Nanti Nyonya marah sama Bibi," Ujar Bi Nani menjelaskan, tangan nya mengelus rambut Alana dengan penuh kasih sayang.
Alana murung seketika, "Emang Mama peduli sama Alana? Enggak kan? Yang Mama peduliin cuma urusan pekerjaan. Alana gak penah tuh dapet kasih sayang dari Mama sama Papa," Ujar Alana pelan, membuat Bi Nani juga ikut terdiam karena nya. Pasalnya Bi Nani juga sudah tau sifat kedua orang tua dari Alana.
"Hush! Non gak boleh ngomong gitu, mau bagaimana pun kan yang ngelahirin Non itu Mama Non sendiri, Non Alana harus berbakti sama kedua orang tua Non," Ujar Bi Nani dengan lembut.
Alana mendudukan dirinya di Meja makan keluarga nya, Cewek itu menatap makanan yang ada di meja dengan tatapan sendu. Yang Alana mau adalah, berkumpul dengan keluarga nya, walaupun hanya sekedar sarapan bersama, itu sudah membuat Alana senang tak karuan.
"Di makan ya Non?" Ujar Bi Nani membujuk Alana agar mau sarapan.
Alana menggelengkan kepala nya dengan pelan, "Enggak mau bi," Ucap Alana menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA [Sequel Sekasa] (COMPLETED)
Fiksi Remaja[Sequel Of Sekasa] WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Pemberontak, suka kebut-kebutan, tidak tertib dan di takuti seisi sekolah. Itulah sifat yang dimiliki Angkasa Rey Rejendra. Laki-laki Tampan dengan rahang tegas, hidung mancung ditambah badan yang...