Alana membuka kenop pintu pelan, lalu masuk ke dalam rumahnya. Arah kamarnya harus melewati ruang keluarga terlebih dahulu. Mau tak mau, Alana harus bertemu dengan kedua orangtuanya itu.
Mengetahui jika anaknya telah pulang, Anggun dan Adiguna berdiri menatap Alana dengan tatapan tajam nya. Mereka berdua tidak habis pikir dengan anaknya itu. Alana menunduk sesak, ia memainkan kuku dijari tangannya. "Bagus ya Al, kamu pergi kemana aja?" Tanya Anggun.
Alana tidak bisa menjawab, ia masih belum sanggup berbicara.
"Alana kamu di tanya sama mama loh, dari mana aja. Gak baik anak perempuan keluar malem," Ujar Adiguna pelan.
"Nenangin diri," Jawabnya singkat.
"Apa sih Al yang perlu kamu tenangin itu? Kamu disini tinggal terima enak nya aja loh Al," Ujar Anggun tegas.
"Alana gak pernah minta," Ucapnya cuek.
"Mama sama papa harus apa lagi? Biar kamu berubah jadi anak baik," Ujar Anggun menghela nafasnya.
"Alana kurang baik apa sih ma?'' Tanyanya lirih.
"Kamu selalu aja bantah ucapan mama, selalu ngelawan." Jawab Anggun, Alana hanya bisa tersenyum hambar lalu membuang pandangan ke arah lain.
"Padahal Alana udah turutin semua permintaan mama, yang mau Alana pengen kan simple tapi kalian berdua gak bisa turutin kan?" Ujar Alana.
"Mama udah pecat bi Nani," Ucap Anggun tiba-tiba, membuat Alana spontan melebarkan kedua matanya kaget. Ia tidak pernah membayangkan hidup tanpa BI Nani.
Alana melebarkan kedua matanya menatap wajah mama nya itu, air matanya tumpah kembali. "Mama bohong kan sama Alana?!" Tanyanya tidak percaya.
"Mana mungkin mama bohong? Mungkin bi Nani salah ngajarin kamu, sampe kamu bisa kaya gini. Terpaksa mama pulangin bi Nani ke Bandung," Ujar Anggun datar.
Alana masih tidak percaya, dengan cepat ia berlari ke seluruh arah rumahnya, mencari keberadaan bi Nani, namun bi Nani tetap tidak ada.
"Mama bi Nani kemana?!" Ketus Alana menangis.
"Mama udah bilang, bi Nani udah mama pecat. Sekarang mungkin udah perjalanan ke Bandung," Ujar Anggun.
"MAMA SAMA PAPA KENAPA EGOIS BANGET SIH?!" Teriak Alana sesak, "Kalian itu terlalu kejam sama Alana, bi Nani itu satu-satunya orang yang paling ngerti Alana ma, pa. Bi Nani ngurus Alana dari bayi, bi Nani perlakuin Alana seperti anak kandung nya sendiri, bi Nani selalu kasih wejangan baik buat Alana. Mama sama papa sadar gak? Kalian berdua yang bikin Alana jadi buruk, Alana mending mati tau gak?! Alana gak minta di lahirin di rahim mama! Kalo Alana suruh pilih, mending Alana jadi anak bi Nani! Mending Alana jadi orang gak punya sekalian! Daripada punya segalanya kaya gini, tapi kalian semua gak peduli sama Alana. Alana capek, permisi. Alana pergi, Alana mau tinggal sama bi Nani aja. Terimakasih mama sama papa udah kerja keras buat Alana, sampe kalian berdua lupa kalo kalian punya anak, terimakasih. Permisi," Ujar Alana masih dengan posisi menangis.
Anggun menjatuhkan badannya di sofa lalu menangis, hatinya sesak mendengarnya ucapan anaknya barusan. Apa ia terlalu sibuk dengan pekerjaan nya, sampai ia lupa jika punya anak yang sangat pintar berbakti seperti Alana.
***
Saat ini Rey sudah ada di taksi menuju ke arah bandara, ia bersama keluarganya harus berangkat ke Jerman malam ini juga.
Cowok itu mengaktifkan handphone nya lalu memberi pesan singkat untuk semua teman-teman terdekatnya, terlebih lagi untuk orang yang sangat Rey cintai, Alana.
TUMBUH BARENG
Angkasa Rey Rejendra
Malem ini gue berangkat ke Jerman, sorry gue gak pamitan langsung sama kalian. Salam buat yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA [Sequel Sekasa] (COMPLETED)
Novela Juvenil[Sequel Of Sekasa] WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Pemberontak, suka kebut-kebutan, tidak tertib dan di takuti seisi sekolah. Itulah sifat yang dimiliki Angkasa Rey Rejendra. Laki-laki Tampan dengan rahang tegas, hidung mancung ditambah badan yang...