62• Jadi Lebih Baik | Alasan

14.7K 1.4K 112
                                    

Adiguna dan Anggun bergegas menyusul Alana ke Bandung malam itu juga, mereka berdua sadar. Sadar akan kesalahannya. Sadar, secara tidak langsung mereka berdua menelantarkan anak kandung nya sendiri. Anggun panik, selama perjalanan hatinya tidak tenang. Putri perempuan satu-satunya itu pergi cukup jauh dari Jakarta.

***

Pagi harinya, bi Nani telah menyiapkan beberapa makanan. Sedangkan Nindy menjemur pakaian di luar rumahnya, tak lama kemudian ada tamu yang datang, tamu yang bahkan tidak ingin Nindy temui.

"Assalamualaikum, kamu Nindy kan? Alana mana?" Tanyanya panik.

"Ngapain kalian kesini? Bukannya Alana gak penting kan di hidup kalian?! Asal kalian tau, Alana dateng malem-malem kerumah ini dengan keadaan wajah pucat. Nindy tau, pasti Alana banyak pikiran dan itu salah kalian berdua, sebagai orangtua.'' Ujar Nindy dewasa.

"Kami tau, ini memang salah kami. Tolong kasih tau dimana Alana sekarang, bi Nani dimana?'' Tanya Adiguna serius.

Nindy menghela nafasnya pelan, lalu mempersilahkan mereka berdua untuk masuk kedalam rumahnya. "Ibu ada tamu," Ucap Nindy.

Bi Nani datang dari arah dapur, setelah melihat kedatangan Anggun dan Adiguna, bi Nani meletakkan piring yang ia pegang lalu menghampiri dua orang itu. "Bi maafin saya bi," Ujar Anggun meneteskan air matanya, lalu menggenggam tangan bi Nani erat.

"Saya salah bi," Ucap Anggun lagi.

"Alhamdulillah kalian nyusul non Alana kesini, cepet temuin non Alana sekarang, dia bener-bener sedih banget. Saya harap kalian bisa lebih memperhatikan nya, dia itu anak nyonya sama tuan" Ujar bi Nani.

Anggun dan Adiguna mengangguk antusias, "Sekarang Alana dimana bi?" Tanya Adiguna.

Bi Nani berjalan ke arah kamar Nindy, lalu membuka kenop pintu. Tiga orang itu menatap Alana haru, sedangkan Alana masih terlelap dalam tidurnya. Ia terlihat sangat lemas tidak berdaya.

Anggun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Alana, lalu duduk disampingnya. Ia mengelus puncak rambut Alana pelan, lalu mengecupnya. "Maafin mama," Ucapnya lirih.

Alana tidak merespon sama sekali, ia benar-benar terlihat sangat lemas. Anggun makin panik, "Pa! Alana gak bangun!" Ujar Anggun menangis.

Bi Nani dan Adiguna ikut panik, mereka semua mendekat ke arah Alana, begitupun dengan Nindy. "Non bangun non," Ucap bi Nani panik.

"Alana bangun, ini papa!" Ujarnya khawatir.

"Ke rumah sakit sekarang ayo!" Ajak Anggun lalu berdiri.

Adiguna pun membopong Alana menuju mobilnya, bi Nani ikut ke arah rumah sakit. Sedangkan Nindy tetap berada di rumah.

Sesampainya dirumah sakit, Alana langsung mendapatkan perawatan. Kata dokter, Alana terlalu banyak yang di pikirkan, sedari kemarin Alana belum mengonsumsi makanan sedikitpun. Ia terlalu larut dalam kesedihannya. Setelah sadar dan infus telah habis, Alana langsung diperbolehkan pulang oleh dokter.

"Al bangun, maafin mama'' Ujar Anggun sembari mengecup tangan Alana singkat, lalu mengelusnya.

"Papa minta maaf juga Al, kamu bangun ya?" Ujar Adiguna. Bi Nani merasa, ini adalah waktu untuk mereka bertiga. Ia pamit terlebih dahulu untuk pulang kerumahnya.

Sudah beberapa jam Anggun dan Adiguna menunggu, namun Alana tidak kunjung bangun. Sampai mereka juga ikut terlelap dalam tidurnya. Tangan Anggun setia menggenggam tangan putrinya itu, sedangkan Adiguna terlelap di sofa.

Secara perlahan kelopak mata Alana terbuka, ia merasakan ada tangan yang menggenggam nya erat. Tatapan Alana menoleh ke arah tangan itu, ia melihat Anggun, mama nya.

ANGKASA [Sequel Sekasa] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang