ASMARALOKA

800K 35.5K 4.8K
                                    

Alur serta ending dan versi terbaik cerita ini hanya ada di Novel!

Teaser

Kalian bisa beli dan mengikuti pre order novel Asmaraloka di shopee blackswanbooks.
....



Assalamualaikum.
Huaaa
Ini cerita pertamaku tentang teenfiction, semoga suka ya...

Aku menggunakan sudut pandang orang pertama.

-----

Namaku Asmaraloka, berasal dari sebuah diksi yang indah memiliki arti dunia cinta kasih. Namun, kehidupanku tidak seperti namaku yang penuh cinta dan kasih. Hidupku terlalu menyedihkan untuk diceritakan ke orang-orang. Seorang gadis biasa, yang bersekolah di tempat luar biasa karena beasiswa. Tentu saja aku bersyukur memiliki otak yang cerdas. Tapi sayang, kehidupanku di sekolah itu tidak pernah tenang. Banyak aksi bullying yang aku dengar dan korbannya adalah anak beasiswa serta adik kelas yang berlagak sombong.

"What the hell!" seorang lelaki berpostur tinggi dan putih itu menggebrak mejanya dengan kasar membuat minuman yang ada dimeja itu tumpah ruah. "Lo buta?" tanyanya marah pada seorang gadis berambut kucir dua yang menunduk dalam-dalam.

"Maaf, kak, aku gak sengaja," lirihnya.
"Bodoh! Cepat lo bersihin sepatu gue!" perintah lelaki itu dengan memajukan satu langkah kakinya kehadapan gadis itu.

"I...iya kak."

Dan pada akhirnya gadis berkepang dua itu jongkok setelah mengambil tisu di meja. Tangannya tampak gemetar saat membersihkan sepatu lelaki itu yang tidak sengaja tertumpah kuah bakso yang dibawa oleh gadis malang itu.

"Itu namanya Aland, kapten futsal di sekolah ini. Dia yang paling kasar diantara teman-temannya tidak hanya kasar, Aland juga gak berprikemanusiaan dan gak berprasaan. Seujung kuku aja bikin masalah sama dia, jangan harap dikasi ampun." Alena menjelaskan padaku tentang geng bully disekolah baruku.

"Kemudian ada Bartan, cowok yang duduk di samping Aland adalah atlet renang yang sering kali menang pertandingan, katanya sampai sejauh ini belum ada yang bisa ngalahin dia. Bartan itu orangnya pemaksa hampir sama kayak Aland. Lalu ada Cristian cowok yang sedang buka bungkus permen karet, dia terkenal sebagai kapten basket disekolah ini," lanjut Alena, aku hanya mendengar dengan baik dan merekam jelas wajah-wajah mereka untuk tidak berbuat masalah. Aland dan Bartan memang memiliki wajah yang menyeramkan. Berbeda dengan Cristian, wajah cowok itu teduh dan terlihat sangat menghanyutkan.

"Cristian itu paling bijak. Kadang dia yang jadi penengah kalo ketiga temannya itu bertengkar. Pokoknya jangan sampe ada yang ngejar Cristian, karena Cristian anti dikejar cewek-cewek, bukannya gay. Tapi, Cristian punya prinsip kalo dia gak mau pacaran dia mau langsung nikah kalo dia udah sukses."

"Dan yang terakhir ada Nako, lo liat cowok yang bersedekap dada dengan wajah datarnya? Nako itu paling tampan dari teman-temannya, banyak cewek-cewek disini yang suka sama Nako, selain tampan dia juga pendiem, pintar dalam bidang akademik, dia selalu menduduki peringkat satu disekolah ini dan dia juga ahli memainkan semua alat musik. Salah satu sifat Nako yang banyak digemari adalah Nako tidak suka ikut-ikutan membully orang. Bisa dibilang Nako gak peduli sama keadaan sekitarnya."

Aku tersenyum melihat cowok terakhir yang dijelaskan oleh Alena. Nako, aku sudah tidak asing dengan nama cowok itu. Dia adalah kekasihku. Tentu aku senang saat Nako berbeda jika di depan umum. Tapi, ketika bersamaku, Nako akan menujukkan sifat aslinya yang membuatku seringkali menangis dan menelan ludahku.

"Meski mereka terkenal dengan aksi membully, tapi mereka punya bakat yang mengharumkan nama sekolah ini."

Suara bel yang berbunyi membuat aku dan Alena segera berdiri, dan berjalan cepat menuju kelas. Alena tidak mau berpaspasan dengan geng sialan itu. Tapi, hanya aku yang terdiam di tempat saat mata tajam kekasihku menatap ke arahku. Aku tahu Nako pasti terkejut luar biasa terlihat dari wajahnya yang heran dan bercampur marah.

Sambil berjalan Nako mengeluarkan ponselnya, sesekali melirikku dan aku membalasnya dengan senyuman manis seperti biasa. Aku yakin dia pasti mengirimiku sebuah pesan terbukti sedetik kemudian ponselku bergetar dan aku segera morogohnya disaku rokku.

Nako
Keras kepala! Pulang sekolah ketemu di tempat biasa! Awas lo telat!

Me
Iya.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang