54. ASMARALOKA

146K 17.6K 11K
                                    

Sebelum baca, aku harap siapin kepala kalian karena disini bakal bikin kalian menebak dan berpikir :)

SELAMAT MEMBACA!

SELAMAT MEMBACA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nako's PoV

Aku benar-benar ingin mengumpat karena Bartan dan Tesa mengacaukan suasana saat kami berdua. Kenapa dia harus menitipkan Tesa pada kekasihku? Ini sungguh membuatku kesal terlebih lagi aku rela mengganti Loka untuk ke supermarket hanya karena tidak ingin dia terkena hujan lalu sakit. Aku sangat menyayanginya dan aku tidak ingin dia kenapa-napa. Ya, katakan saja aku sudah menjadi bucin. Tapi, itulah kenyataannya aku mencintainya.

Lihat saja jika Bartan tiba nanti aku akan mencungkil bola matanya. Tidak peduli jika Bartan tidak punya mata. Ya, aku sangat kesal!

Hujan yang tadinya deras perlahan reda dan aku segera keluar dari supermarket setelah membayar makanan yang sekarang ada di tanganku. Melangkahkan kakiku untuk menuju apartemenku yang berjarak 150 meter. Begitu aku tiba di depan apartemen aku sudah melihat mobil Bartan yang terparkir itu artinya dia sudah sampai.

Setelah keluar dari lift aku kembali berjalan menuju kamarku, namun dari jauh aku melihat Bartan dan Tesa dengan perut besarnya berdiri di depan pintu apartemenku. Kemana Loka? kenapa dia tidak membukakan pintu.

"Kenapa gak masuk?" tanyaku pada mereka berdua setelah aku mendekat.

"Lah, Loka mana? Gue udah ketok ni pintu ampe mampus tapi gak ada yang buka!" balas Bartan, dia tampak kesal.

"Loka di dalam." Dengan segera aku menekan tombol di sebelah pintu, seketika itu jantungku berdebar kencang. Aku takut dia kenapa-napa.

Setelah pintu terbuka, aku masuk diikuti dengan Bartan dan Tesa. Mataku sama sekali tidak menemukan Loka, aku hanya melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja. Kemana dia?

"Loka?" panggilku seraya berjalan ke kamar, namun aku tidak menemukan. Aku semakin khawatir.

"Loka pergi mungkin," ucap Bartan membuat aku menoleh padanya.

"Pergi kemana? Dia gak mungkin pergi tanpa seizin gue!"

"Ya, kali aja."

Aku mengusap wajahku dengan satu tangan, melempar kasar kantong kresek putih yang berisikan makanan ringan ke meja. Hanya ada perasaan takut dalam diriku yang mendominasi. Sudah cukup aku kehilangannya dulu dan aku tidak ingin hal itu terulang lagi. Kami sedang berusaha untuk selalu bersama.

"Gue harus cari dia!" tukasku.

"Gue ikut!" balas Bartan dan aku mengangguk. Kami bertiga langsung keluar dari apartemen. Namun baru saja aku ingin menutup pintu ponselku yang berada di meja berdering nyaring membuat aku lekas berjalan kembali mengambil ponselku. Karena aku berharap ada informasi tentang Loka.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang