150 vote next secepatnya!
POV Nako
...
Sial! Sial! Aku benar-benar marah padanya. Dia keras kepala dan tidak mau menuruti ucapanku. Aku sudah memperingatinya untuk tidak berdekatan dengan kedua temanku, Aland dan Cristian. Karena kita semua berengsek dan sama sekali tidak mempunyai sisi baiknya. Termasuk diriku sendiri. Sempurna dimata orang tapi tidak dimataku sendiri.
Saat ini aku berdiri di sudut lorong sekolah yang berdekatan dengan kelas Loka. Aku bisa melihatnya yang sedang di hampiri oleh Aland. Aku bersyukur mempunyai indra pendengaran yang tajam sehingga aku bisa mendengar percakapan mereka yang sukses membuat dadaku bergemuruh.
"Ayo, ikut gue," kata Aland dan aku bisa menangkap jika Loka tersenyum kaku. Aku tahu dia ingin menolak ajakan Aland.
"Mau kemana?"
"Lo bakal pergi sama gue nanti malam di pesta dansa."
Sore kemarin aku sudah berkata tegas pada Loka untuk menjauhi Aland. Tapi, yang ku lihat saat ini Loka sama sekali tidak mau mendengarkan ucapanku. Dia itu bodoh! Apa dia tidak tahu kasus tentang Aland? Arghhh, payah!
"Aland, a...aku.." Loka gugup. Wajahnya tampak bersalah. Aku harap dia menolak keras ajakan Aland.
"Lama lo!"
Dengan kasarnya Aland menarik pergelangan tangan Loka. Dia menyeret kekasih bodohku menuju parkiran mobilnya. Aku segera mengikuti langkah mereka. Katakan saja aku ini penguntit, karena aku sering kali mengawasi Loka. Aku bisa tahu apa saja yang di lakukan oleh kekasihku.
"Stop!" Cristian tiba-tiba datang. Langsung menarik pergelangan tangan Loka yang satunya lagi. Hingga aku melihat tarik-menarik antara ketiganya. Sial, ini membuatku marah.
Kenapa mereka berdua mengejar gadis beasiswa itu? Oke, aku mengaku jika gadisku cantik, pintar, dan sedikit bodoh karena tidak mau menuruti ucapanku. Dari sini aku bisa melihat wajah marah Aland dan wajah santai Cristian. Keduanya memiliki sisi yang berbeda. Jika Aland adalah pria pemaksa, maka Cristian adalah pria dengan kata-kata kalemnya namun tetap saja kesannya memaksa.
"Loka bakal ikut sama gue!" Cristian berucap tegas, seolah-olah Loka adalah miliknya padahal gadis itu adalah miliku.
"No! Dia ikut sama gue!" bantah Aland yang sukses membuatku emosi. Mereka pikir Loka bisa di bawa pergi seenaknya sama mereka?
Sementara Loka hanya diam memandang keduanya. Aku tahu dia sangat takut jika aku tahu tentang ini. Tapi, percuma karena aku selalu tahu tentangnya.
"Loka, lo pilih ikut gue atau dia?" Aland bertanya. Menatap Loka dengan tajam. Dia menatap dua pria itu bergantian. Aku tahu bahwa Loka membuat janji dengan Aland dan bisa kutebak bahwa Loka akan memilih Aland.
"Aku pilih Aland, maaf Tian."
Tepat seperti dugaanku. Loka memilih Aland. Dan Cristian mendesah kecewa, sambil melepas cekalan tangannya pada Loka. Dan itu sukses membuatku berjalan ke arah mereka, akan ku pastikan bahwa Loka akan ikut denganku. Namun, baru saja dua langkah aku ingin merampas Loka, Livia datang dan segera merangkul pergelangan tanganku. Aku membiarkan saja, karena dia pacarku.
"Sayang, aku mau ke salon dulu." Livia berucap manja. Dan aku membalasnya dengan anggukan dan senyuman manis. Sampai akhirnya aku bisa menghampiri mereka bertiga.
"Nako, kenalin Loka dia bakal jadi pasangan gue." Aland memperkenalkan Loka di hadapanku. Seolah-olah aku sama sekali tidak mengenal kekasihku.
Aku mengangguk. Tatapanku dan Loka bertemu dia menatapmu sendu, matanya mulai memerah, mungkin melihat betapa mesranya aku dan Livia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA
أدب المراهقينSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA Warning ⚠ Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas. Asmaraloka : Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...