SUDAH yang kedua kalinya aku terbaring di UKS dengan Aland yang membawaku terlihat bahwa ada Aland yang duduk di sofa UKS dengan memainkan ponselnya dengan satu kaki yang terletak di atas pahanya. Kepalaku masih pusing, mataku juga sedikit kabut."Udah sadar lo?" tanya Aland dan aku hanya diam. Malas menjawab pertanyaannya yang dia sendiri sudah tahu jawabannya. "Dari tadi kek, capek gue nungguin lo!" lanjutnya. Aku mengernyit bingung. Sejak kapan aku memintanya untuk menungguku disini?
"Aku gak minta ditungguin sama kamu, dan terimakasih udah nolongin aku," kataku dingin karena sejujurnya aku ingin dia cepat pergi. Takut jika Nako melihatku bersamanya.
Aland merubah posisinya menjadi berdiri seraya memasukkan ponselnya dan berjalan mendekati ranjangku. Tangannya menyilang di depan dada, menatapku dengan kekehannya.
"Lo harus balas perbuatan baik gue yang udah bantu lo. Dua kali, dua kali gue gendong lo ke UKS."
Mataku spontan melebar, cepat-cepat duduk di atas ranjang. Mendongak menatapnya yang arogan. "Jadi, kamu gak ikhlas tolongin aku?" kataku kesal. Aland terkekeh, kali ini memindahkan kedua tangannya untuk masuk ke dalam saku celananya. Sial, gayanya sangat keren dan aku akui dia mempesona. Tapi, aku lebih pesona dengan Nako.
"Seorang Aland Greyson Alexander tidak pernah ikhlas dalam membantu siapapun. Lo menarik untuk gue jadiin bahan bulian gue."
Tepat seperti dugaanku, Aland akan menjadikanku bahan buliannya dan aku sungguh tidak mau. Aku sudah berjanji pada Nako bahwa aku tidak akan pernah berurusan dengan Aland lagi.
"Aku gak mau!" tolakku cepat. Menatapnya dengan menantang, membuat Aland mengeraskan rahangnya dan airmukanya berubah marah.
"Itu artinya lo siap untuk gue bully setiap harinya."
Aku menggeleng kuat. Tidak. Aku tidak akan pernah mau menjadi objek bullynya. Itu sangat aku hindari. "Aku gak mau jadi bahan bully kamu!"
"Kalo gak mau, berarti lo pilih jadi pasangan gue di pesta dansa sekolah dua minggu lagi.."
What? menjadi pasangannya di pesta dansa? Gila! Mulutku harus menganga mendengar ucapan Aland. Kenapa harus aku yang menjadi pasangannya?
"Aku gak mau!" tekanku. Menunjukkan jika aku tidak akan pernah mau. "Lebih baik aku di bully sama kamu!"
"Selamat menikmati hari buruk lo disekolah ini!" tukasnya.
Aland berbalik badan mengambil langkah lebar meninggalkanku sendirian di UKS. Dan kepalaku tambah berdenyut. Aku ingin kembali ke kelas mengikuti pelajaran. Namun, saat itu juga bel istirahat berbunyi membuatku menghela napas seraya beranjak dari ranjang untuk menemui Alena yang pasti mencariku.
Kakiku pelan-pelan melangkah melewati koridor sekolah, dari arah jauh lebih tepatnya di depan mading sekolah aku melihat segerombolan siswa/siswi sedang berbondong-bondong menerobos kerumunan untuk melihat yang tertera dipapan mading. Aku penasaran dan aku langsung berjalan cepat menuju mading.
"Kecentilan banget sih ini anak beasiswa, dua kali loh dia pingsan di lapangan dan yang gendong dia Aland!"
"Gue yakin dia pura-pura pingsan biar di bantu sama Aland. Buktinya aja Aland tulis ini."
"Gak tahu diri banget."
"Guys orangnya ada disini nih." Celetukan dari cewek berkucir satu itu membuat yang lainnya segera menoleh ke belakang menatapku dengan tatapan jijik. Aku mendengar semua kata-kata cibiran itu.
"Jangan harep deh bisa deketin Aland, sadar diri lo itu anak beasiswa tampang aja paspasan."
"Tau nih, belagu banget jadi cewek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA
JugendliteraturSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA Warning ⚠ Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas. Asmaraloka : Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...