20. ASMARALOKA

220K 23.1K 5.9K
                                    

Asmaraloka

200 komen next besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

200 komen next besok.
.

Nako marah padaku. Dia berulang kali berkata bahwa aku harus menjauh dari Aland. Tapi, aku tidak bisa kali ini karena aku sudah berjanji pada Aland bahwa aku akan menjadi pasangan dansanya malam ini.

Seperti saat ini aku meringis ketika Nako mencngkram kuat pinggangku. Tatapannya tajam seperti biasa. Dia marah padaku saat aku dan Aland berdansa dan apa aku juga boleh marah saat dia berdansa dengan Livia? Entahlah untuk sekarang aku tidak ingin bertengkar dengannya.

"Ikut gue!" Nako menarik paksa tanganku, dia membawaku keluar dari area dansa berjalan menuju pintu keluar gedung utama Baswara.

"Kita mau kemana, Nako?" tanyaku, berusaha menyamai langkahnya yang cepat. Nako tidak menjawab, sampai akhirnya dia membuka mobil penumpang untukku.

"Masuk!" titahnya dan aku segera masuk karena tidak ingin membuatnya marah lagi.

Setelahnya Nako memutar mobil, masuk ke dalam. Tatapannya tajam mengarah ke depan, sedetik kemudian kepalanya perlahan menoleh padaku. Aku menegang di tempat menatap wajah murka dari Nako.

"Lo punya telinga gak sih?!" bentak Nako marah, tangannya menggenggam erat setir kemudi. "Gue bilang gak usah jadi jalang di depan Aland atau Cristian!"

Suara Nako memekikkan telingaku, membalas tatapannya dengan begitu kecewa. "Aku gak pernah jadi jalang, Nako!" kataku tegas.

"Terus apa maksud lo dansa sama Aland? Lo mau khiantin gue, hah?!"

Aku menggeleng pelan, tidak bisakah Nako berbicara lembut padaku? Padahal suara teriakannya seperti inilah yang membuatku takut padanya. "Sekalipun aku gak pernah khianatin kamu. Aku cuma punya kamu, Nako. Kamu yang aku cinta dan aku sayang dengan begitu besar. Aku selalu bertahan sama kamu apapun yang terjadi, enam bulan kamu perlakuin aku dengan kasar, dan apa pernah kamu beri sedikit aja rasa cinta kamu sama aku?" kataku serak karena airmata sudah mengalir deras, mengingat kembali memori kami bersama yang selalu bertengkar dan Nako yang bersikap kasar padaku.

Aku menarik napas, menatap kecewa pada Nako yang terdiam kaku ditempat. "Dengan gampang kamu bilang aku khianatin kamu? Lalu apa yang terjadi sama kamu dan Livia? Apa kamu gak khianatin aku? Pernah gak sih, kamu tanya gimana keadaan hati aku saat aku tahu kamu dan Livia pacaran?" tanyaku lirih. Aku tahu perkataan ku ini akan membuat Nako marah seperti biasanya.

Tatapan Nako berpaling, kembali ke posisi semula, yaitu menatap ke depan. Urat ditangannya terlihat membuktikan betapa geramnya Nako saat ini. "Gue gak pernah khianatin lo!" ucapnya tegas tanpa menatap ke arahku.

Telapak tanganku segera menghapus airmataku, hatiku sakit saat Nako selalu mengatakan bahwa dia tidak mengkhianatiku. "Terserah, Nako. Aku capek," pungkasku akhirnya, lalu memilih untuk diam dengan kepala yang bersandar di kaca mobil, menatap gedung yang di dalamnya pasti sedang bersenang-senang.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang