For the umpteenth time I said that you have to prepare your heart :)
Jangan lupa ramaikan kolom komentar kalian dan votenya karena itu adalah cara membuatku cepat up!
happy reading :')
Perlahan aku mengambil pecahan kaca akibat Nako melempar keras vas bunga di lantai. Dia mengamuk hebat tadi saat aku di kamar mandi. Apartemennya seperti kapal pecah, semua barang terbang kemana-mana. Dan aku akan membersihkannya. Bagaimana pun aku tidak bisa pergi dari sini karena aku tidak tahu harus kemana.
Nako sedang di kamar. Sejak tadi kami sama-sama tidak saling berbicara bahkan saat aku menatapnya, Nako memilih untuk membuang muka. Mungkin memang benar kenyataannya bahwa Nako mencintaiku karena mirip seperti Mita. Dia tidak pernah mencintaiku seperti Loka. Selama ini dia berbohong kepadaku kalau dia mencintaiku. Nako memang sekejam itu, dia selalu menyakiti perasaaku.
"Arghh..!" aku meringis saat telapak kakiku menginjak beling kaca, aku langsung terduduk di lantai merasakan cairan darah keluar dari kakiku. Rasanya perih dan sakit seperti hatiku.
"Bodoh!"
Aku menoleh ke samping dan mendapati Nako berjongkok, dia menatapku tajam. Sedetik kemudian, Nako mengangkat tubuhku. Dia berjalan mendekati sofa dan mendudukkanku hati-hati. Tatapanku tidak pernah putus darinya. Selanjutnya, Nako berjalan ke dapur yang terhubung, membuka lemari kecil di atas pantri dan mengambil kotak P3K.
"Gak perlu lo beresin apartemen gue!" sentaknya dan dia berjongkok di depanku. Membawa kakiku ke atas lututnya, hingga telapak kakiku mengarah pada dadanya. Dan aku membiarkannya mengobati lukaku.
"Maaf." Hanya itu yang keluar dari mulutku, aku terus menatap wajah Nako. Perhatiannya yang seperti ini entah mengapa membuatku yakin bahwa Nako mencintaiku sebagai Loka. Mungkinkah dia tidak bisa menyadari bahwa aku adalah Loka?
Nako tidak menyahut dia sibuk membersihkan darah di kakiku dengan kapas dan alkohol. Kemudian mengoles obat merah pada lukaku yang tidak seberapa.
"Masih sakit?" tanya Nako mendongak menatapku. Aku menggeleng pelan, rasa sakitku seakan terganti dengan Nako yang rela mengobati lukaku. Nako kembali menunduk, mulai membalut lukaku dengan plaster. "Udah."
"Thankyou, Nako," ucapku bersamaan dengan Nako yang menurunkan kakiku dan dia berdiri setelah menutup kotak P3K.
"Bisa jalan?" tanyanya dan aku mengangguk. Suasana kami saat ini menjadi canggung. Kami seakan menjadi dua orang asing yang baru bertemu. Padahal aku dan Nako adalah sepasang kekasih. Kami belum memutuskan hubungan satu sama lain. "Makan dulu habis itu lo anterin gue ke tempat Mita."
Aku mengangguk lalu tersenyum getir. Hatiku kembali sesak saat Nako sangat mementingkan Mita. Dia seperti tidak sabar untuk bertemu dengan Mita.
Saat Nako ingin melangkah, aku menarik pergelangan tangannya membuat Nako menoleh padaku yang mendongak menatapnya. Tatapannya seperti bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA
Teen FictionSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA Warning ⚠ Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas. Asmaraloka : Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...