48. ASMARALOKA

184K 20.6K 8.8K
                                    

Bagaimana kabar kalian?

Masih Setia sama cerita ini?

Kalo setia jgn lupa vote dan komennya yaaa... Cara menghargai karya orang lain adalah memberi vote seenggaknya hehe 😂

Selamat membaca!

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nako's POV

Tidak ada yang menginginkan perpisahan disaat hati masih memiliki sepenggal rasa ingin bertahan.

Berjuang, itu adalah jalan terbaiknya. Jika dia memang untukku, maka sejauh apapun kami berpisah kami akan kembali pada akhirnya.

Aku percaya itu.

Dasar bodoh! Untuk apa kau memikirkan Loka, Nako? Dia sudah bahagia dengan pilihannya. Ya, aku adalah orang paling bodoh yang pernah menyia-nyiakan gadis sebaik dia. Hatinya seperti malaikat dan aku beruntung mengenal gadis seperti Loka. Dia pantas bahagia. Aku harap Daniel bisa menjadi obat penawar dari segala luka yang telah kuberikan pada Loka.

Jujur, aku tidak baik-baik saja disaat aku menerima menjadi teman dengan Loka. Aku tidak pernah berpikir untuk menjadi temannya setelah selesai, karena aku berharap aku bisa kembali padanya. Aku akui, jika aku saat ini aku menyesal. Menyesal karena melepaskannya dan berjuang untuk orang yang salah.

Jari telunjukku dengan cepat menekan tombol password apartemenku. Aku butuh minuman yang dapat menenangkan pikiranku. Sampai akhirnya sebuah suara muncul dari arah belakangku.

"Nako."

Aku memutar badanku, menghentikan niatku untuk masuk ke dalam dan aku mendapati James di depanku dengan setelan kemeja biru mudanya.

"Bagus, Anda datang kesini, karena saya mau tunjukin sesuatu ke Anda!" kataku langsung tanpa basa-basi.

"Sesuatu apa?" tanyanya dan aku memilih berbalik badan. Masuk ke dalam apartemen. James mengikutiku dari belakang.

Aku berjalan ke kamar, mendorong kasar pintu kamar lalu mengambil laptop berjalan kembali ke arah James yang berdiri di sofa. Dia tengah meneliti apartemenku yang berantakan. Seketika wajahnya berubah marah, berpindah menatapku tajam.

"Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk merokok, Nako!" James melemparkan kasar bungkusan rokok ke atas meja. Kakinya menendang botol alkohol yang kosong ke arahku. "Sejak kapan kamu mengosumsi ini, hah?!" tanyanya marah dan aku hanya diam, membalas tatapan tajamnya. "Dan kenapa kamu tidak mau mengikuti olimpiade apapun?"

"Sejak Anda tega membohongi saya selama ini!" bentakku, mataku memerah mengingat betapa sakitnya hatiku saat menerima kenyataan pahit ini.

"Papa tidak pernah membohongi kamu!"

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang