24. ASMARALOKA

214K 21.6K 7.4K
                                    

Asmaraloka

Jgn lupa semangatin aku dengan komen kalian yang wah! Jadi aku bakal update setiap hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....
Jgn lupa semangatin aku dengan komen kalian yang wah! Jadi aku bakal update setiap hari.

...

Prepare your heart, guys :)

...

Hari ini adalah hari senin. Dimana aktivitas sekolah kembali masuk seperti biasa setelah melewati masa weekend. Aku membuka mata, pagi sudah menjelang. Aku merasakan mataku pasti bengkak karena menangisi Nako semalaman. Aku masih ingat jelas bagaimana Nako marah padaku. Jujur, aku hanya ingin menjadi kekasih yang baik untuknya, yang selalu ada untuknya, yang selalu tahu masalahnya. Tapi, dia seseorang yang tertutup, yang tidak mau terbuka pada siapapun.

Bukankah sebagai sepasang kekasih harus saling terbuka? Tapi, aku sadar bahwa Nako memang sulit untuk membagi ceritanya. Dia lebih suka menyimpan semuanya sendiri. Termasuk hubungan yang kami jalani. Dia tetap menyembunyikan dari orang lain. Terkadang aku ingin marah padanya tapi aku tidak sanggup.

"I'm sorry."

Suara itu sukses mengejutkanku dan lekas berbalik badan. Aku menatap tidak percaya pada seseorang yang sedang berbaring di sampingku dengan menatap mataku.

"Nako," lirihku. Aku berharap ini tidak halusinasi. Aku memegang wajahnya yang dipenuhi luka lebam. Dan dia nyata di depanku.

"Gue emosi kemarin sore dan gue bodoh suruh lo pergi," tuturnya lagi. Dia mengambil tanganku yang ada di pipinya lalu membawa tanganku ke bibirnya dan mencium lembut punggung tanganku.

Mataku berkaca-kaca, menatapnya yang berkata tulus. Aku suka dengab perlakuan manisnya.

"Gue sayang sama lo."

Mendengar itu membuatku lekas memeluknya hati-hati. Menenggelamkan wajahku di dadanya. Ah ya aku baru sadar jika Nako sudah memakai seragam sekolah. Itu artinya Nako sudah sejak tadi disini. Aku semakin mengeratkan pelukanku saat Nako mencium pucuk kepalaku bertubi-tubi. Aku menyayanginya lebih dari apapun.

"Nako, jangan kayak gitu. Aku gak suka," lirihku pelan, aku terisak dalam diam.

Nako mengangguk sekali lagi mencium pucuk kepalaku. "Sorry, gue terlahir sebagai orang keras dan emosional. Gue gak suka sama orang yang ikut campur urusan gue. Karena gue tahu seberapa lebar pun gue cerita, mereka yang menjadi pendengar gak akan bisa membantu."

Kali ini aku menggeleng lalu mendongak menatapnya membuat dagu Nako bertemu dengan dahiku. "Nako, tapi kamu harus tahu kalo kamu menceritakan masalah kamu, kamu bakal merasa lega. Jadi, tolong kasi aku kesempatan buat bisa denger semua cerita kamu."

Nako menghela napas dia kembali menenggelamkan wajahku ke dadanya. "Iya, gue bakal coba buat cerita ke lo."

Mendengar itu aku tersenyum di dalam dekapannya. Aku berharap Nako menjadi orang yang terbuka padaku.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang