SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA
Warning ⚠
Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas.
Asmaraloka :
Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jgn lp komen! No komen next! ...
Usai dengan pemandangan di depanku tadi, aku langsung berjalan ke lain arah saat teman-teman Nako keluar dari gedung dan menghampiri Nako. Aku berdiri di salah satu mobil yang terparkir, menatap Aland, Cristian dan Bartan yang mengucapkan selamat kepada Nako. Saat ini aku masih penasaran tentang siapa gadis itu. Apa itu Livia? Samar-samar aku masih bisa mendengar suara mereka.
"Gimana rasanya ketemu pacar?" tanya Bartan sambil menaikkan kedua alisnya, menatap bergantian pada gadis itu dan Nako.
"Bahagia," gumam Nako, dan seketika itu hatiku kembali perih. Jadi gadis di depan Nako itu adalah pacarnya.
"Beruntung lo dapetin Livia karena dia mau setia sama lo meski LDR," timpal Aland ikut bergembira. Tebakanku benar, jika gadis itu adalah Livia. Lalu aku di anggap apa oleh Nako? Aku pacarnya kan?
Berbeda dengan Cristian, cowok itu hanya diam dengan wajah kalemnya. Seperti tidak peduli dengan obrolan mereka. Aku harus mengakui jika Livia sangat cantik, tubuhnya indah dengan rambutnya berwarna coklat gelap.
"Jadi kalian mau kemana lagi?" tanya Bartan pada Nako dan Livia.
"Rencananya habis ini mau ketemu Papa aku, soalnya mau bahas pertunangan kita." Livia menjawab dengan mantap sukses membuat rongga dadaku sempit. Aku memegang dadaku, kakiku terasa lemas. Hatiku seakan hancur berkeping-keping. Tanpa sadar airmataku menetes, membuatku terlihat sangat menyedihkan.
"Seriusan mau tunangan?" Aland bertanya dengan wajah tak percaya.
"Iya, karena selesai sekolah nanti. Nako bakal nikahin aku dan kita punya rencana buat kuliah di Inggris bareng-bareng. Ya kan, sayang?"
Runtuh sudah semua pertahananku. Satu tanganku membekap mulutku agar tangisku tidak pecah. Ini sangat menyakitkan untukku. Selama ini aku mencintai Nako dengan tulus, selalu bertahan dengan segala luka yang Nako berikan. Dia tidak ingin aku pergi dan itu membuatku mempunyai harapan jika Nako memiliki rasa cinta untukku, meski sedikit.
Sedetik kemudian aku melihat Nako mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Sepertinya, Nako sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Dan tak lama itu ponselku bergetar, membuatku lekas membukanya. Ada pesan dari Nako.
Nako
Tunggu di hotel, gue udah pesen makanan buat lo dan gue pulangnya malem.
Me
Kamu mau kemana?
Nako tidak membalas pesanku, aku sudah melihat jika Nako memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. Tidak pentingkah aku baginya? Atau dia akan membuangku? Setelah aku jatuh terlalu dalam padanya. Selanjutnya, Nako dan Livia berjalan ke arah parkir membuatku cepat berlari menjauh. Mereka masuk ke dalam mobil. Aku tidak tahu mereka pergi kemana, sampai akhirnya pundakku ditepuk oleh seseorang dari belakang membuatku berbalik badan, saat itu juga mataku membulat terkejut.