35. ASMARALOKA

196K 19.2K 5K
                                    

Sebelum baca kalian harus vote dulu :)

...

Satu tanganku segera mendorong pintu rawat Nako

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu tanganku segera mendorong pintu rawat Nako. Setelah kejadian tadi, aku langsung berlari meminta bantuan orang lain dan untung saja orang itu mau membantuku. Sampai akhirnya Nako harus mendapatkan penanganan dengan cepat.

Perlahan aku menutup pintu, berjalan pelan menghampiri brankarnya. Tatapanku tidak lepas dari wajahnya yang babak belur, ada luka di bagian pipi Nako dan sudah diperban. Meski begitu, dia tetap terlihat tampan. Tapi, aku meringis melihatnya. Satu tanganku menarik kursi di samping brankar dengan gerakan pelan agar tidak menganggu ketenangan Nako. Aku duduk dan airmataku menetes detik itu juga, karena tidak sanggup melihat Nako terbaring lemah. Hidupnya benar-benar hancur dan penuh dengan orang-orang yang membencinya dan memiliki dendam terselubung.

Aku mengambil satu tangan Nako yang tidak di inpus, membawanya ke pipiku. Merasakan sejuknya tangan Nako di pipiku.

"Nako," lirihku pelan memanggil namanya berharap matanya akan terbuka. Aku berjanji kalau dia bangun aku akan kembali padanya. Aku akan menjadi sayap pelindungnya, menjadi lentera di kegelapannya, mejadi obat penawar untuk segala luka yang Nako alami selama ini. Tidak peduli pada Mita yang akan kembali, karena aku yakin Nako sangat mencintaiku. Dia tidak akan pergi meninggalkanku.

"Kalo kamu bangun, aku janji kita bakal balikan kayak dulu lagi, kita bakal mulai semua dari awal lagi," kataku sarat akan tangisku yang hampir keluar.

Melihatnya seperti ini jelas membuatku hancur. Aku masih mencintainya. Rasa cintaku padanya tidak pernah pudar sedikitpun. Apa yang ada dalam dirinya selalu aku terima dengan baik.

Genggaman tanganku pada jemari Nako semakin erat. Aku menyeka airmataku yang kembali keluar saat Nako tak kunjung membuka matanya. Perihal keadaan Nako yang seperti ini, aku sama sekali tidak menghubungi ayah Nako. Aku tahu bahwa Nako dan ayahnya belum baikkan.

Aku terkesiap saat merasakan Nako membalas genggaman tanganku. Mataku langsung tertuju pada mata Nako yang perlahan terbuka.

"Nako," lirihku sembari menyeka airmataku. Aku tersenyum haru saat mata Nako terbuka dan perlahan menoleh padaku.

"Lo-ka," ucapnya getir nada suaranya serak.

Aku berdiri memilih mendekat pada wajah Nako. "Iya, ini aku."

Nako tersenyum, namun segera meringis saat menarik sudut bibirnya yang terluka.

"Lo gak akan tinggalin gue?" tanyanya dengan telapak tangan yang terangkat dan menempel di pipi kananku.

Aku lekas menggeleng, aku berjanji tidak akan meninggalkannya. "Aku gak akan pernah tinggalin kamu, Nako."

Dia tersenyum tipis, lalu aku memilih duduk di tepi brankar agar aku bebas menikmati sentuhan hangat Nako di pipiku.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang