2. ASMARALOKA

322K 27.8K 6K
                                    

Kakiku mengayun menuju koridor kelasku yang berada di lantai tiga. Aku sangat bersyukur bahwa aku tidak sekelas dengan geng bully disekolahku. Namun, hatiku juga meringis saat tidak bisa satu kelas dengan Nako.

"Loka!"

Panggilan itu membuat kepalaku menoleh kebelakang dan mendapati Alena yang tengah berlari ke arahku.

"Kenapa, Al?" tanyaku. Alena tengah mengatur napasnya yang memburu.

"Lo gak pulang ke asramakan tadi malam?" pertanyaan Alena membuat aku membeku di tempat. Tadi malam aku tidak pulang ke asrama karena aku harus menginap di apartemen Nako. Kekasihku itu melarangku untuk pulang, alhasil pagi sekali aku sudah kembali ke asrama dengan Nako yang pergi meninggalkanku sendiri saat pagi hari tiba.

"Iya, Al. Aku nginep di rumah Bibi aku," balasku. Yang sudah jelas berbohong.

"Loka, lo anak baru gak boleh melanggar peraturan asrama."Alena terlihat kesal denganku. aku tahu dia mengkhawatirkanku.

"Iya, Al. Thanks you really care for me," balasku dengan mencubit gemas pipinya yang berisi.

"Who cares for you?"

"You, Alena." Aku terkekeh di akhir kalimat melihat wajah gemas Alena. Lalu Alena menarik lenganku untuk berjalan ke kelas. Hingga lima langkah kemudian aku mendengar suara seseorang memanggilku.

"Loka, lo di panggil ke ruang BK." Daniel, dia ketua kelasku. Aku menatapnya bingung, untuk urusan apa aku di panggil ke ruang BK? "Buruan Loka, lo langgar peraturan asrama katanya."

Aku menghela napas kasar. Ternyata masalah aku yang tidak kembali ke asrama tadi malam jadi seperti ini. Kini tatapanku beralih pada Alena yang menatap sedih padaku.

"Al, aku ke ruang BK dulu, ya." Kataku. Alena seakan tidak rela melihatku pergi.

"Lo sih, udah tahu peraturan asrama itu ketat malah lo langgar!" gerutunya kesal sambil bersedekap dada di depanku.

"Peraturan di buat untuk di langgar, Al. Kalo gak di langgar guru BK gak ada kerja yang ada mereka makan gaji buta."

"Gue setuju sama lo, Loka. Emang ya otaknya anak beasiswa pada cerdas semua." Daniel menyahut dengan cengirannya. Sedangkan Alena hanya memutar bola matanya malas sambil bersedekap dada.

"Yaudah, aku ke ruang BK dulu, ya." Aku kembali berjalan berbalik arah dari kelasku. Menuruni anak tangga untuk sampai ke ruang BK yang terletak di lantai bawah.

Kata Alena anak beasiswa tidak boleh membuat masalah dengan kakak kelas atau geng bully. Jika tidak mau dijadikan bahan bulan-bulanan di sekolah. Mungkin semesta memang tidak berpihak padaku, dari ujung koridor aku melihat Nako dan satu temannya, yang aku ingat namanya adalah Cristian, berjalan ke arahku. Nako yang cool dengan dua tangannya tersimpan disaku celana, wajah datar yang tetap saja tampan dan Cristian yang membawa bola basket di tangannya, lalu dimana dua lagi? Bukankah, mereka berempat?

Dengan hati yang mantap aku terus berjalan menundukkan kepalaku saat aku berpaspasan dengan dua cowok berbahaya disekolahku.

BRUK!

Aku meringis, memegang kepalaku yang sepertinya terbentur dengan sebuah bola. Dugaanku benar, ada bola basket yang memantul di lantai tepat di depan sepatuku. Perlahan aku mendongak, dan tatapanku langsung bertemu dengan tatapan tajam Nako, lalu berpindah pada Cristian yang menelitiku dari bawah sampai atas membuat aku meneguk kasar ludahku.

"Lain kali kalo jalan kepalanya di angkat! Gue gak suka kalo liat orang jalannya nunduk!" ucap Cristian tegas, lalu mengambil bola basketnya yang aku yakini bahwa dialah yang sudah melempar bola itu ke kepalaku.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang