Angkat tangan siapa yang baca cerita ini langsung putar lagu di atas?
Selamat menikmati hari-hari patah hati hehe
Kalo lagunya habis, putar lagi ya..
...
Malam ini tidak akan ada lagi malam yang akan ku lalui bersama Nako. Dia pergi meninggalkan luka untukku. Mataku terus saja berair bila mengingat Nako ketika aku sendiri. Seperti saat ini aku memilih keluar diam-diam dari asrama kemudian berjalan di taman yang sepi karena waktu sudah hampir tengah malam.Aku memakai hoodie Nako yang kemarin di pinjam untukku dan aku belum sempat mengembalikannya. Aku tidak ingin mengembalikannya karena hanya ini yang kupunya dari Nako. Kedua tanganku tersimpan di saku hoodie. Menatap lurus pada rumput hijau yang bersinar karena terkena pancaran lampu taman.
"Huft!" aku menghembus napas kasar, suhu dingin mulai menusuk tulangku. Dan aku suka di sini karena aku bisa menenangkan hati dan pikiranku.
Namun, untuk sejenak langkah kakiku terhenti ketika aku mendengar suara pukulan yang keras dan suara adu mulut yang menurutku tidak asing. Aku menyapu pandangan disekelilingiku tapi aku tidak melihat ada orang. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berjalan mendekati sumber suara.
Perlahan aku mulai mendengar dengan jelas suara adu pukul itu, hingga akhirnya aku berjalan pada ujung taman dimana di sana terdapat sebuah gazebo. Dari arahku berdiri aku sudah bisa melihat segerombolan orang berbaju hitam sedang memukul seseorang yang tersungkur dan salah satu di antara mereka ada yang bertopeng. Oh Tuhan? Apa dia musuh Nako? Dan orang yang menjadi sasaran pukulan itu adalah Nako?
Pikiranku jelas semuanya terpenuhi oleh Nako. Dengan langkah lebar aku berjalan mendekatinya. Tapi saat aku ingin mendekat, semua orang berbaju hitam itu berbalik badan, pergi dari sana menaiki motor masing-masing.
"Fuck!" seseorang mengumpat dan aku mengenali suara itu.
"Nako!"
Saat aku melihatnya, aku terkejut luar biasa darahku terasa berhenti melihat Nako terkapar dengan luka lebam di wajahnya. Kaos putih yang Nako kenakan basah aku tidak tahu karena apa.
Mendengar suaraku Nako menoleh dan dia tetap diam. Tatapannya sungguh dalam penuh arti. Tanpa ragu aku berjongkok di sampingnya, memangku kepalanya di atas pahaku. Airmataku menetes karena ini sangat menyakitkan untukku. Nako terluka.
"Kita ke rumah sakit!" putusku saat hendak mengangkat tubuhnya. Tapi, Nako menahan dengan memegang pergelangan tanganku.
"Bawa ke apartemen aja," lirihnya tak berdaya. Aku mengangguk. Membantu dia berdiri. Aku tidak sanggup melihat Nako terus terluka.
****
Hati-hati aku mendudukkan Nako di sofa apartemen. Dia tampak lemah, darah segar setia mengalir di sudut bibirnya. Aku meringis melihatnya. Aku berjalan menuju kamarnya untuk mengambil baju dan kotak P3K.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA
Teen FictionSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA Warning ⚠ Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas. Asmaraloka : Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...