SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU LAINNYA
Warning ⚠
Cerita ini mengandung adegan romance, kekerasan, kata-kata kasar, baper, bikin kalian sesak napas.
Asmaraloka :
Dia adalah gadis beasiswa yang beruntung memilik...
Haiiiii seneng bgt bisa up lagi 😭 maaf yaa kalo ada yang nunggu, dan gak nyangka ASMARALOKA-nya banyakk yang baca sekarang ❤❤
Sebelumnya aku ngucapin terimakasih untuk komen kalian di part-part sebelumnya, jujur seneng banget baca komen kalian 😭😭😭
Dan terimakasih untuk 200k readersnya ❤❤ aku sayang kalian buat yg baca ini baik yang selalu komen, kasi vote ataupun sider ❤❤❤💋
Jujur ini cerita fiksi pertamaku, karena ceritaku yang lainnya spritual semua ❤❤
Selamat membaca ❤❤❤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku keluar dari dalam mobil di susul Nako. Lonceng pertanda masuk yang belum berbunyi membuat murid yang masih ada di sekitar parkir menatap ke arah kami. Terlebih lagi Nako sudah berdiri di sebelahku dengan menyatukan jemari kami yang terasa pas.
Jujur, aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Aku tahu, Nako terkenal di sekolah ini. Namun, aku merasa kasihan dengan Nako karena kini semua orang tampak menjauhinya termasuk teman-temannya. Dia sendiri, dan dia hanya mempunyai aku. Untuk itu aku akan selalu ada untuknya.
"Ayo," ajak Nako. Aku mengangguk. Kemudian kami melangkah menuju koridor.
Sepanjang perjalanan sepanjang itu pula aku mendapatkan tatapan aneh mengarah pada kami. Aku tidak tahu mengapa mereka menatap kami seperti itu. Mungkin karena kami yang kembali dan terlihat seperti sepasang kekasih. Nako mengantarkanku sampai ke depan kelas.
"Istirahat nanti, gue tunggu di labor matematika," ucap Nako. Aku mengangguk lalu tersenyum padanya. "Gue duluan." Setelahnya Nako berbalik badan. Namun, sebelum itu seseorang telah lebih dulu memeluknya erat.
Aku tidak sakit hati saat melihat seorang perempuan memeluk Nako karena itu Livia. Kekasih Nako yang di pacari hanya untuk bisnis ayahnya. Nako sama sekali tidak membalas pelukan Livia. Wajahnya hanya datar dan dingin.
"Nako, aku kangen banget sama kamu," seru Liva lalu melepaskan pelukannya mendongak menatap Nako yang wajahnya sudah masam. Dapat kupastikan jika Nako tidak menyukai kehadiran Livia.
"Kita putus, Livia!"
Tiga kata yang diucapkan Nako membuat aku terkejut luar biasa. Aku seperti merasakan satu kelegaan dan perasaan yang bahagia.
"Putus? Gak, gak! Aku gak mau putus sama kamu!" Livia menyela cepat, dia sempat melirik sekilas ke arahku yang masih berdiri di samping Nako.
"Dan gue mau, Livia!" tekan Nako. Kekasihku menatap tajam pada Livia. "Gue gak ada rasa sama lo selama ini. Gue terpaksa pacaran sama lo karena bisnis bokap gue dan bokap lo!" lanjut Nako.
"Kamu bohong, Nako!" Livia berteriak. Wajahnya berubah merah padam menahan malu sekaligus marah. Karena kini semua orang tengah menatap ke arah kami. "Dulu kamu bilang, kamu suka dan cinta sama aku!"